6. Desta

370 65 19
                                    

Kalian pernah dapat suprise yang membuat kalian selalu bersenandung, ingin joget, terus pamer ke semua orang?

Hari ini, pembagian raport dan aku dapat nilai bagus dalam ujian praktek PENJASKES. Nilaiku A-. Dari semua pelajaran, nilai A- ku selain PKN dan Bahasa Indonesia, ya cuma PENJASKES. Sisanya B sama C, bahkan Matematika daoat D-.

"Wih, hebat banget," puji Debi.

"Kan udah dia bilang. Dia jagoan basket," lata Dian.

Semua teman memuji, kecuali Kiki. Aku tahu selama ini dia memandang rendah kepadaku, lantaran aku nggak terlalu suka olah raga.

Dia nggak komentar apa apa, tapi aku tahu Kiki pasti dongkol. Dia cuma dapat B+.

Sebagai teman, aku nggak mau mengolok olok dia. Walau ingin, tapi nilai Kiki bukan sesuatu yang enak buat bahan candaan. Dia sahabatku. Nggak mungkin aku menghinanya.

Semua berkat Hesti. Entah bagaimana nasib test praktek aku tanpa bantuannya.

Di rumah, Mama, Ayah, Kakak menyambut dengan senyum.

"Sesuai perjanjian, setiap dapat nilai A, Mama kasih uang dua ratus ribu."

Mama dan Ayah memberiku hadiah uang enam ratus ribu. Dulu, rencanaku uang ini mau aku tambahin dengan uang dalam celengan buat beli PS terbaru. Tapi, aku berubah pikiran.

Aku mau membuat kejutan buat Hesti. Hitung hitung bayaran buat dia, lantaran sudah membantu aku latihan main basket tempo hari.

Lagian aku tahu dia nggak punya bola basket setelah insiden malam itu. Masak sih, jagoan basket nggak punya bola basket, kan lucu.

Sendirian aku ke mall dan di sana sempat shok ketika mengetahui harga bola basket yang merk Wilson mahal banget, jutaan. Uangku nggak cukup. Alhasil aku beli yang agak murah, supaya pas dengan uangku.

Bola basketnya merk nggak terkenal, tapi nggak apa apa. Kata Mama kalau mau memberi sesuatu ke orang lain yang penting iklas. Aku nggak sabar ingin melihat reaksi Hesti ketika mendapat hadiah bola basket.

Aku pulang dari mall naik komuter dan selama perjalanan pulang, aku senyum senyum sendiri membayangkan reaksi Hesti menerima bola.

"Wiih bolanya bagus. Buat gue?"

"Iya buat kamu, Hes. Makasih ya. Berkat kamu aku dapat nilai A-."

"Uwaa nggak masalah. Kamu baik banget, ya."

Terus Hesti memeluk aku erat banget. Dan aku balas peluk dia. Lama banget kami pelukan dan saling memandang.

"Ternyata lu baik banget ya. Mana cakep pula. Gue..... gue jadi sayang ama lu...."

"Terus gimana Hes?"

"Jadian yuk."

Pacaran sama Hesti asik nggak, ya? Pacaran sama cewek tomboy. Terus hubungan kami langgeng sampai gede. Habis lulus kuliah, nikah. Terus aku manggil dia Mama, dia manggil aku Papa. Terus kami punya anak lima cakep dan cantik.

"Bu, lihat deh Kakak yang memangku bola basket." Bocil laknat duduk menghadap ke arahku sambil bisik bisik tapi suaranya besar banget. "Dia senyum senyum gitu. Kayak orang gila ya, Bu."

Magnetic LoveWhere stories live. Discover now