Episode 16

1.9K 223 11
                                    

Jalan setengah lari Guntur tidak tentu arah, meski sebenarnya Pandji juga tidak mengejarnya.

Napasnya berderu cepat dengan pandangan tidak fokus ke depan.

Hingga akhirnya tanpa sengaja menabrak seseorang yang baru berbelok dari balik dinding ruangan di arah kirinya.

"Huwaa!"

"Haaaa!"

Dia dan orang itu memekik bersamaan karena kaget.

Sepertinya orang itu juta tidak memperhatikan jalannya.

"Guntur?"

Mata Guntur terbelalak dan dengan cepat mendongak untuk melihat orang itu.

Ternyata Ervan, yang juga terlihat terengah-engah seperti dirinya.

Sepertinya Ervan juga tengah kabur dari sesuatu.

Suara tapak langkah yang terdengar cepat datang dari arah Ervan muncul.

Dengan mata terbuka lebar Ervan tersentak.

Lalu mengintip ke balik dinding itu.

"Astaga," pekiknya pelan.

Lalu tanpa sengaja malah mendorong Guntur ke belakangan.

Dia terlihat panik.

"Hei! Ngapain kamu hah?! Lepas! " seru Guntur agak panik.

Ervan mendesis panjang sambil memberi kode agar Guntur tetap diam.

"Tolong, jangan berisik sebentar saja, tolong aku ya ...." bisiknya panik.

"Ervan?!"

Bukan hanya Ervan yang kaget, Guntur pun sama saat mendengar suara itu.

"Beyan?" tanya Guntur memastikan pada Ervan.

Sebuah bayangan sudah terlihat dari balik dinding itu.

Tanpa banyak pikir Ervan terus mendorong Guntur sampai dia melihat sebuah ruangan kamar mandi.

Dia pun membawa serta Guntur untuk masuk ke sana karena terlalu panik.

"Haahhh ...."

Ervan mendesah pelan, merasa bisa kabur dari Beyan.

"Kamu kenapa sih? Ngapain juga bawa aku masuk ke sini segala?" tanya Guntur sangsi.

Ervan kembali mendesis agar Guntur diam saat mendengar langkah kaki terhenti di depan pintu.

"Perasaan baru aja di sini, masuk sini apa ya?"

Terdengar suara Beyan yang bermonolog.

Lalu tak lama berselang gagang pintu kamar mandi itu bergerak.

"Ah, sialan!" umpat Ervan setengah frustasi.

Guntur benar-benar dibuat bingung dengan situasi ini.

Dengan cepat Ervan kembali mendorong Guntur sampai memasuki salah satu bilik toilet yang ada lalu menguncinya.

"Hei!"

"Sstttt! Tolong Guntur, tolong banget jangan berisik dulu. Aku nggak bakal macem-macem kok, tolong ya?" bisik Ervan memohon.

Tatapannya memelas dengan wajahnya yang terlihat agak pucat bercucuran keringat.

Bahkan tubuhnya pun agak gemetar.

Meski tidak suka, melihat Ervan yang kacau itu membuat Guntur kasihan juga.

Lalu dia hanya berdecak sekali kemudian diam.

Luluh [Yaoi/BL Lokal]Where stories live. Discover now