9. White Flag

2.6K 313 6
                                    

Sudah hampir dua hari ini, Lisa hanya berdiam diri di kamarnya. Merasa tidak ada lagi gairah untuk melakukan sesuatu. Hanya sesekali berjalan ke balkon kamarnya, menghirup sebentar udara luar sebelum dia kembali berselimut di atas kasurnya.

Selama itu pula, dia tidak memegang ponselnya, sampai ponsel itu mati sendiri karena tidak di charge oleh Lisa. Lisa masih mendengar dering panggilan dan beberapa notifikasi pesan terakhir dari benda itu. Lisa tahu itu pasti dari Jungkook atau dari Rose dan Jennie.

Entahlah, rasanya tidak ada kekuatan untuk memegang ponsel dan memberitahu kabar pada Jungkook atau pada dua sahabatnya itu.

Tuan lee masuk ke kamar Lisa, menghampiri Lisa yang sedang duduk di dekat jendela. Tangannya mengusap rambut Lisa. Tuan Lee sebenarnya mengerti dengan keadaan Lisa. Namun egonya masih menguasai, karena itu dia berusaha mendekati Lisa berharap putrinya itu mau menerima keputusannya. 

"Apa kau ingin dibelikan sesuatu kalau ayah pulang?"

"Aku tidak ingin apa-apa..." Lisa menjawab dengan pelan. Pandangannya masih ke luar jendela.

"Ayah akan berusaha untuk pulang lebih awal agar kita bisa makan malam di restoran favoritmu. Kau mau kan?"

Lisa mengangguk, memandang ayahnya sebentar lalu kembali melihat ke luar jendela.

"Baiklah, ayah pergi dulu..."

Lisa memejamkan matanya sebentar, lalu menarik napas.

"Ayah...hati-hati."

Kaki tuan Lee hampir sampai di pintu, dia berhenti, tersenyum sebentar pada putrinya lalu melanjutkan langkahnya ke luar kamar Lisa.

Bagaimanapun juga, Lisa masih menghargai ayahnya dengan tidak bersikap egois sama seperti ayahnya. Dia sangat menyayangi orangtuanya, karena itu dia berusaha untuk tetap menjadi anak yang penurut walaupun masih terlalu berat untuk menerima keputusan ayahnya tentang perjodohannya dengan Sehun. Tapi dia mencintai Jungkook dan ingin hidup bersamanya. Dia merindukan sosok yang telah membuatnya jatuh cinta itu. Apa dia sudah siap untuk menemuinya dan menceritakan semuanya, bahwa mereka terpaksa harus berpisah.

Lisa membuka matanya merasakan sentuhan di lengannya.

Wajah cantik ibunya tersenyum dengan lembut, dia menyerahkan ponselnya pada Lisa.

"Ibu Rose menelepon, menanyakan kabarmu karena Rose bingung tidak ada kabar darimu...kau ingin meneleponnya?"

Lisa tampak berpikir sebelum akhirnya dia mengambil ponselnya ibunya, lalu memencet nomor Rose.

"Halo...Lisa?" Suara Rose sudah terdengar panik.

"Iya...ini aku."

"Ya ampun kau kemana saja? Aku dan Jennie ke rumahmu sekarang ya?"

Lisa menghela napas.

"Ros...aku benar-benar ingin sendiri dulu. boleh kan? Aku akan menemuimu secepatnya, aku janji."

Rose menghela napas kesal.

"Ada apa sebenarnya? Kau tahu Jungkook berkali-kali datang ke rumahku, menanyakan tentang kabarmu. Dia hampir gila, setiap saat minta Jimin untuk mengantarnya ke rumahmu. Sekarang jelaskan padaku apa masalahmu?"

"Rose...percaya padaku aku akan segera menemuimu dan Jungkook. Saat ini aku benar-benar belum bisa menceritakannya padamu."

Terdengar helaan napas yang berat dari Rose.

"Baiklah, tapi kabarmu baik kan?"

"Aku baik-baik saja..."

"Apa yang harus aku jawab, kalau Jungkook menanyakan lagi tentangmu?"

Lisa terdiam, ah dia belum tahu bagaimana menghadapi Jungkook yang sedang khawatir padanya.

"Aku akan menelepon Jungkook hari ini." Jawab Lisa akhirnya.

"Baiklah, kabari aku terus jangan menghilang lagi ya?"

"Iya..."

Lisa mematikan panggilannya dengan Rose.

"Siapa Jungkook?" Tanya nyonya Lee yang membuat Lisa sedikit gelagapan sampai akhirnya dia memegang erat tangan ibunya.

"Dia kekasihku bu, pemuda yang di cafe yang menyerahkan gelang padaku." Mata Lisa mulai berembun.

Nyonya Jeon memeluk Lisa yang mulai terisak.

"Kenapa kau tidak memberitahu ibu?"

"Aku belum siap bu, aku takut ayah tidak akan menyetujui hubunganku dengan Jungkook."

Dada nyonya Lee berdenyut sakit, tidak seharusnya putrinya menerima kenyataan seperti ini. Putri cantiknya sudah dewasa dan berhak menentukan pilihan hidupnya sendiri. Seandainya pikiran seperti itu ada juga di kepala tuan Lee mungkin tidak akan seperti ini keadaan Lisa.

"Kau mencintainya?" nyonya Lee menatap mata bulat Lisa yang sudah digenangi air mata.

"Aku sangat mencintainya bu..."

"Maafkan ibu sayang, membuatmu seperti ini?"

Nyonya Lee menarik kembali Lisa dalam pelukannya. 

"Aku tidak apa-apa bu? sekarang aku ingin mandi..."

Nyonya Lee melepas pelukannya, membelai pipi Lisa lalu tersenyum.

"Setelah mandi turunlah untuk sarapan."

Lisa mengangguk, melihat ibunya sebentar yang mulai melangkah ke pintu.

Kemudian dia menyeret kakinya dengan berat menuju kamar mandi, menghidupkan shower, membiarkan tubuhnya diguyur dengan air dingin. Wajah Sehun melintas di kepalanya membuatnya mengeraskan rahangnya mengingat perkataan Sehun padanya. Miliknya? Siapa dirinya yang berani mengakui bahwa Lisa hanya miliknya. Tidak, Lisa tidak ingin berada di bawah kekuasaan laki-laki itu.

Amarah yang sempat menjalar di tubuhnya seketika menghilang ketika dia memikirkan hubungannya dengan Jungkook. Dia menjatuhkan tubuhnya, terduduk dengan pasrah lalu memeluk lututnya, menangis diantara air yang masih menyiram tubuhnya.

...


"NOT THE ROMEO AND JULIET STORY"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang