Pedro langsung memboyong perempuan menyebalkan itu agar meninggalkan Arnold dan Ivanna.

"Hei, pelan-pelan! Kau bisa menyakitiku!" Ucap Carla yang terus berusaha melepaskan cekalan Pedro hingga suaranya menghilang perlahan-lahan meninggalkan kamar Ivanna.

"Dan kau Ivanna, Penjelasan apa yang ingin kau katakan?" Arnold menatap Ivanna dengan serius."

"Sepertinya kau tidak butuh lagi penjelasan apapun dariku." Ivanna berbalik badan hendak meninggalkan Arnold, namun Arnold langsung mencekal tangan Ivanna, "Kau serius ingin membuat masalah semakin sulit?"

"Arnold! Berhentilah menggangguku, berhentilah mengekang ku dan berhentilah selalu membuatku seperti orang penting untukmu." Ivanna merasa kemarahan dan kekesalannya sudah berada di ambang batas.

"Kau tidak berhak untuk selalu tahu kemana pun aku pergi, dengan siapa aku pergi dan apa yang kulakukan saat aku pergi."

"Berhenti mempermainkanku Arnold! Kau menganggap ku apa? Anak asuhmu? Adikmu? Atau apa?" Ivanna menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, "Oh.. karena aku memiliki hutang padamu?" Ivanna tersenyum miring.

"Ivanna, kau bukan memberi jawaban yang ku mau." Tatapan Arnold semakin kalut akan amarah.

"Stop! Aku tidak akan memberi jawaban apapun yang kau mau, mengerti?" Ivanna membalikkan badannya, namun lagi-lagi Arnold menarik bahunya lalu mencekal nya, "Kau mau bebas? Silahkan! Pergi kemanapun kau mau dan dengan siapapun kau mau. Hutangmu lunas!"

"Baik, aku pergi." Ivanna membalikkan badannya lagi, tapi Arnold mencengkram nya, "Tapi aku tidak menyuruhmu untuk pergi. Kau akan tetap ada di manapun aku ada. Sebagai asistenku!"

Ivanna terperangah dan tidak percaya dengan apa yang Arnold katakan saat ini. Ia sebenarnya tidak masalah dengan apa yang Arnold lakukan sebelumnya, tapi dengan ucapan yang baru saja dikatakannya? Itu bukan salah Arnold, itu salah Ivanna. Ivanna yang memulainya.

Arnold tersenyum miring, walau hatinya sangat bertolak belakang dengan apa yang diucapkannya saat ini.

"Kau mau bebas 'kan? Tenanglah, aku tidak akan melarangmu untuk pergi dengan siapa pun dan kemanapun. Tapi kau akan menjadi asistenku, ikuti aku dan urus semua yang aku butuhkan. Sekarang kau bebas Ivanna! B-E-B-A-S! Ini yang kau mau 'kan?!"

Ivanna merasa hatinya seperti ditusuk oleh banyak jarum. Ia tidak menyukai Arnold dan perkataannya yang menyakitkan ini. Ia tidak menyukai Arnold yang memarahinya hingga seperti ini. Ia tidak suka Arnold memandanginya seperti sekarang ini.

Ivanna tidak tahu harus menjawab seperti apa, bertindak seperti apa dan berekspresi seperti apa. Tidak terima atau malah bersyukur?

Ivanna tahu Arnold sudah begitu baik padanya, tapi mungkin caranya yang Ivanna tidak suka. Ivanna yang memulai masalah ini, ia yang membuat Arnold marah. Sebelumnya Ivanna juga bertekad untuk menjelaskan semuanya pada Arnold kalau saja ia tidak marah-marah dan bersikap kasar pada Ivanna.

Begitupun Ivanna, ia juga tidak mengerti kenapa amarahnya begitu gampang sekali terpancing, lebih lagi berapa hari ini ia merasa tidak enak badan.

Setidaknya saat ia sampai Arnold menanyakan terlebih dahulu kemana Ivanna pergi dan apa yang Ivanna lakukan saat Ivanna pergi. Tapi bukannya seperti yang Ivanna rencanakan, Arnold malah bersikap sebaliknya. Membuat Ivanna malu didepan para pelayan dan juga muak karena Arnold yang terlalu egois.

Ivanna menelan salivanya, "A-aku.."

"Kau senang?" Sela Arnold.

Ivanna menggeleng dengan cepat.

"Jika kau ingin menghukum ku, hukumlah aku sewajarnya. Aku tidak mau jadi asisten mu!"

"Aku beri waktu hingga lusa. Kau bisa berpikir cara apa yang ingin aku lakukan padamu." Arnold berlalu pergi meninggalkan Ivanna, ia menarik pintu kamar Ivanna, "Setelah kau mendapat ide yang bagus, kau bisa memanggilku, tapi sebelum kau mendapatkannya, kau tidak boleh keluar dari kamar ini." Arnold lalu mengunci pintu kamar Ivanna dan benar-benar meninggalkan Ivanna dikamar itu sendiri dengan keadaan pintu yang terkunci dari luar.

Ivanna tertunduk lesu, ia tidak tahu harus bagaimana. Ivanna menangis sejadi-jadinya, ia memeluk tubuhnya dan wajahnya berpangku disela pahanya.

Hatinya begitu sakit melihat Arnold bersikap seperti ini. Ivanna sadar bahwa ia mulai mencintai Arnold, tapi ia belum yakin dan tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Ivanna tidak yakin Arnold memiliki perasaan yang sama dengannya. Arnold hanya menginginkan dirinya, bukan hatinya.

Ivanna merasa kepalanya pusing, perutnya begitu mual, segera saja Ivanna langsung lari ke wastafel, Ivanna merasa ada sesuatu yang sangat ingin dimuntahkannya, tapi tidak ada, hanya air liurnya saja.

Ivanna membasuh wajahnya dengan air lalu menatap wajahnya yang kusam dan matanya yang sembab.

"Aku bukan Ivanna yang lemah."Ivanna tersenyum pada dirinya sendiri, "Aku Ivanna yang kuat kan?" Ivanna menangis lagi lalu kemudian menyeka air matanya, " Tapi aku tidak tahan lagi... Hatiku tidak sekuat dulu lagi..Hiks..Hiks.." Ivanna terisak.

Arnold berdiri didepan pintu kamar Ivanna dan mendekatkan telinganya di pintu kamar itu. Ia mendengar jelas Ivanna yang menangis dan yang berlari ke wastafel karena ingin muntah. Arnold merutuki dirinya lalu mengepalkan tangannya di pintu kamar itu, ia menyandarkan kepalanya di pintu kamar Ivanna. Ia menyesal, sangat menyesal.


TO BE CONTINUED...

---------

Jangan lupa untuk tinggalin komentar dan vote kalian ya!

Follow juga akun Ig aku @friskakristinaa

Thank you! :)

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now