corat coret 1

105 55 33
                                    


Cekrek... cekrekkk... seorang lelaki tampan dan muda menangkap gambar dengan lensa kamera baru ditangannya. Dia membidik Masjid Raya Bandung yang terletak persis sebelah Alun-alun Bandung, Bangunan bercorak arab bernuansa megah tampak sempurna dengan satu kubah besar pada atap tengah diantara 2 menara kembarnya.

Selanjutnya Malik membidik kameranya kearah lain, kearah lapangan hijau terlihat segar namun ternyata rumput sintetik, awalnya hanya pemandangan orang yang berlalu lalang di cahaya sore yang masih terik seperti biasa di alun-alun dia berada. Sampai akhirnya kameranya sampai pada seorang cewek cantik memakai rok pendek abu-abu dan atasan seragam yang di double sweter pink lembut. Malik tersenyum tanpa alasan.
Cekrek Malik memotret gadis itu. "Bandung memang cantik," gumamnya sendiri. Sebenarnya yang dia kagumi gadis yang kini dalam tangkapan kameranya. Malik memotret beberapa kali, rambut panjang Alisha yang terhembus angin membuat dia semakin terlihat cantik natural. Gadis itu memang cantik walau hanya fokus mengetik pada laptopnya.

Alice tak menyadari ada seseorang yang mengawasinya yang hanya berjarak kurang lebih 5 meter darinya. Dia terlalu sibuk larut dalam imajinasinya, mengetik cerita yang dituangkannya dalam laptopnya.
Lalu pada cerita yang buntu membuat Alice frustrasi, "Apa yang akan ku katakan kalau aku jadi dia?" tanya Alice pada diri sendiri. "Argggghhh dia dan aku tokoh yang berbeda." Alice mengacak acak rambutnya hingga rambutnya kusut sempurna.

Malik terkejut lalu tersenyum dan tetap mengambil gambar dari berbagai angel.

Cekrek cekrek cekrek entah untuk ke berapa puluh kali Malik memotret untuk model yang sama. Lalu entah bagaimana Alice menyadari keberadaan seorang yang memotretnya sedari tadi. Dengan segera dia menutup Laptopnya, memasukan kedalam tas dan menggendongnya. Mendekati si cowok asing yang mengambil gambarnya tanpa izin.

Malik menyadari gadis itu mendekatinya, tapi dia acuh dan tatap memotret, menikmati setiap langkah gadis itu mendekatinya, di setiap langkahnya membuat Malik semakin bersemangat memotret.

Sampai akhirnya gadis itu benar-benar ada dihadapannya. Wajah Alice yang marah sengaja didekatkan didepan lensa kamera lelaki asing itu, hingga wajahnya benar-benar tampak di zoom.

Malik menurunkan kameranya, "Sorry....?" Ucap Malik dia sadar tak bisa menghindar.

"Ngapain kamu?" tanya Alice

"Mengambil foto." Ucap Malik sambil memfoto ke sembarang tempat.

"Aku juga tau, kenapa kamu mengambil fotoku tanpa ijin?" selidik Alice.

"Aku tak hanya mengambil fotomu, kebetulan kamu terbawa saat aku memfoto disitu." Malik berkillah, tatapnya membuat salah tingkah.

Alice tau benar dia tak salah menuduh dia merebut kamera ditangan Malik tanpa perlawanan,
"See?" Alice kesal saat mendapati fotonya begitu banyak.

"Baiklah aku ketahuan." Ucap Malik berusaha merebut kembali kameranya, "Aku rasa mengambil barang seseorang tanpa izin adalah pelanggaran hukum."

"Mengambil gambar orang tanpa ijin juga sebuah kejahatan." Alice merebutnya kembali dan menghapusnya foto-foto secara acak.

"Stop. Kau akan menghapus semua?" Malik tampak cemas.

"Of course. Lagi pula itu foto wajahku. Itu hakku."

"Tapi itu hasil fotoku. Jadi itu hakku"

Alice tidak peduli dan konsisten menghapus.

"Setidaknya liat dulu hasilnya." Ucapan lelaki tak dikenal itu mempengaruhi Alice. Anehnya Alice malah menuruti perkataan orang asing itu. Alice memandangi fotonya yang memang terlihat bagus menurut dia.

Alice And Magic Pencils [On Going]Where stories live. Discover now