Chapter 3 - Aku Tere (Revisi)

33.8K 2.1K 14
                                    

Bunyi piano, bunyi gitar,bunyi seruling, bunyi tawa-tawa cekikikan menjadi satu dalam ruangan musik. Pelajaran seni memang menyenangkan tapi, kalo semua suara ini digabung aku lebih memilih untuk berada diluar.

"Dis, kemarin gue ketemu sama cowok itu."

Disa yang sedang mengutak-atik sesuatu di ponselnya lalu mengangkat kepalanya "Lagi?" tanyanya tidak percaya.

Aku mengangguk "Dan, yang anehnya dia tinggal se-komplek sama gue."

Disa ternganga, lalu dia mengoyang-goyangkan jari telunjuknya di udara "Lo, pernah dengar pepatah ga? Katanya, kalo kita sering ketemu sama seseorang, mau kemanapun kita ke pergi. Takdir, selalu akan mempertemukan kita dengan orang itu."

Badanku serasa menerima aliran listrik yang terasa menggelikkan "Ih, amit-amit."

Disa tertawa pendek "Who knows?" katanya sambil kembali mengetik sesuatu di layar ponselnya.

Dari bawah, tiba-tiba ada yang muncul "Kak Tere?"

Aku memiringkan tubuhku sedikit ke samping "Ya?"

"Kakak di panggil kepsek di ruangannya."

Aku menegang lalu melirik Disa, ia mengedikkan bahunya tidak tahu. "Karena apa?" tanyaku balik.

"Ga tau kak, cuman disuruh doang tadi manggil kakak."

Aku mengepalkan tanganku yang mendingin, hal-hal seperti ini yang suka bikin jantung berasa naik roller coaster kalau dapat panggilan tiba-tiba.

"Ya udah, makasih ya." ujarku lalu dia pergi setelahnya.

"Salah gue apa ya?" ujarku panik ketakutan.

"Udah pergi dulu aja, mungkin lo mau dikasih piagam kali."

Aku melotot kesal "Ih! Jangan becanda, gue takut nih."

Disa berdecak "Pergi aja dulu,"

Aku akhirnya memilih pergi dengan langkah was-was, sambil memikirkan kejadian hari ini atau hari kemarin, yang membuat kepala sekolah tiba-tiba memanggilku. Begitu aku sampai di depan pintunya, aku menarik nafas terlebih dahulu, lalu mengetuk pintunya sebanyak 3 kali.

"Ya,masuk." sahutnya dari dalam.

"Permisi, ibu manggil saya ya?" kataku sopan sambil berdiri di samping mejanya.

Bu kepsek mengangguk, sambil membenarkan jilbab berwarna hijau miliknya, lalu mepersilahkanku untuk duduk.

"Saya dengar, kemarin kamu ngerokok yah di warung sebelah? Apa bener?" tanyanya tanpa basi-basi.

Aku meremas tanganku di bawah meja "Hah?" aku menggeleng "Sumpah bu, saya kemarin di rumah. Ibu, kalo engga percaya telfon aja Mama saya." tandasku cepat.

"Hm.. saya sih percaya sama kamu. Memang, kemarin saya hanya dapat sms. Makanya saya hanya bertanya saja untuk memastikan." terangnya sekali lagi.

Aku mengerutkan keningku "Sms? Berarti ada nomornya, bu?"

Ibu kepsek mengangguk, lalu ia membuka laci mejanya, dan mengambil ponsel miliknya. Ia mengutak-atik sesuatu, lalu menunjukan layar ponselnya padaku.

Flip FlopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang