Chapter 35

16.9K 705 28
                                    

Double update! Yeyyyy

Jangan lupa buat vote part sebelumnya nya. Scroll dulu ke atas ☝️

Happy reading!

---------

"Ivanna?" Panggil Arnold memastikan bahwa wanita yang sedang berjalan menembus gelapnya malam itu adalah Ivanna. Ivanna berjalan sendiri dengan heels yang saat ini sudah ia pegang. Ivanna bertelanjang kaki sambil sesekali mengusap pipinya yang dihujani air mata.

Entah apa yang membuatnya menangis. Ia sendiri juga tidak mengetahuinya. Mungkin karena Arnold berpelukan dengan wanita lain? Atau karena Sean mengelus bahunya? Hanya karena mengelus bahu apa bisa langsung membuat Ivanna menangis? Ia juga berpikir kalau Sean hanya bercanda, tidak begitu serius. Mungkin Ivanna menangis karena alasan yang pertama.

Tapi apa Ivanna pantas menangis Arnold yang bukan siapa-siapanya? Cemburu saja tidak pantas, apalagi menangis. Huh

Ivanna mendongak dan mendapati mobil sport berdiri disebelahnya. Ia mengenal suara yang belakangan ini mengisi hari-harinya. Ya, Arnold.

Ivanna bersyukur Arnold datang untuk menjemputnya, ia kira pria laknat itu akan membiarkan pergi sendirian. Tapi ia juga tidak terima karena Arnold membawa wanita yang ia peluk tadi. Seakan hatinya bertambah perih dan sakit, namun Ivanna langsung menepis perasaan  gundahnya dan berusaha mengingatkan dirinya kalau semua akan baik-baik saja.

"Arnold?" Tatap Ivanna tidak percaya.

Arnold keluar dari mobil sportnya dan langsung menghampiri Ivanna. Arnold memegang pergelangan tangan Ivanna.

"Kau mau kemana?!" Tanyanya dengan penuh intimidasi.

"Aku juga tidak tahu aku mau kemana. Tapi sepertinya aku perlu mencari tempat lain untuk bermalam," ucap Ivanna lalu tersenyum hambar.

"Apa kau gila?!" Arnold mencekal tangan Ivanna kuat. Ivanna meringis namun kemudian Arnold mengurai cekalan nya.

"Kau ikut aku pulang ke mansion." Arnold menarik tangan Ivanna hingga berada di depan pintu mobil.

"Apa kau yakin ingin membawaku? Mobil ini hanya untuk dua orang saja. Sedangkan kekasihmu ini?" Carla menoleh dan mendapati Ivanna sudah berdiri di samping pintu mobil. Carla tersenyum kearah Ivanna, namun Ivanna hanya membalasnya dengan senyum hambar,  tanpa ia sadari terselip perasaan kecut hati yang enggan ia perlihatkan.

Arnold mengerang dan menjambak rambutnya frustasi. Ia harus bagaimana sekarang? Dua perempuan yang ada dihadapannya saat ini sungguh membuatnya dilema.

"Dia bukan kekasihku," balas Arnold pelan.

"Sudahlah, aku bisa pergi sendiri." Ivanna berlalu tanpa menghiraukan jawaban dari Arnold. Arnold lagi-lagi menarik lengan Ivanna dan mendekapnya. Ivanna hanya terdiam bisu dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Arnold.

Sedangkan Arnold memejamkan matanya sambil sesekali mencium pucuk kepala Ivanna.

"Pulanglah bersamaku." Arnold melepas pelukannya dan memegang bahu Ivanna berusaha meyakinkan wanita yang ada dihadapannya saat ini.

Carla berdeham lalu berjalan menghampiri Arnold dan Ivanna. Seketika Arnold melepas tangannya dari bahu Ivanna lalu menatap Carla yang sekarang sudah berdiri disebelahnya.

"Sampai kapan kita akan disini terus?" Carla memecah keheningan diantara mereka. Ivanna menatap Carla seolah mengenali wajahnya. Bagi Ivanna Carla bukan seperti orang asing, ia seperti pernah melihatnya, tapi ia juga tidak tahu dimana. Ivanna berusaha mengingat-ingat kembali.

"Aku akan menelpon Pedro agar ia bisa menjemputmu Carla," lalu Arnold mengambil teleponnya dari saku celana bahannya.

"Aku?" Tanya Carla tidak percaya. Arnold hanya mengangguk tanda 'mengiyakan' pertanyaan Carla. Arnold memberitahu lokasinya kepada Pedro agar ia bisa menjemput Carla. Hal terbodoh jika Arnold sampai meninggalkan Ivanna di jalanan yang gelap tanpa ada satu cahaya pun sebagai penerang.

Arnold lalu memasukkan teleponnya kembali. Ia menuntun Ivanna agar masuk ke mobilnya, lalu Arnold membukakan pintu mobil yang ada disebelahnya. Ia tersenyum hangat dan mengecup kening Ivanna, Arnold sungguh merasa bersalah.

Ivanna hanya diam dan menuruti perkataan Arnold. Sebenarnya ia tidak enak hati melihat Carla yang ditinggalkan, tapi Arnold tidak bisa ia bantah. Ivanna juga tidak mengerti mengapa ia selemah dan serapuh ini sekarang. Padahal dulu Ivanna selalu saja berdebat dengan Arnold, tapi sekarang seperti berbalik dari sebelumnya.

Carla tercengang dan ia menganga melihat kejadian yang entah itu romantis buatnya atau tidak.

"Pedro sebentar lagi akan sampai, Aku tidak akan meninggalkanmu sendiri sebelum ia datang."

Carla membuang wajahnya lalu menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Carla..." Panggil Arnold pelan. Ia tahu sekarang, ia sudah menyakiti hati wanita yang pernah mengisi hatinya ini dulu. Tapi 'kan itu dulu, sekarang kenyataannya sudah berbeda. Arnold tidak mencintai Carla seperti dulu lagi. Bahkan Arnold sangat membencinya, tapi ia juga merindukannya. Perasaan campur aduk itu yang membuatnya tidak bisa bersikap tegas menolak Carla.

"Sebegitu cintanya kau dengan wanita itu? Ia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan denganku." Carla masih tetap menyilangkan kedua tangannya dan menatap Arnold tidak percaya.

"Carl--"

"Pasti ia hanya wanita satu malam mu 'kan? Ayolah Arnold.. Aku bisa memuaskan mu malam ini." Sela Carla.

"Stop Carla! Ia tidak seperti yang kau ucapkan!" Ucap Arnold tidak suka dengan perkataan Carla.

Ivanna sayup-sayup mendengar perdebatan keduanya. Ia memilih diam dan mengabaikan. Ivanna memeluk dadanya dengan kedua tangannya. Udara malam begitu menusuk tulangnya, dikarenakan mobil yang dibawa Arnold adalah mobil sport dengan design atap terbuka. Sungguh malam yang sempurna untuk Ivanna.

Carla mencebik dan memajukan bibirnya kedepan. Ia tidak suka Arnold membela wanita lain selain dirinya. Tidak lama setelah itu Pedro datang dan memanggil Arnold dari kaca mobil yang ia buka, "Tuan Arnold?"

Arnold langsung menarik tangan Carla agar masuk kedalam mobil, namun wanita itu menghempaskan tangan Arnold, "Aku tidak mau!"

Arnold mengangkat alisnya, "Kalau begitu kau bisa pulang sendiri." Arnold berlalu dan meninggalkan Carla yang masih berdiri di samping pintu mobil.

Carla menghentakkan kakinya ke aspal jalan itu. Lalu memilih masuk ke mobil yang dikemudikan oleh Pedro. Ia mengumpat sambil sesekali melihat mobil Arnold yang sekarang sudah meninggalkan mereka.

"Kita ke mansion nona Carla?" Tanya Pedro lalu menatap Carla heran. Ia kaget melihat kedatangan Carla lagi, setelah wanita itu pergi tanpa jejak tiga tahun yang lalu.

"Ya." Balasnya cuek lalu menatap kesal jalanan yang ada disampingnya.

Pedro mengangguk lalu mengemudikan mobil yang dibawanya menuju mansion.

TO BE CONTINUED....

--------

JANGAN LUPA TINGGALIN KOMEN DAN VOTE KALIAN SUPAYA AKU TETAP SEMANGAT YA!

THANK YOU! :)

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Where stories live. Discover now