Kau dan Alam

4 0 0
                                    

Barangkali obat jiwamu hanya alam. Begitu bungah hatimu saat ajakan teman mendaki gunung, memancing di laut, kau dengar.

seseorang sepertimu yang lebih mencintai alam daripada dirinya sendiri.

Mendaki, memancing adalah hobimu.
Suara gemercik air dan nyiur angin adalah kedamaian bagimu. Tak peduli badan letih karena sakit tetap kau lakukan.

Menyatu dengan alam adalah obat paling mujarab dari segala obat yang ada di dunia ini.

Jauh sebelum kau mengenalku, kau sudah mengenal alam terlebih dahulu. Aku sadar posisiku, hanyalah orang baru bukan sesiapa. Alam lebih paham kau daripada aku

Bagimu izin ibumu sudah cukup membuatmu mantap melangkahkan kakimu.

Ah, siapalah aku? pikirku
Yang mengkhawatirkanmu sedang mata tak pernah bertemu.

Kusimpan kata bahkan rasa. Yang mungkin hanya aku saja terlalu perasa.
Aku terlalu berisik untukmu yang hening.

Kau paham betul. Gurat bekas luka di sana. Kutanya apakah kau bersedia jadi obatnya? Malas jawabmu.

Kau takut luka itu menular kepadamu lagi yang mulai sembuh dari luka satu tahun lalu.

Gamang kutemukan dirimu pada belantara belukar hatimu. Sabda restu bunda kau ragukan itu.

Kau tahan setiap kata.
Kau tolak setiap rasa yang mulai tumbuh.

Berapa lama kau ingin bertahan?
Pada benteng yang melemahkan dirimu.
Sedang dirimu masih berusaha keras.

Benar. Aku tak cukup tahu tentangmu, tentang lukamu, tentang prinsipmu, dan tentang lainnya yang masih banyak lagi.
Jika kau berkenan, aku bersedia mendengarkannya sekali lagi, tuan

Jika cinta tumbuh secara alami, lalu mengapa kita masih melawan hati?

Meramu RasaWhere stories live. Discover now