Jejak yang Tertinggal

32 2 0
                                    

Jadi, sejak kepergianku kau memutuskan untuk berhenti menulis puisi lagi
Mengapa?
Kau takut kenangan tentang kita memenuhi ruang kepalamu.
Mengapa?
Semua kenangan dariku masih apik kau simpan.
Bukankah itu berarti kau masih menyimpan namaku di hatimu walau hanya setitik.
Terlambat....
Untukmu mengakui semua yang telah hancur.
Hidupmu kini bukan untukmu sendiri melainkan untuk dia yang sah menjadi pasanganmu.
Jika saja saat itu kau berterus terang padaku, tentang budi yang harus kau balas melalui pernikahan.
Mungkin aku tak sesakit ini.
Mungkin aku bisa menerima keputusanmu.
Namun, yang terjadi adalah kau menempuh hidup baru dengannya tanpa selembar pun undangan untukku.
Kau tak pamit ketika pergi.
Ribuan anak panah pertanyaan dariku tak satu pun mampu Kau jawab.
Kau hanya mematung dan membisu.
Lalu, aku tersadar. Bahwa aku harus kehilangan cinta untuk kesekian kalinya.
Ternyata komitmen yang kita bangun hanyalah fiktif belaka.

"Pergilah, jika bahagiamu memang dengannya"

Meramu RasaWhere stories live. Discover now