Episode 10

2.1K 249 11
                                    

Senin pagi ini Guntur ada kelas seperti biasanya.

Namun, karena satu hal suasana hatinya yang semula biasa-biasa saja kini terasa jadi sangat buruk.

"Guntur tunggu!" seru seseorang yang dari tadi terlihat membuntutinya.

Tep!

Lengan kiri Guntur dicekal.

Langkahnya tertahan dan itu berhasil membuatnya berdecak kesal.

"Mau apa sih?!"

Guntur terlihat marah lalu menghentakkan lengannya sampai cengkeraman tangan di sana terlepas.

"Aku ...."

"Aku udah bilang kan? Aku udah maafin kamu tadi, apa kurang jelas? Terus kamu mau apa lagi? Tolong jangan ganggu aku," potong Guntur mendesak.

Kentara sekali dia tidak ingin berurusan dengan orang itu.

"Waktu itu aku ...."

"Loh? Kalian nggak masuk? Ada kelas kan?" potong seseorang dari arah belakang mereka.

Guntur menoleh, ada Pandji di sana.

Terlihat berkemeja putih, rapi dan tampan ditambah dengan kacamata bacanya.

Sangat berbeda dengan dia yang biasanya Guntur lihat.

Namun, Guntur tidak punya sisi untuk memikirkan itu sekarang karena suasana hatinya yang gelap.

Atensinya lebih tertuju pada masalahnya saat ini yang merasa terusik.

"Eh P--"

"Ah! Kalian masuk saja gimana? Daripada berantem di depan pintu kayak gini," potong Pandji saat mahasiswa yang bersama Guntur itu bersuara.

"Ya udah aku masuk dulu, dan aku mohon jangan ganggu aku lagi, urusan kita udah selesai Van," ucap Guntur pada orang yang membuntuti dan merecokinya itu.

Dialah Ervan.

Yang terjadi sebelumnya ....

Di lorong depan pada lobi kampusnya langkah Guntur terhenti.

Ervan menghadang dirinya entah datang dari mana.

"Guntur, boleh minta waktunya sebentar?" tanya Ervan dengan ekspresi harap-harap cemas.

Sebenarnya Guntur masih kesal tiap kali melihat Ervan, tapi kali ini dia akan mencoba mendengar apa yang akan Ervan katakan.

Dia pun mengangguk setuju.

"Ya udah ngomong aja kalau ada yang mau diomongin."

Harapan Guntur sih, semoga Ervan mau minta maaf padanya.

Senyum lega menguasai wajah lesu Ervan.

Wajahnya memang terlihat lesu, seperti kelelahan karena sesuatu.

Saat Guntur memperhatikan, itu membuat keteguhannya goyah.

Kasihan juga melihat Ervan seperti itu, meski tidak tahu apa masalahnya.

Toh itu bukan urusannya.

"A-aku mau minta maaf, benar-benar minta maaf soal kejadian itu. Aku nggak maksud buat ngerendahin kamu, aku cuman ... waktu itu aku tergiur sama uang taruhan dari mereka dan aku mau mi--"

"Udah aku maafin, tapi maaf juga ya kejadian itu nggak bakal aku lupain. Seenggaknya bisa jadi pembelajar yang berharga," sela Guntur tenang.

Sungguh dia tidak ingin berlama-lama bersama Ervan.

Luluh [Yaoi/BL Lokal]Where stories live. Discover now