2. Rintikan Hujan

33 4 0
                                    

"Kunikmati hujan deras ini sembari berjalan, mengenang pahitnya masa lalu dengan riasan air mata. Lalu kau datang dengan tubuh basah kuyup dan menemaniku dikala sakit itu singgah ke hatiku."

Tak terasa hari ini sudah dilalui sedemikian rupa. Banyak pengalaman lucu tak terlupakan dikelasnya hari ini. Siapa lagi kalau bukan Bintang Dermawan tokoh utamanya.

Setengah jam lagi menunjukan waktu pulang. Namun guru Bahasa Indonesia itu, Bu Wenny Oktarina belum saja berhenti merepet.

Apalagi jika bukan tugasnya yang tak terselesaikan. Ia meminta murid membuat makalah laporan tapi hanya sedikit siswa yang mengumpulkan. Jelas saja jika ia marah tak henti-hentinya. Semua murid juga tau, jika ia sudah marah bahkan jika kiamat sudah dekatpun ia tetap merepet.

"Ya tuhan lamanya dia khotbah." Dengus Mikel.

Sementara itu Yolla mulai mengantuk mendengar ocehannya. Andai saja dia bisa tidur, tak peduli pada gempa serta kiamatpun ia tetap saja tidur.

"Lama lagi ya dia khotbah nya?" Bisik Yolla samping Zefery.

"Aku udah kebelet berak loh ini." Bisik Zefery kembali pada Yolla.

Pada akhirnya setengah jam habis hanya mendengar omelan Bu Wenny.
Tak satupun dari mereka merasa bersalah karena tak mengumpulkan tugas Bahasa Indonesia.
Bel sekolah akhirnya berbunyi, menandakan bahwa sudah waktunya untuk pulang. Dan mereka pun pulang.

Namun cuaca mulai mendung, awan tampak gelap. Pasti hujan akan turun. Dan Yolla harus segera pulang, mana lagi dia harus menunggu angkutan umum. Pasti sudah kebelet basah deluan. Jadi ia memutuskan untuk jalan kaki saja. Ia pun juga berpikir, jika ia menunggu angkutan umum sudah pasti dia terguyur hujan duluan. Dan tentunya dia tak mau naik angkutan umum dengan tubuh basah kuyup mana lagi pasti ada saja penumpang lain yang melihatnya. Lagian juga hari ini mood nya ingin berhujan-hujanan.

Satu persatu murid dikelas itu mulai keluar sedangkan Yolla hanya berdiam diri dikelas menunggu seisi kelas itu sepi baru akhirnya ia keluar.

Namun, saat ia baru selangkah dari luar kelas cuaca sudah semakin memburuk. Gerimis semakin kencang menjatuhkan air-air itu dari langit.

"Hujan-hujanan enak deh kaya nya." Gumam Yolla dalam hati.

Diapun turun dari lantai 4 tepatnya letak kelasnya menuju pagar sekolah.

Namun langkahnya terhenti karena Rian memanggilnya.

"Yolla." Sahut Rian.

Yolla hanya membalikkan badannya tanpa mengeluarkan satu huruf pun dari mulutnya. Sungguh, dia bocah yang dingin.

"Eh, Yolla. Gerimisnya makin deras loh." Ucap Rian. Berharap Yolla paham maksud dari pernyataan Rian terhadapnya.
"Terus?" Balas Yolla dengan dingin.
"Mau pulang bareng gak? Selagi aku bawa motor nih. Pulang bareng yuk. Kalau kau pulang jalan kaki atau naik angkutan umum nanti kau basah kuyup karena kehujanan." Bujuk Rian, agar Yolla mau menerima tawarannya.

Tak Seharusnya Jatuh CintaWhere stories live. Discover now