Duri dalam Daging

6 1 0
                                    

Diam dan bertutur halus.
Namun, bak duri dalam daging.
Alamak, sakitnya duri ini menusuk dagingku sampai ke tulang.

Aku merintih kesakitan, tanpa seorangpun tahu rasa sakitnya tak tertahankan.

Sekilas indah dirasakan. Namun, jika tertusuk durinya perihnya pun tak berkesudahan.

Hah ....
Aku menarik napas sangat dalam lebih dalam dari samudera.
Kuhempaskan dengan kasar karena tak jua lega.

Tak ingin ku seperti ini.
Tapi apalah daya.
Lelaki itu.
Dikata banci tapi berjenis kelamin laki.
Lamban mengambil keputusan.
Enggan memperjuangkan.
Seharusnya aku tahu lebih awal.
Sesalku, terlambat mengetahui.

Tuhan ....
Mungkin tak akan pernah ada yang mampu memahami keadaanku ini.
Hamba hanya ingin tenang dan damai.
Berjalan sebagaimana mestinya, harus berjalan.
Berat mencabut duri dalam daging ini.
Yakinkan hamba agar mampu melewati ini semua.
Enam bulan masih sangat belia untuk hamba melewati ini semua.
Kokohkan pondasi ketegaran ini, Tuhan.

Andai ....
Bukan hanya aku merasakan kesakitan ini. Namun kau juga. Tentu aku merasa ini sangat adil.
Kenyataannya.
Hanya aku.
Lagi-lagi aku.

Silakan, tanggalkan semua rasamu di tempat ini. Jika memang itu bahagiamu, aku tidak akan menahanmu lagi di sini.

Terbanglah ... Berlarilah ...
Sesuka hatimu.
Karena kini tak akan ada yang mengikutimu lagi.

Percuma ....
Semuanya terdengar percuma.
Aku sudah sangat lelah untuk berjuang menggapai mu.
Aku ingin pulang saja.
Usahaku percuma.
Semua menjadi percuma.

Aku gagal.
Aku terpuruk.
Rajutanku kusut.

"Bersikaplah seperti air, tetap tenang meski di dalam kadang bergemuruh"

Meramu RasaWhere stories live. Discover now