Kopi dan Kamu ☕ 13

91 19 37
                                    

Kopi habis. Roti habis. Camilan habis. Bahkan gilanya, satu bungkus yang berisi 16 batang rokok pun sudah Reza habiskan malam itu juga, di dalam mobilnya yang terparkir depan minimarket.

Cukup membunuh waktu, tapi ini masih gelap, masih jauh menuju fajar. Reza turun lagi untuk membeli air mineral dan kembali ke mobil.

Masih ditemani lagu dalam mobilnya, Reza tidak tahu apa yang harus Ia lakukan. Percuma saja berkali-kali mengecek ponsel. Ini sudah dini hari, Frida sudah tidur dan tidak mungkin membalas pesannya.

Akad milik Payung Teduh. Starlight milik Muse. Sampai Jadi Debu milik Banda Neira. Sign of The Times milik Harry Styles. Elastic Heart milik Reality Club. Best Friend milik Rex Orange County. Pesan di Balik Awan milik Adhitia Sofyan. Sorry milik Pamungkas. Celengan Rindu milik Fiersa Besari. Perfect milik One Direction. Kalapuna milik Danilla. Lost Stars milik Adam Levine. Down in Vieux Cannes milik Vira Talisa. Dusk Till Dawn milik Zayn Malik. Hingga Bitterlove milik Ardhito Pramono.

Sudah cukup. Reza mematikan musik. Ia memilih untuk memejamkan matanya. Sebentar saja, biarkan cowok itu beristirahat dan terbangun menjelang fajar.

Reza membuka matanya. Ketika melihat ponselnya, ini sudah pukul 4 pagi. Saat itulah Ia sadar, cara membunuh waktu terbaik adalah dengan tidur.

Reza menenggak air mineralnya sebelum kembali menyalakan mesin mobilnya. Ia kembali menyalakan musik sambil mengendarai mobilnya, menembus dinginnya hembusan angin pesisir pantai menjelang fajar.

"Yang patah tumbuh, yang hilang kembali~" senandung Reza, mencoba menghilangkan kantuk yang menyerang. Perjalanannya hanya beberapa menit saja, ditemani satu lagu indie milik Banda Neira.

Dan disinilah dirinya, di depan gerbang hitam sebuah rumah yang beberapa jam lalu Ia kunjungi. Reza menuruni mobilnya dan melemparkan plastik isi coklat ke dalam gerbang rumah Frida.

Reza memasuki mobilmya lagi. Ia membuka ponselnya untuk kembali mengirimi Frida pesan.

Syahreza Manuela
Aku taro coklat di halaman rumah

Tadinya, Reza hendak pergi dan pulang saja. Namun keterkejutannya terhadap dua tanda centang yang berubah warna menjadi biru membuat Reza mengurungkan niatnya untuk pulang.

Apalagi ketika telinganya mendengar suara pintu terbuka yang sangat nyaring, cowok itu langsung mematikan mesin mobilnya. Sesosok gadis dengan piyama, jaket, dan kacamata yang bertengger di hidungnya sedang berjalan ke arahnya.

Frida membuka gerbang rumahnya bersamaan dengan Reza yang yang membuka pintu mobilnya.

"Kok jam segini udah bangun, Sya?"

Frida tidak menjawab pertanyaan Reza. Gadis itu malah menghambur ke pelukan Reza dan tenggelam di sana tanpa suara.

Reza mencoba tenang, membalas pelukan gadisnya dan mengelus pelan pucuk rambut panjang Frida. Tapi ada yang janggal. Lama-kelamaan, Reza merasakan dadanya membasah.

Perlahan, Reza mendorong bahu Frida untuk melepas pelukannya. Ia menatap wajah gadisnya yang sembap karena menangis.

"Kamu kenapa, Sya?" tanya Reza. Bukan tersirat lagi, nada kekhawatiran terdengar sangat jelas dalam suaranya. "Kenapa nangis?"

Dengan cepat, Frida mengusap air mata di pipinya dan tersenyum. "Kamu bau rokok tau, Za."

"Risya aku beneran nanya, kamu kenapa nangis?" tanya Reza lagi dengan nada yang lebih tegas. Reza tidak tahu apa-apa, benar-benar tidak mengerti kenapa gadisnya tiba-tiba menangis di hadapannya.

Bukannya menjawab, Frida malah berjinjit, menyejajarkan wajahnya dengan wajah Reza walau cowok itu masih tetap lebih tinggi dari Frida.

Hening sebentar. Reza memejamkan matanya karena kaget ketika sesuatu yang kenyal dan basah menempeli bibirnya.

Frida mencium Reza di bibirnya.

Walaupun tidak sampai dua detik, yang barusan terjadi benar-benar terkejut dan tidak disangka-sangka. Frida bisa dibilang sangat berani karena bertindak seperti tadi.

"Sya?"

"Pagi ini kita ketemuan ya," Frida tersenyum. Tapi semuanya terasa aneh bagi Reza, asing dimatanya. "Aku masuk dulu."

Tidak menunggu respon Reza, Frida kembali masuk dan mengunci gerbang rumahnya. Ia kemudian mengambil plastik berisi coklat yang tergeletak di tanah lalu berteriak, "Makasih ya, Za!"

Frida memasuki rumahnya, menutup pintunya, meninggalkan Reza yang berdiri termenung di depan gerbang dengan sejuta pertanyaan yang tak dapat terucap.

☕☕☕

words count : 618
finished 1:00 am, 10 march 2020

ini sebenarnya apa yang terjadi dengan frida dan reza):

Kopi dan KamuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora