Sang penolong Zara : Bab 25

6.3K 468 69
                                    

Baru ngehh kalau kepencet unpub....wkwkwk

Maap yakkk...

🤍🤍💚🤍🤍

Berjalan tanpa tahu arah, berjalan dalam gelap malam dengan dipenuhi deraian air mata. Sendirian dan kesepian, kini harus Zara alami kembali dalam hidupnya.

Sejak kepergian ibundanya ketika dia masih kecil, Zara harus bisa menyembunyikan rasa sakit dan sedihnya seorang diri. Baginya hanya sang ibunda yang mengerti bagaimana kesedihannya.

Dan ketika sang ibu pergi meninggalkanya, Zara kehilangan semuanya. Dia begitu mencintai dan menyayangi ibunya, bahkan walau telah tiada bagi Zara ibunya akan selalu hidup dalam hatinya.

Zara merasa hancur ketika dia tidak mendapatkan hal yang dia rasakan kepada ibunya. Rasa tidak ingin kehilangan, perasaan kasih sayang dan cinta yang begitu besar antara ibu dan anak.

Dia tidak mendapatkan itu dari putrinya sendiri.

Dia kini harus berjalan terseok sendirian tanpa membawa apapun selaian kain yang melekat pada tubuhnya. Dia yang datang kerumah itu dengan segala harapan dan ingin menjalani kehidupan baru. Kenapa harus pergi tanpa membawa sumber kehidupannya?

Kenapa dia harus terpisah dari putrinya?

Apa harta itu lebih berharga dari pada dirinya?

"Ya Allah, hamba pasrah padamu Ya Allah. Hanya sampai disini batas kesanggupan hamba mempertahankan rumah tangga hamba," Zara terus berjalan, dengan tangis dan iringan doa dalam hatinya.

Jalanan gelap yang dilewatinya, hembusan angin kencang yang menerpa kulitanya. Membuat tubuhnya bertambah gemetaran. Wajahnya begitu pucat. Dan dia tidak tahu harus kemana.

Langkah kaki Zara terhenti di pinggiran jalan, ketika dia mengadahkan kepalanya. Dia menyadari bahwa dia sudah berjalan cukup jauh, jalan yang dia tidak tahu berada dimana.

Kaki Zara terasa lemas, dia sudah tidak sanggup lagi berjalan. Tepat ketika itu sinar terang terasa menyorot kearahnya dari depan.

Sinar itu menusuk inderanya, sampai dia menyadari sebuah mobil sedang mendekat. Zara terududuk lemas ketika decitan mobil itu terdengar nyaring dan mobil itu berhenti tepat di depannya.

Matanya mulai memandang sayup ketika dia melihat seliut tubuh seseorang keluar dari mobil itu dan berlari kearhanya, dan kemudian semuanya menjadi gelap.

"Heyy...!" orang itu meneriaki dirinya.

Dalam gelap semuanya masih terlihat samar. Ketika orang itu membawa tubuh Zara merangkulnya dan membawanya masuk kedalam mobil.

Seseorang dari jok belakang bertanya pada orang yang membawa masuk Zara. "Apa dia terluka?"

"Tidak tahu,"jawab orang itu. "tapi kita tidak bisa membiarkanya dijalanan dalam kondisi begini."

Masih dengan samar orang itu menutup tubuh Zara dengan selimut yang diambilnya dari jok belakang. Kemudian mobil itu melaju meninggalkan jalanan yang sepi dan gelap itu.

Tidak tahu Zara akan dibawa kemana, dan siapa yang membawanya. Apakah itu orang jahat atau orang baik. Tapi jauh dalam hatinya Zara terpejam dengan rasa aman tanpa rasa takut sedikitpun.

_______________

Mata Zara masih terpejam di ranjang yang empuk dengan kamar benuansa putih yang sangat menenangkan. Seseorang membuka pintu, dan berjalan mendekat. Dia menaiki ranjang Zara dengan susah payah karena tinggi ranjang itu mengalahkan tinggi tubuh mungilnya.

Sebuah tangan mungil memegang dahinya, "Dia demam...,"kata anak lelaki yang berusia 5 tahun itu. "Mamiii..., dia demam!"suara imutnya terdengar memangil sang ibu.

Sosok yang telah menyelamatkan Zara kini terlihat jelas ketika memasuki kamar itu dengan sebuah nampan yang berisi seember air dan sebuah handuk. Wanita dengan anak lelaki lucunya yang telah menyelamatkan Zara.

"Sayang, jangan ganggu dia! Turunlah dan main dengan mainanmu!"tegur wanita itu pada sang anak.

Anak kecil itu tampak tak terima dengan memasang wajah yang tampak kesal memandang ibunya. "Kenapa dia bisa demam? Kita tidak melakukan apapun padanya, kan?"

"Ckk...,kamu selalu bawel seperti biasanya, Jayden! Minggir, mami mau mengompresnya!" dengan mendengus anak lelaki itu turun dari ranjang.

Dan membiarkan sang mami mengompres Zara dengan dia yang masih memperhatikan di sampingnya.

Wanita dengan rambut panjangnya yang pirang, dan juga tubuh yang semok itu serta jangan lupakan pakaiannya yang terlihat lebih kurang bahan di bagian pahanya dengan teliti mengompres kening Zara.

"Sangat susah mengompresnya jika dia masih memakai hijab. Nanti semuanya akan basah, apa aku harus membukanya?"

Anak lelaki bernama Jayden itu memandang sang mami yang masih tak menggerakan tangannya. "What's wrong mami?"

"Ahh, nonthing!"

Jayden memperhatikan sang mami yang terlihat ingin membuka hijab Zara. Dia berkata, "Apa yang mami lakukan?"

"Membuka kain ini!"

"Kenapa dibuka? Tidak sopan membuka tanpa izin dari orangnya!"tegurnya dengan nada sok bijak. Membuat sang mami memandangnya dengan kesal.

"Bawel ah! Nanti bisa basah kalau tidak dibuka!"

"Tapii..."

Wanita itu mendengus, dan melanjutkan aksinya. Ketika kain itu terlepas dari kepala Zara. Rambutnya yang hitam terlihat jelas membuat wanita dan anaknya itu terpukau.

"Wahhh... dia sangat cantik mami!"ujar Jayden dengan mulut kecilnya yang terganga dan matanya yang berbinar.

"Dia menjaga rambutnya dengan baik, sepertinya!"bisik wanita itu dalam hatinya.

Wanita itu memeras handuk kecil, lalu meletakannya di kening Zara. "Pergilah, Jay! Kau merusak suasana kalau hanya berdiri di sini!"ujar wanita itu mengejek putranya.

"Ishhhh...,"bibir kecilnya berdesis.

"Kau lelaki sendiri di sini, bukankah itu tidak tahu malu!"hardiknya kembali dengan nada jahilnya.

Jayden masih kekeh tak ingin bergerak, "Ohh, apa kau ingin jadi wanita juga! Sini biar mami pakaikan rok dan pita dirambutmu!"

"Mamiiii!!!! Ishhh... iyaa iyaaa, Jay pergi?!"

Wanita itu terkekeh ketika putranya pergi dengan hentakan kaki dan menutup pintu dengan kesal.

"Dasar Jayden!"gumamnya.

Kemudian dia melirik Zara kembali.

"Huhhffttt...,"helaan nafas kemudian terdengar. Dia memandang Zara dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Seorang singel parents sepertiku membawa wanita asing kesini. Ahh... semoga ini tidak membawa masalah untuk hidupku dan Jay!"

***********

#Bersambung...

I'M SORRY MAMA! (New Version)Where stories live. Discover now