Episode 11

2.1K 256 9
                                    

Guntur duduk di kursi yang kosong di dalam kelas.

Tidak lama terlihat Ervan menyusul setelahnya.

Duduk tenang di kanan Guntur dengan kepala yang menunduk.

Mereka duduk bersebelahan, terpaksa untuk Guntur, karena ternyata memang hanya dua tempat itu yang tersisa.

Jika dia tidak beradu mulut dulu tadi di sepanjang jalan menuju kelas pasti dia bisa mencari tempatnya yang jauh dari Ervan.

Karena biasanya juga seperti itu.

Guntur benar-benar sudah tidak mau berurusan dengan Ervan.

Tak! Tak!

Suara papan tulis yang diketuk membuat mahasiswa dikelas yang tadinya sibuk sendiri langsung mengalihkan atensi.

Pasti profesor Abdi, dosen pagi ini.

Setidaknya itu pikir Guntur sebelum keributan yang tiba-tiba terjadi.

"KYAAAAAAAAAAA!"

Dalam sepersekian detik setelah ketukkan itu, entah kenapa beberapa perempuan dalam kelas itu memekik.

Telinga Guntur terasa sakit saat mendengar teriakan para perempuan muda di dalam kelasnya.

Apalagi salah satunya datang tepat dari arah belakangnya.

"Akhirnya! Keajaiban langka ini kejadian juga!"

"Iya, makasih buat profesor Abdi yang absen hari ini ...."

Dan bla bla bla ....

Para mahasiswi mulai saling berbisik, tapi tetap terdengar sampai telinga Guntur.

"Kenapa sih?" dengus Guntur kesal sendiri karena desas-desus yang mulai terdengar itu.

Karena penasaran Guntur pun mengangkat kepalanya.

Saat itu juga kedua matanya terbelalak ketika melihat siapa yang kini berdiri di depan kelas.

"PANDJI?!" pekiknya tanpa sengaja.

Semua tatapan mata langsung tertuju ke arahnya.

Dengan pandangan yang beragam karena teriakkannya barusan.

Aneh, bingung, menahan tawa, kesal, dan banyak tatapan lainnya.

Plak!

Satu pukulan ringan hinggap di kepala bagian belakang Guntur.

Itu datang dari arah kirinya.

Tempat di mana Zen berada, salah satu mahasiswa berprestasi di kampusnya itu yang sudah melakukannya.

"Shhh, sakit tolol!" sentak Guntur tidak terima dengan setengah berbisik.

"Yang sopan dasar geledek, itu asisten dosen yang bakal ngisi kelas kita," ucap Zen agak geram.

Mungkin gemas dengan perangai Guntur saat ini.

Yang seolah tidak tahu menahu tentang apa yang tengah terjadi saat ini dan atas tindakan tidak sopan yang dia lakukan sendiri.

"Apa?!" pekiknya setengah tertahan merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan.

Guntur menoleh untuk kembali melihat Pandji, itu benar Pandji yang tempo hari bersama dia kan?

"Pandji Lesmana kan namanya?" bisik Guntur kembali menoleh ke arah Zen.

"Itu tau"

Glek!

Guntur menelan ludah sendiri dengan kasar.

Sekali lagi dia melirik dikit-dikit ke arah Pandji, hanya untuk lebih memastikan.

Luluh [End, Yaoi/BL Lokal]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें