"Tante lihat dan menurut Tante, kamu model yang cantik," kata Elina.

Iris menatap ragu, "Bukan gadis nakal?"

"Yang terlihat di permukaan, enggak selalu menentukan isi di dalamnya," jawab Elina sembari melap tangannya dengan tissue. "Tante enggak lihat kalau Zhao jatuh cinta pada gadis nakal."

"Sampai sekarang Iris masih enggak mengerti kenapa Mas Zhao mau."

"Lho, kenapa? kan Iris cantik..."

"Banyak perempuan cantik yang Mas Zhao kenal."

Elina menyadari gadis di hadapannya ini memang kehilangan banyak hal dan seperti yang Zhao katakan, Iris merasa tak memiliki apapun lagi. Ketidaksempurnaan ikut merampas rasa percaya dirinya.

Iris menoleh karena Elina terdiam, "Oh maaf, Mas Zhao sudah peringatkan supaya enggak pesimis, tapi kadang masih susah menahannya, karena—"

"Tante yang akan lebih sering mengatakannya untuk kamu."

"Ya?"

"Bahwa Iris anak yang cantik dan hebat."

Iris merasa air matanya siap jatuh, "No, I'm not."

"Yes, you are," ucap Elina lalu mengganggam tangan Iris. "Lebih dari lima jam di ruang operasi itu bukan waktu yang sebentar dan berbulan-bulan dalam perawatan, itu juga bukan waktu yang sebentar... kamu sudah bertahan pada banyak hal, berbagai pelat lalu korset penahan, dokter menyebalkan, obat yang begitu banyak, sesi terapi yang enggak kunjung berhenti... tapi kamu masih disini untuk tetap menjalaninya."

"I almost giving up," lirih Iris sebelum menjatuhkan tetesan air matanya.

"You finally deal with it, praise yourself more, my dear..." kata Elina lalu menguatkan genggaman tangannya. "You're so strong, you're a fighter."

Iris begitu saja menangis tersedu-sedu, ia ingin seseorang mengatakan itu untuknya selama ini. Ia ingin ibunya bisa melakukan itu untuknya. Elina tersenyum dan berdiri, membungkuk untuk memeluk Iris. Jenna melihat apa yang terjadi, gadis kecil itu meletakkan piringnya lalu mendekat, naik ke tempat tidur dan ikut memeluk Iris.

"Mama bilang, more hug, more power transferred."

== [flawsome] ==

Asoka Pasque sudah membuka sedikit pintu ruang rawat sewaktu mendengar Iris berkata, 'I almost giving up.' Ia berdiri diam dan melihat situasinya berubah menghangat. Iris tersenyum dalam pelukan orang lain dan tampak lebih baik.

Perlahan Asoka memundurkan langkah, entah kenapa tidak ingin merusak momen tersebut. Asoka merasa tidak pantas untuk bergabung dengan mereka.

"Don't do that, please..." sebuah suara terdengar.

Asoka menoleh dan mendongak pada wajah pria paruh baya, pria itu tampak tidak asing.

"Saya, Ryura, Papanya Zhao."

"Ah... saya, Asoka Pasque."

Ryura mengangguk, "Iris pasti senang dikunjungi ibunya."

"Ah, saya bisa berkunjung lain kali, agar tidak menganggu..."

"Kenapa harus terganggu karena dikunjungi ibu sendiri?"

Asoka merapikan rambut ikalnya, ia menelan ludah. "Iris... akan lebih senang jika saya tidak menganggunya saat ini."

"Tapi keluarga terkadang memang saling menganggu, it's fine," kata Ryura lalu tertawa dan begitu saja menjangkau pintu, membukanya untuk membuat pengumuman, "Lihat siapa yang datang..."

FLAWSOME #PasqueSeries IWhere stories live. Discover now