5

33K 4.1K 235
                                    


Iris memperhatikan dua orang lelaki yang memasuki café tempatnya minum kopi bersama Amanda. Iris memutuskan mampir sembari menunggu Cece untuk berbelanja di Mall sebelah.

"Pascal tuh," kata Amanda mengenali kakak Iris.

"Hmm..." ucap Iris sembari menyedot cappuccino float di gelasnya.

"Yang bareng Pascal itu siapa, Ris?" tanya Amanda, penasaran dan terus memperhatikan.

Iris mengamati lelaki ramah yang duduk di samping kakaknya, mereka memesan kopi yang sama. "Mas Zhao."

"Manis ya? I mean... yah, sweet." Amanda tersenyum-senyum sendiri mengamati Zhao.

Iris mengalihkan tatapannya, sedang tidak ingin mengagumi sahabat kakaknya itu. Sewaktu mendongak untuk memandang layar televisi plasma, Iris justru melihat liputan berita peresmian bangsal baru di HW-Hospital, Hoshi Walker selaku Presiden Direktur rumah sakit itu diwawancarai.

"Eh! Eh, kok mirip sih!" seru Amanda yang ternyata ikut menonton televisi.

"Mas Zhao adiknya itu," kata Iris.

Amanda berdecak kagum, "Enggak bisa milih gue kalau tampilannya begitu-begitu."

Iris terkekeh, "Sembarangan, udah menikah tuh dia, punya anak satu juga."

"Oh! berarti tinggal adiknya yang available?"

Iris tidak menjawab, sepanjang pengetahuannya, berkali-kali hadir di acara ulang tahun Pascal, atau hadir dalam beberapa acara formal bersama, Zhao memang belum pernah membawa seorang gadis bersamanya.

"Zhao Leif Walker, well! Boleh juga nih..." kata Amanda menunjukkan layar ponselnya, tertera laman pencarian yang memuat profil Zhao. Identitas professional, riwayat pendidikan, pekerjaan, hingga deretan prestasi baik secara resmi maupun sekadar penghargaan partisipasi dalam sebuah seminar.

"Ada ya orang yang beneran perfect begini?" tanya Amanda lagi, masih memandangi rincian profil Zhao.

Iris teringat kelakar yang selalu dilontarkan teman-teman Pascal pada Zhao. "Pilih putra pejabat, pengusaha sukses, atau Zhao Walker saja."

"What was that?" tanya Amanda, bingung.

"Teman-temannya Pascal kalau buat kelakar begitu, katanya setiap orang tua yang kenal sama Mas Zhao langsung anggap dia sebagai calon menantu potensial."

Amanda nyengir, kembali memperhatikan sisa tayangan televisi, "Padahal posisinya cuma pewaris kedua."

"There's something about him," kata Iris dan Amanda langsung memandangnya serius. "Kata Pascal, satu-satunya teman yang belum pernah bikin dia emosi cuma Mas Zhao dan satu-satunya teman yang enggak pernah ikut komentar tentang keluarga gue, ya cuma Mas Zhao."

"Ya?"

"Dan sejujurnya, di antara semua teman Pascal, gue juga paling segan sama dia."

Amanda menarik sebelah alisnya, "Segan? nggak pernah lo nakalin, sekali-kali juga?"

Iris tertawa, "Eh! Enggak pernah ya, sama teman-temannya Pascal."

"Yang satu ini seharusnya pengecualian sih, Ris..."

Seketika Iris teringat kenekatannya mengecup pipi Zhao beberapa waktu lalu. Sebenarnya ia sekadar penasaran bagaimana lelaki itu bereaksi, namun ternyata Zhao tidak bereaksi apapun. Saat Iris nekat menggunakan kartunya untuk belanja berbagai barang tidak masuk akal juga, Zhao tidak bergegas melakukan pemblokiran, justru baru menegur saat melihat Iris merokok tadi.

"Ris," panggil Amanda karena teman bicaranya itu diam saja.

"Gue enggak mau cari masalah sama Pascal," kata Iris namun tampaknya Amanda memanggilnya untuk sesuatu yang lain. Tatapan Amanda mengarah ke pintu masuk café.

FLAWSOME #PasqueSeries IWhere stories live. Discover now