Chapter 12 - Revisi

18.5K 1.2K 18
                                    

Maafkan saya kalau lonceng kalian terus berbunyi. Cuman pengen cepat-cepat menyelesaikan cerita ini. Cielah bahasanya.

Penting nih, jangan lupa putar mulmed yah.

Happy reading! :)
______________________________

Aku bergegas turun ke bawah begitu mendengar panggilan Ayah. Sesaat langkahku terhenti, begitu melihatnya memegang koper di sisi kiri.

"Ayah, udah mau pergi lagi?"

Ayah menyuruhku melangkah turun, ia lalu mengacak rambutku begitu aku berada di depannya. "Ya, dan kali ini emergency."

Bibirku memberenggut ke depan "Tapi, kan Ayah baru datang kemarin."

Ayah tersenyum singkat lalu memelukku erat sambil sesekali mencium puncak kepalaku "Maaf ya, tapi Ayah janji bakal pulang dalam waktu dekat. Okay?"

Mama yang berada di samping Ayah mengelus pundakku, "Nanti, kalau Ayah pulang. Kita jalan-jalan ya."

Mataku seketika berbinar "Beneran?"

Mereka berdua menoleh satu sama lain, lalu mengangguk bersamaan. Aku tersenyum lebar saat membayangkan akhirnya kami bertiga bisa jalan-jalan lagi. Terakhir kali, itu sewaktu aku masih kelas dua SMA.

Ayah lalu mengecek jam tangannya "Ya udah, Ayah pergi dulu. Kamu baik-baik sama Mama. Dan..."

Ia mencolek ujung hidung ku "Jangan pacaran, belajar dulu. Kamu udah kelas 3."

Aku memegang ujung hidungku, sambil mengerutkan keningku "Ih, aku sama Rey ga ada apa-apa kok."

"Ayah ga bilang, lo." Mama langsung tertawa saat itu, dan Ayah juga ikut tertawa.

Ia lalu mengacak rambutku kembali, dan mencium kening Mama. Sekali lagi, ia mengeratkan pelukannya ke arahku, lalu mengarahkan langkahnya keluar sambil menarik koper hitam berukuran sedang. Kami melambai, begitu Ayah masuk ke dalam taxi, dan mobil biru itu dengan cepat meninggalkan halaman rumahku.

"Ma, aku naik ke atas dulu ya."

Mama mengelus rambutku "Iya, sayang."

Aku langsung berlari ke kamarku, menutup pintu, dan duduk di meja belajarku. Beberapa detik, aku terdiam sambil menyandarkan tubuhku ke kursi, sebelum benar-benar mengambil buku tryout yang terselip di antara setumpuk novel yang sudah aku baca.

Semut-semut kecil yang biasanya mondar mandir di sekitar kamarku bahkan bersorak ria, karena kali ini, aku tidak mengambil buku novel.

Tanpa terasa, kini waktu tinggal 3 bulan lagi sebelum meninggalkan masa putih abu-abu.Masa yang aku pikir awalnya akan menjadi hal biasa-biasa saja, ternyata menjadi suatu memori yang akan sangat berharga untuk dilupakan. Begitu, aku mengambil pulpen, tiba-tiba bunyi ponselku berbunyi.

Aku mengambil, ponselku yang ku letakkan di atas tempat tidur. Memunculkan nama seseorang yang baru aku temui 2 hari lalu, saat berada di rumah sakit.

Rey : Ter

Rey :

Rey :

Rey : Masih tidur nih, pasti.

Rey : Ya udah, cuman mau ngasih tau. Tadi gue ke rumah, kata nyokap lo, lo lagi istirahat. Padahal gue bawa coklat kesukaan lo. Tapi, berhubung lo lagi tidur. Yah, gue ambil lagi.

Aku mengigit bawah bibirku, merasa gregetan.

Teresia : Ih, kan bisa di titip di Mama, Rey. Emang, tadi jam berapa datangnya?

Flip FlopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang