2. Desta

1K 91 26
                                    

Semua mata memandangku dengan ngeri, bingung, dan mereka membuka jalan untukku.

Dingin. Sialan, sekujur tubuhku seakan membeku. Semua karena kebodohanku. Semua karena kesalahan.

Hesti, setidaknya sekarang dia tahu isi hatiku.

Namaku Desta. Anak kedua dari Keluarga Dewantara. Ayahku orang Surabaya dan Mama orang Solo. Aku lahir dan besar di kota Surabaya. Aku punya Kakak cantik namanya Icha.

"Desta! Desta tunggu!" Teriakan itu berasal dari belakang dan berhasil menghentikan langkahku sedetik, sebelum aku melangkah lagi.

Dia Hesti, tetanggaku.

Seharusnya aku berani, namun... aku bukan hanya pengecut, tapi terlalu dungu untuk mengakui semuanya.

Semua..... semua berawal dari hari itu. Di mana rasa itu muncul, tapi tertutupi oleh banyak hal.

Biar aku ceritakan semuanya.

Semua sesuai memori yang terpatri dalam hati, pikiran, dan membentuk kenangan juga harapan.....

*
*
*

Entah mimpi apa tadi malam, bisa bertemu cewek barbar. Gara - gara Hesti, sekarang aku kena sidang Mama.

Aku duduk diantara dua sujud di karpet ruang keluarga menghadap Mama yang duduk di sofa.

"Mama ndak pernah ngajarin kamu berani sama wanita, kan?"

Aku tertunduk. "Dia duluan yang mulai."

"Ndak penting siapa yang mulai. Kamu lelaki, ndak boleh main fisik ke wanita, Le."

"Tuh dengerin," celetuk Kak Icha, bersila kaki di sofa sebelah Mama.

"Apa sih," sahutku. "Kakak nggak usah ikut campur, ini urusam anak kecil."

"Yee bocah, dibilangin malah nge-bas."

"Desta, dengerin Mama. Sekali lagi kamu berani main fisik ke wanita, Mama laporin ke Ayah."

Aku menggeleng. Kalau sama Mama paling cuma dimarahin, diceramahin, kalau sama Ayah, waaah bisa dipotong uang jajan, plus disuruh nyabutin rumput.

"Sekalian nasehatin Ma," Kakak bilang, "Cowok jangan suka naik - naik ke badan cewek. Untung masih bocil, coba kalau udah SMP atau SMA kayak gitu, bisa dikira macem - macem kamu ntar."

Mama mencubit pinggang Kakak sambil menghela nafas. "Desta, kamu lelaki, fisikmu lebih kuat dari wanita."

"Normalnya gitu, Ma. Tapi entah kalau Desta," celetuk Kakak, menahan tawa. Lirikan Mama membuat Kakak diam.

Mama menasehati. "Walau kamu ditinju, ditendang, didorong, dijambak oleh wanita, jangan mbales."

"Tapi kan sakit."

Kakak menjawab, "Pffft. Makannya jadi cowok yang kuat, jangan lembek."

"Apaan sih Kak, mentang - mentang cewek, belain sesama jenis."

"Yee salah siapa cowok kok lemah." Kakak melempar bantal ke mukaku. "Kamu tuh besok kalau gede harus melindungin cewek. Kalau lemah, bagaimana bisa?"

Magnetic LoveWhere stories live. Discover now