Extra Epilog

20.7K 1.1K 21
                                    


HABIS BACA DENGER LEKAS PULANG DARI NADYA FATIRA YA . TERIMAKASIH
__________________________
Mereka bilang cinta itu aneh, yah aku tahu itu. Aku seorang Teresia, yang mengenal satu pria yang membawaku bertemu dengan dunia yang belum pernah aku temui.
Aneh.

Iya, aneh.

Aneh sekali.

"Jangan bilang kamu lagi sapa-sapaan ama pikiran kamu,"

Aku menoleh mendapati Rey yang baru datang dengan lengan baju yang dilipat sampai ke siku sambil membawa minuman dengan tatapan wajah sarkastik nan jahilnya itu.

Aku tertawa kecil saat melihat ekspresi wajahnya,seolah bertemu Rey yang aku temui sewaktu SMA hanya dengan wajah yang lebih dewasa.

"Ngejeknya gak pernah berubah," kataku.

"Tapi gantengnya tetep," sambungnya.

Aku memutar bola mataku,

"Nah itu! Aku paling kangen ekspresi yang itu!" ucap Rey dengan antusias.

Aku mencubit kecil pinggangnya.

"Aw!"

"Rasain! Ngomong lagi, tau apa akibatnya." ancamku.

Rey mengangkat tangannya "Ampun, ampun,"

Aku tertawa penuh kemenangan melihatnya menyerah. Namun, tawaku tiba-tiba terhenti begitu mendapati Rey masih melihatku dengan senyuman kecil.

"Kenapa berhenti?" tanyanya

"Gak kenapa-napa," ucapku cuek.

"Ter,"

Aku menatap sinis ke arah Rey,

Rey menatapku dengan pandangan tidak berdosa, lalu tiba-tiba seolah dia menyadari sesuatu & ekspresinya seketika berubah.

"Eh, maksudnya Tere."

Aku melebarkan senyumanku "Kenapa?"

Rey kembali menatap kedepan, seperti sedang menarik nafas dalam,dan aku menunggunya sambil meneguk minuman di sampingku.

"Kamu mau gak nikah sama aku?"

Kalimat itu seperti ibaratnya kilat keras yang sekali bergemuruh alirannya bisa terasa sampai ke jantung.

Kalau saja, minuman ini tidak aku pegang erat. Mungkin, bajuku sudah basah dengan tumpahan cappucino.

Aku masih terdiam membisu, menunggu otakku memberikan perintah pada organ tubuh yang lain untuk bergerak.

Entah berapa lama aku terdiam sampai akhirnya Rey berdeham singkat dan membuatku tersadar.

"Hm, Reyvald?"

"Gak,lupain aja." ucap Rey lembut sambil menoleh ke arahku sekali.

"Mau balik sekarang?" tanya Rey yang tiba-tiba bergerak dari kursi dan mengambil kunci mobil yang ia letakkan di samping minumannya.

Aku hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun. Rasa bersalah itu datang lagi.

Di dalam mobil, tak ada perbincangan di antara kami. Aku hanya memerhatikan kendaraan yang berlalu-lalang. Menatap lampu-lampu jalan seperti yang biasa aku lakukan.

Lalu, tak sengaja pantulan kaca membuatku memerhatikan Rey yang tampak fokus pada jalanan di depannya seolah-olah tak ada siapapun di dalam mobil itu selain dia.

Suara radio yang melantun pelan memberikan kesan sedikit lebih hidup di dalam mobil, aku tidak bisa membayangkan jika suara radio ini dimatikan.

Namun,tak lama kemudian, mobil Rey berhenti tepat di halaman rumahku. Aku pun bergerak membereskan tas dan mengecek barangku.

Tapi, sebenarnya itu adalah salah satu pelarian diri agar aku bisa mencari kalimat apa yang aku harus bilang pada Rey sekarang.

Dia memerhatikan gerakanku, yang membuat aku semakin kikuk.

"Teresia,"

Aku mengangkat kepalaku.

"Kamu gak papa?" tanyanya.

Aku menggeleng kuat "Gak papa, Rey.
Aku masuk dulu ya," ucapku sambil membuka pintu mobil.

Suara pintu mobil yang lain ikut terbuka dan aku melihat Rey ikut turun.

"Tere," sahut Rey.

Aku berbalik kebelakang, dan entah ada angin apa aku malah langsung memeluknya.

"Hey," ucapnya lembut.

Rey mengelus puncak kepalaku. Aku menutup mataku dan menikmati setiap detik yang ada.

Setelah itu aku melepas pelukanku, dan kembali menatap pria di depanku yang tampak lelah.

"Kamu gak papa kan? Aku buat salah ya?" tanyanya dengan wajah tak berdosa.

"Gak ada salah," ucapku sambil menggeleng.

"Lalu?" tanyanya lagi.

Aku menatap Rey lama, memerhatikan setiap detail wajahnya.

" Rey," sahutku lembut.

"Hm?" jawab Rey sambil memperbaiki rambutku.

"Kamu takut?" tanyaku.

Rey tiba-tiba berhenti memperbaiki rambutku, lalu menatapku.

"Takut?" tanyanya dengan wajah bingung.

Aku mengangguk "Iya,"

"Takut kenapa sayang?" tanya Rey lembut.

"Takut kalo aku jawab enggak sama pertanyaan kamu tadi." ucapku.

Rey tiba-tiba terdiam, tubuhnya seolah kaku namun dia masih menatapku.

"Ada banyak hal yang aku cintai di dunia ini. Dan aku yakin kamu tau semua itu, tapi aku tahu ada satu hal yang kamu tau tapi kamu gak yakin."

Rey mengangkat alisnya, memberiku isyarat untuk melanjutkan kalimatku.

"Rasa sayang aku sama kamu,Rey." ucapku sambil tersenyum lemah.

"Tere," sahutnya pelan.

Aku lalu bergerak menyentuh pipi Rey,

"Kamu jangan pernah takut untuk ngambil keputusan , apa yang kamu pilih itu yang kamu jalanin. Jadi kalo kamu milih buat hidup sama aku, itu juga yang akan kamu jalanin kedepan."

Rey menatapku untuk waktu yang lama, lalu senyum yang selalu aku kagumi tiba-tiba terukir jelas di wajahnya. Dia mendekat selangkah, dan menarikku masuk kedalam pelukannya.

Rey memelukku lebih erat dari biasanya, dan aku bisa merasakan itu. Ia menenggelamkan kepalanya disekitar tengkuk ku, dan melakukannya berulang kali seolah tak ingin melepaskanku.

"Terimakasih," ucapnya lembut tanpa melepas pelukannya.

Aku hanya tersenyum dibalik punggung Rey.

Dia lalu kemudian melepaskan pelukannya, dan menatapku lembut. Wajahnya kemudian bergerak mendekat, mencium keningku.

"I love you," ucapnya sambil memegang kedua pipiku.

Aku tersenyum "I love you too,Rey"

___________________________

THE END!!!

OKAYY AKU MENJAWAB PERMINTAAN KALIAN, MAAF BANGET KALO INI JELEK DAN AGAK ALAY BUT INI YANG BISA AKU KASIH TERIMAKASIH UDAH COMMENT UDAH VOTE. POKOKNYA KALIAN THE BEST LAH.

Love,
daysmgzrs.

Flip FlopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang