Part 20: Pernikahan yang Ternoda

3.6K 289 20
                                    


Suasana ruang tamu rumah terasa sangat mencekam saat ini, seakan menanti sebuah kabar kematian dan duka lara membuat semuanya masih terdiam dalam sunyi malam yang mencekam padahal waktu masih belum tengah malam.

Zara sedari tadi memilin ujung khimarnya, dengan rasa cangung yang meliputi dirinya. Sampai ketika Erna membuka suara dan berbicara tanpa jeda atau rem sekalipun. Mengatakan dengan tegas, sampai membuat Zara membantu mendengarnya.

"Dengar Zara! Wanita disampingku ini adalah Bella,"Erna merangkul pundak Bella, "dia adalah calon istrinya dari Yusuf,"

Hati Zara bergemuruh mendengarnya, matanya membulat sempurna dengan tubuh yang membatu. Seakan lidah yang terasa kelu tak mampu mengucapkan kata apapun, bahkan tak diberi izin mengatakan apapun.

Erna melanjutkan ucapannya yang begitu menyakitkan, "Kalau kau ingin tetap jadi istri pertama, maka kau harus siap jika ada istri kedua. Jika tidak maka kau tidak perlu menjadi seorang istri lagi,"

"MAAA?!"seketika suara Yusuf menggelegar di ruangan itu. Beruntungnya kamar Anaya kedap suara, jadi dia tidak bisa mendengar suara papanya yang berteriak.

"Zara akan tetap menjadi istriku!"desis Yusuf dengan mata menyorot tajam pada sang mama dan kedua tangan terkepal erat di sisi tubuhnya. "Tidak ada cerai! Tak akan ada!"

Erna menggertak marah, "Itu terserah dia! Kalau tidak cerai ya harus terima dimadu. Kalau mau cerai jangan harap bisa mendapat hak asuh Anaya karena dia milik keluarga KHAIDAR!"

Zara masih terdiam mencoba mencerna semua hal yang terjadi, seakan pikirannya yang tadinya mulai kosong. Kini terbayang sebuah pesan yang kemarin diterimanya. Dan dia baru bisa mengingat dengan jelas.

Bahwa wanita yang ada di foto itu adalah wanita yang sama yang saat ini tiba-tiba ditunjuk sebagai calon istri kedua dari seseorang yang masih sah sebagai suaminya.

"Anaya, dia putriku!"ujar Zara pelan. "tidak ada yang bisa mengambilnya dariku,"lanjutnya lagi kini dengan kepala terangkat dan mata yang balik menatap nyalang ke arah mertuanya itu.

"Zaraa...,"Yusuf bahkan terkejut dengan tatapan tajam Zara yang baru pertama kali dia lihat. Begitu tajam dan menujuk, tapi tatapan itu jauh menusuk kedalam hati Yusuf.

"Aku akan bercerai dan Anaya akan ada bersamaku!"tegas Zara membuat ketiganya terbelalak.

"Zara! Kita harus bicara," tanpa persetujuan Zara, Yusuf langsung menarik pergelangan tangan wanita itu dan membawanya ke kamar mereka.

Zara hanya diam ketika Yusuf menariknya dengan keras. Urat-urat tangan pria itu terlihat jelas, dan rahangnya yang mengetat serta wajahnya yang memerah marah.

Dia tidak suka ada kata cerai di antara mereka.

Rasa sakit dan perih pada pergelangan tangan Zara sudah tidak terasa lagi baginya. Air mata itu masih tertahan turun di kelopak matanya. Tapi sudah mengalir deras di dalam hatinya yang menjerit kesakitan.

Pintu kamar di buka dan ditutup dengan keras. Yusuf membawa Zara ke dalam walk in closet yang cukup luas yang juga kedap suara.

Tangan itu dilepaskan keudara, dengan keduanya yang sama-sama mengatur nafas dalam kemarahan yang terpendam.

Yusuf langsung berbalik menatapnya dengan tajam, "Apa maskudmu dengan perceraian! Tidak akan ada perceraian di antara kita?!"teriaknya.

Zara masih diam, membuat Yusuf geram dengan kefrustrasinya yang melanda hati dan pikirnya, "Bicaralah Zara! Katakan sesuatu!"

"Kamu...,"lirih Zara dengan kepala yang masih tertunduk enggan menatap Yusuf. "kamu yang harusnya mengatakan sesuatu padaku mas,"

Yusuf tertegun mendengarnya, Ya. Dialah yang seharusnya menjelaskan dan meminta maaf kepada Zara dan bukannya marah kepada wanita itu.

"Ak-aku...,"ahh, dia merasa bodoh untuk mengakui semuanya. "Waktu itu, mama mengajakku kesingapura, dan mengatur pertemuan antara aku dan Bella."

"Jadi benar! Berarti yang mengirimkan pesan itu adalah mertuaku sendiri."bisik hati Zara.

"Kami berbicara banyak hal, karena aku dan Bella dulu berteman sejak kecil. Lalu kami makan malam bersama, tapi kemudian aku merasa salah meminum sesuatu. Dannn..., aku tidak sadar dengan yang terjadi...,kemudian paginya aku...,"Yusuf merasa tak sanggup menyelesaikannya.

Ketika melihat tatapan mata Zara yang begitu sendu, "Lanjutkan...,"titah Zara dengan suara gemetar.

"A-aku, dan Bella. Terbangun dikamar yang sama tanpa...,"

PLAAKKKKKKK.....

Satu tamparan kerasa mendarat di pipi Yusuf sampai kepala pria itu tertoreh kesamping. Pipinya memerah akibat tamparan itu. Dia terdiam membisu.

"Menjijikan!"desis Zara. "Sangat menjijikan!"

Yusuf panik menyadari nada bicara Zara yang berubah menjadi sangat dingin serta kemarahan dan kebencian yang tersembunyi dalam nada itu.

"Zara..., maafkan aku, aku bisa menjelaskannya."Yusuf ingin mendekat dan menggapai tangan Zara.

Tapi Zara dengan cepat mundur dan menepis tangan itu, "Jangan menyentuhku! Seorang suami pezina tidak pantas menyentuh istrinya yang menjaga kesetiaan untuknya!"

"Zara maafkan aku! Aku-aku tidak tahu saat itu aku merasa ada yang salah! Tapi, aku harus bertanggung jawab pada Bella! Aku sudah merusaknya...,"

"Kamu bertanggung jawab padanya! TAPI MENGHANCURKAN PERNIKAHAN KITA?!"bentak Zara keras.

Kilatan amarah jelas terlihat, begitu mengerikan, begitu tajam dan begitu menyakitkan sampai menembus ke ulu hati Yusuf yang tidak bisa mengatakan apapun selain tertunduk kaku.

"Pernikahan ini telah ternoda!"lirihnya, begitu pilu.

Yusuf menggeleng keras, pria itu gemetaran akan setiap kalimat yang Zara keluarkan juga kemarahan yang sebenarnya dari seorang Zara.

"Aku yang salah! Pernikahan kita tidak salah, aku yang ternoda Zara! Aku –aku akan berlaku adil,"mohon Yusuf kembali mencoba mendekati Zara namun dia kembali mundur.

Zara terdiam sesaat, kemudian berkata, "Baik! Baik, aku akan mengizinkamu menikahi wanita itu!"

Yusuf merasa sedikit tenang sebelum kata terakhir Zara membuatnya seolah kehilangan separuh nafasnya mendengar itu.

"C E R A I K A N   A K U?!"

#Bersambung.....

I'M SORRY MAMA! (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang