22. Let It Be

2.2K 254 3
                                    

Lisa dan Jisoo sedang berada di gazebo dekat danau, mereka berbincang ringan sambil menikmati buah-buahan segar.

Lisa memperhatikan Jisoo yang banyak memakan mangga muda yang rasanya asam.

"Unnie, kau hampir menghabiskan mangga mudanya. Apa perutmu tidak sakit?"

Jisoo tersenyum.

"Segar sekali rasanya, ternyata seperti ini rasanya ngidam ingin makan yang asam-asam."

Mata Lisa berbinar.

"Unni, kau sedang hamil?"

Jisoo mengangguk, Lisa segera memeluk wanita yang sudah dianggap kakaknya sendiri ini. 

"Aku senang kau bisa tersenyum lagi Lisa." Jisoo memegang erat tangan Jisoo.

"Terimakasih unni sudah menemaniku melewatinya."

"Kau akan menjadi bagian dari keluarga ini, aku senang akhirnya ada teman untuk bergosip." Jisoo terkekeh ringan. 

"Apa kau tidak ingin pergi ke suatu tempat dengan Jungkook?" lanjutnya.

Lisa menggeleng.

"Pergilah, mungkin akan sedikit merefresh pikiran kalian."

Jisoo memang benar, Lisa mulai sedikit bosan berada di rumah ini. Dia hanya mengobrol dengan Jisoo seharian sambil menunggu Jungkook yang pulang dari kantor. Sudah satu minggu dia tidak berangkat kuliah, padahal tinggal beberapa mata kuliah lagi yang harus dia selesaikan. Setelah itu dia tinggal menyiapkan bahan untuk skripsinya. 

Lisa masih belum berani keluar, mungkin dia masih trauma dengan kejadian bersama Sehun. Tapi ada yang ingin dia lakukan bersama Jungkook, yaitu pergi ke Lotte Word. Sepertinya menyenangkan, melupakan sejenak beberapa masalah yang membuat kepala mereka pusing.

"Hei, kau mau menemaniku ke kantor mengantar makan siang untuk Jin. Kau bisa melihat ruang kerja Jungkook disana." 

Lisa tersenyum lebar dengan ajakan Jisoo.

"Aku mau unni..."

...


Jungkook menggulung kemejanya sebatas siku, dia tidak pernah merasa nyaman memakai pakaian formal yang akhir-akhir ini sering dipakainya. Matanya mengamati surat kontrak dari perusahaan yang ingin bergabung dengan perusahaan ayahnya. Dia sudah mulai belajar memegang perusahaan yang diberikan ayahnya yang sebelumnya sangat bertentangan dengan keinginannya. Tapi dia memikirkan kembali bagaimana dia nanti menghidupi keluarganya kalau dia menolak semua haknya di sini. Dia sudah mempunyai masa depannya, Lisa. Dia hanya ingin memberikan kehidupan yang baik untuknya dan keluarganya kelak.  

Lisa diantar sekretaris Jungkook masuk ke ruangannya. Dia tidak memberitahu Jungkook kalau dirinya akan datang ke kantornya. Dia tersenyum melihat Jungkook yang tetap fokus pada pekerjaannya tanpa memperdulikan sekretarisnya yang datang.

"Maaf tuan, ada tamu yang ingin bertemu dengan anda."

"Baik, terimakasih. Kau bisa kembali ke tempatmu."  Sahut Jungkook tanpa melepas pandangannya dari kertas-kertas di meja-mejanya. Setelah sekretarisnya keluar ruangan, Jungkook mengangkat kepalanya dan terkejut dengan wajah cantik di hadapannya.

"Lisa." Dia segera menghampiri dan mendaratkan ciuman di kening gadisnya. Lisa terkikik melihat wajah Jungkook.

"Kau tidak memberitahuku akan datang ke sini." Jungkook menarik tubuh Lisa untuk dipeluknya.

"Aku datang bersama unni Jisoo, dia mengantar makan siang untuk kakakmu."

"Kau tidak membawa makan siang untukku?" Tanya Jungkook.

"Aku ingin makan siang di luar, setelah itu aku ingin pergi ke suatu tempat..."

Jungkook memandang Lisa.

"Kau ingin pergi kemana?"

"Ke Lotte Word."

"Baiklah tuan putri, ayo kita berangkat." Jungkook memeluk bahu Lisa sambil berjalan ke luar ruangan.

"Apa kau tahu, kau akan segera mempunyai keponakan?" Ucap Lisa.

"Wah benarkah? Aku senang sekali..." sebelum mereka sampai di pintu, Jungkook kembali menarik pinggang Lisa.

"Apa kau ingin mempunyai bayi kecil juga seperti mereka?"

Wajah Lisa berubah seperti tomat, sedetik kemudian Jungkook sudah mendaratkan ciuman di bibirnya, melumatnya sebentar.

"Kita akan membuatnya setelah kita berada di altar, kau mau kan?"

Dengan tersipu Lisa mengangguk, Jungkook tertawa melihatnya.

"Kita sudah pernah melakukannya kau masih saja malu."

"Ish kau ini..." Lisa memukul dada bidang di depannya. 

Jungkook kembali tertawa lalu menarik tangan Lisa untuk membawanya keluar dari ruangan kerjanya. 

...



Lihatlah wajah-wajah bahagia itu, seperti anak kecil yang diajak orangtuanya bermain. Ceria, berbinar, penuh tawa dan rasa nyaman. Melupakan bahwa mereka masih harus menghadapi jurang yang menganga di depan. Seolah-olah menyembunyikan bahwa masih ada jalan berlubang-lubang yang harus mereka lewati sebelum mereka mendapatkan kebahagian. Biarlah, biar mereka menikmati sebentar waktu yang tidak lama ini sebelum mereka kembali ke dunia nyata. 

Jungkook dan Lisa merapatkan tubuh dengan latar belakang sebuah bianglala besar. Binar bahagia masih terpancar di wajah keduanya.

"Kau bahagia?" Jungkook menatap wajah gadisnya yang meskipun terlihat lelah tapi bibirnya tidak berhenti tersenyum.

Lisa melingkarkan tangannya di leher Jungkook.

"Aku bahagia...bila bersamamu." Lisa memeluk leher Jungkook, napasnya masih turun naik setelah dia naik beberapa permainan yang membuatnya lelah. Jungkook memeluk pinggang Lisa erat, dagunya dia letakkan di perpotongan leher gadisnya.

Jantung keduanya saling mendengarkan, saling menyapa sebelum keduanya berdetak saling kejar-kejaran. Merasakan kenyamanan yang menenangkan ketika keduanya memejamkan mata. Ingin rasanya seperti ini selamanya, ketika dunia hanya milik mereka berdua. 


Tanpa mereka tahu, ada sepasang mata yang memandang tajam dengan gemuruh yang meledak-ledak di dadanya. Kemudian sosok itu pergi dengan seringai yang muncul di sudut bibirnya.

...








"NOT THE ROMEO AND JULIET STORY"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang