"Liana nona," sambung pelayan itu seolah mengerti isi pikiran Ivanna.

"Liana.. nama yang indah. Maafkan aku tidak ingat namamu, Liana."

"Bagaimana kau ingat namaku nona? Jika kita tidak pernah saling sapa?" Liana terkekeh pelan.

Ivanna tertawa mengingat betapa sok kenalnya ia dengan Liana. Padahal sekalipun ia belum pernah menyapa dan menanyakan langsung nama Liana, pelayan itu.

"Kau benar Liana, aku tidak pernah berbicara denganmu sebelumnya." Ivanna mengulum senyumnya.

Ivanna membuka kulkas dan mengambil minuman kaleng lalu meneguknya, "Kau tidak perlu repot-repot, Liana. Aku bisa membuatkan makanan untukku sendiri," sambungnya lagi.

Liana hendak menarik tangan Ivanna, "T-tapi nona.. tuan Arnold akan memarahiku."

"Arnold lagi? Apa pesan yang ia tinggalkan untukmu?" Ivanna mengambil roti tawar dan mengoles selai srikaya diatasnya.

"Aku harus menyiapkan makanan dan minuman untukmu, memastikan bahwa kau tidak pergi kemanapun dan dengan siapapun, lalu menyiapkan apa saja yang kau butuhkan selain makanan dan minuman." Jelas Liana.

Ivanna mendengus. Ia menyatukan kedua roti tawar yang sudah ia olesi selai tadi lalu meletakkannya di piring. Tak lupa juga Ivanna menyeduh cokelat hangat lalu membawa piring dan gelas itu ke meja makan. Sedangkan Liana tetap mengikutinya.

"Liana, kau tidak perlu mengikuti apapun yang Arnold katakan." Ivanna menggigit roti tawar tadi, "Lihatlah, aku bisa menyiapkan apapun yang aku butuhkan. Kau terlalu takut dengannya." Ivanna memakan roti tawar itu sedikit demi sedikit.

"Nona.. aku tidak mau kehilangan pekerjaanku hanya karena tidak mengikuti perintah dari tuan Arnold." Liana menundukkan wajahnya lesu.

Ivanna membersihkan remahan roti yang ada ditangannya lalu meminum cokelat hangat yang ia buat tadi.

Ivanna menatap Liana lekat, "Kau kembalilah bekerja. Aku akan memanggilmu nanti saat aku memang sedang butuh sesuatu."

Liana tersenyum lalu mengangguk, kemudian ia meninggalkan Ivanna sendirian dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Ivanna mendengus mengingat Arnold yang selalu memberi perintah dan perintah. Ia senang sekali membahayakan seseorang dengan kalimat perintah darinya yang harus selalu dituruti.

---------

Disisi lain

Pedro meletakkan sebuah flashdisk di meja Arnold.

"Ini yang kau minta tuan."

Arnold meraih flashdisk itu lalu menyambungkan ke laptop miliknya.

Arnold membaca semua data yang berhasil dikumpulkan oleh Pedro untuknya. Sesekali Arnold mengernyitkan dahinya lalu menautkan kedua alisnya. Entah apa yang sedang Arnold baca hingga membuatnya berekspresi seperti itu.

"Semua yang kau dapatkan ini sudah benar?" Arnold menatap Pedro.

"Sudah tuan. Bahkan semua cctv juga sudah dilakukan pengecekan untuk memastikan apakah riwayat lokasi yang pernah mereka kunjungi sama persis seperti di cctv tempat mereka pernah menampakkan diri." Papar Pedro.

Arnold mengangguk, ia tahu kalau Pedro tidak pernah berbohong pada dirinya. Pedro sangat ahli dalam hal memata-matai seseorang dan mencari informasinya seakurat mungkin. Bahkan tidak pernah meleset. Pedro melebihi agen rahasia.

Arnold menghela napas kasar lalu menutup laptopnya, "Beraninya mereka berurusan denganku."

Pedro menundukkan kepalanya, ia tahu pasti akan ada masalah besar yang terjadi.

"Kau bisa urus semua keperluan yang akan ku butuhkan. Untuk saat ini, aku belum bisa membawa Ivanna kembali ke LA. Aku ingin lihat rencana apa yang pertama kali mereka lakukan."

Pedro mendongak lalu menatap Arnold serius, "Tapi mereka bisa membahayakan nona Ivanna tuan."

"Akan ku pastikan itu tidak akan terjadi."

Arnold kemudian meminum bir yang ada dihadapannya, "Jadi Lucas itu tunangannya? Dan hubungan mereka sudah ada bahkan sebelum Carla bersama denganku?" Arnold mengepalkan kedua tangannya.

"Benar tuan.." Pedro menjawab dengan pelan.

Arnold kemudian memukul meja dengan kuat hingga membuat Pedro terkejut bukan main. Pedro melihat begitu jelas kemarahan yang terpatri di wajah Arnold. Rahangnya mengeras dan matanya berubah menjadi kemerahan, jelas seperti seorang yang sedang menahan kemarahannya.

Lalu Arnold berdiri, "Kembali ke mansion."

Pedro mengangguk lalu menyusul Arnold yang sudah pergi duluan meninggalkannya.
Pedro sebenarnya tidak sampai hati mengingat Ivanna yang jadi target utama dari Carla dan Lucas. Entah apa yang mereka rencanakan untuk Ivanna, Pedro juga tidak tahu.

Namun, Pedro melihat kekhawatiran yang begitu jelas dari sorot mata Arnold. Bagaimanapun juga ia pasti akan ambil alih untuk terus menjaga Ivanna dari rencana busuk Carla, bukan karena Pedro orang kepercayaan Arnold, tapi karena Ivanna adalah wanita yang baik. Ivanna tidak seburuk Carla, walau Pedro sering melihat Ivanna dan Arnold bertengkar.

Pedro kemudian membukakan pintu mobil untuk Arnold. Pedro melajukan mobilnya meninggalkan tempat rahasia Arnold yang biasanya hanya Arnold datangi untuk membahas hal yang hanya dirinya dan Arnold ketahui.

TO BE CONTINUED...

--------

PLEASE TINGGALIN KOMENTAR DAN VOTE KALIAN YA SUPAYA AKU TETAP SEMANGAT!

Jangan lupa follow aku dan juga akun Ig ku ya @friskakristinaa bisa tanya² melalui DM 🤗

THANK YOU! :)

The Dangerous Billionaire [#1 McClain Series]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt