Chapter 14 (Revisi)

19.9K 1.3K 2
                                    

Suasana kota terlihat begitu ramai, kembang api berwarna-warni yang bertebaran di langit, lampu-lampu yang tergantung di setiap bangunan menambahkan kesan lebih hidup di setiap sudutnya.

Mataku bahkan tak bisa teralihkan dari keindahan kota di Bulan Desember ini.

Tanah yang basah akibat hujan yang turun beberapa jam yang lalu, membuatku merasakan perasaan yang sangat tenang.

Aku menghela nafas panjang sambil terus melangkahkan kakiku menyapu setiap jalan yang ku lewati.

Kuselipkan rambutku yang tertiup oleh angin ke belakang telinga.

Tiba-tiba, pikiranku kembali menarikku ke dalam rasa takut yang selama ini menghantuiku.

Perasaan itu kembali muncul begitu saja dengan cepat, menggantikan perasaan tenang yang baru saja ku rasakan.

Entah sejak kapan perasaan takut bercampur kesedihan itu muncul. Aku bahkan tak tahu 'apa itu'.

"Shit!" umpatku.

Aku berhenti, dan tertunduk menatap sepatuku. Berusaha menetralkan pikiranku,dan melupakan sejenak semua isi pikiranku.

Tidak akan aku biarkan ketakutan ini merusak acara malam tahun baruku bersama Rey malam ini. Mungkin aku harus pulang sekarang sebelum ia menjemputku.

Tapi, tiba-tiba aku mendengar langkah kaki mendekat, memunculkan sepasang sepatu hitam-putih yang sangat ku kenal berada tepat di depanku.

Aku sempat mengernyitkan alisku, lalu tersenyum dan mengangkat kepalaku untuk melihatnya.

"Hey." sapanya sambil tersenyum simpul.

"Kenapa sekarang seorang Reyvald Arfa Gio seneng banget muncul tiba-tiba?" tanyaku sambil tersenyum jahil .

Rey terkekeh sejenak mendengar pertanyaan yang aku lontarkan.

Ia mengetuk-ngetukan jari telunjuknya di sekitar pelipis "Insting,Teresia."

Aku tersenyum mendengar jawaban Rey.

Aku tahu ini yang ketiga kalinya, dia selalu menjawabku dengan jawaban yang sama.

Aku menatap Rey untuk beberapa detik ,lalu aku kembali bersuara.

"Katanya mau tahun baru bareng? Tapi, kira-kira dimana ya?" tanyaku.

"Gue tahu tempatnya." jawab Rey sambil mengangkat satu alisnya

Aku menatapnya dengan tatapan menyelidik , lalu dia berdecak,dan menarik tanganku pelan menuju motornya.

Sampai di sana, aku memicingkan mataku untuk melihat tempat ini.

Sepi, tak ada siapapun hanya pohon-pohon besar.

"Rey ini dimana sih? Lo hobi banget bikin gue merinding." kataku sambil menyerahkan helmku ke Re.

Rey tidak meresponku, aku memerhatikannya mengambil sesuatu dari dalam bagasi motor.

"Nih," ujarnya sambil menyerahkan dua bungkus kembang api.

"Ntar, juga lo bakal tau. Jangan bawel," ujar Rey kembali.

Rey kemudian berjalan lebih dulu, namun aku masih tetap pada posisiku terdiam menatap keadaan tempat, yang hanya diterangi oleh bulan.

"Tere-"

Aku tersentak akibat suara Rey.

"Ayo." katanya sambil berjalan kembali ke arahku dan menarik tanganku.

Kakiku terus melangkah mengikuti langkah Rey dari belakang.

Karena tempat ini agak sedikit gelap, aku menunduk ke bawah sesekali memperhatikan jalan yang kulewati sampai tanpa sengaja keningku bertubrukan dengan punggung Rey.

Flip FlopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang