Sepasang Pencuri Senja

379 4 2
                                    

 "Kudengar kau suka sekali cerita-cerita senja, maka izinkanlah diriku untuk mendongengimu tentang sebuah cerita yang sangat terkenal di antara para pelaut, pencari paus, dan penjaga mercusuar. Apa kau mau duduk dan membuatkanku kopi, barangkali? Atau mungkin dirimu ingin mendengarkan dongeng ini sembari merasakan bagaimana jadi siluet yang diceritakan dalam kisah ini nanti? Segala pilihan yang engkau pilih adalah baik, dan mari kita perbincangkan. "

*******

Kisah ini dimulai ketika senja keemasan yang bersinar di ujung dunia menyampaikan salam terakhirnya, bahwa ia takkan lagi bisa kami temui di setiap ujung penantian, bahwa ia takkan lagi memberi setiap kesedihan yang menjadi candu bagi kami, tentu ini adalah sebuah pertanda ganjil yang pernah kami terima. Terus terang, sudah sekian lama sejarah manusia selalu ditemani senja keemasan yang bersinar di ujung dunia, selalu menjadikan kapal-kapal dan perahu,serta layarnya berubah kelam kehitaman, menandakan sebuah pengharapan atas semua mimpi, jadi ketika senja keemaasan yang bersinar di ujung dunia menyampaikan salam terakhirnya, kami harus mengupayakan sesuatu hal agar setiap titik cahaya emasnya tetap abadi. Apapun caranya.

Kemudian terlintas sebuah ide, mengapa harus bingung? Kalau senja mau berakhir, maka akan kucuri segenap cahaya terahirnya sehingga sewaktu-waktu aku rindu, tinggal kupandangi segenap cahaya keemasan terakhir di bilik milikku sendiri, sehingga tiadalah orang lain yang akan merasakan hal yang sama. Apakah aku egois? Membiarkan segenap rindu umat manusia kutanggung sendiri dengan mencuri senja dan kemudian memandanginya? Biarlah aku egois, biarlah rindu ini kutanggung sendiri. Karena akupun tahu bahwa tiap rindu yang didera, akan membuat setiap sel dalam tubuh merana. Pandangan kabur, perut menangis, dan menimbulkan kedukaan luar biasa terhadap para pelakunya, makanya biarlah rindu seluruh umat manusia kutanggung sendiri. Karena mereka tiadalah akan mampu.

Hari yang kurencanakanpun tiba, sudah kusiapkan semua peralatan yang dibutuhkan. Bukanlah amplop seukuran kartu pos, bukan pula sebuah kotak senja yang biasa dijual di toko-toko, tetapi sudah kusiapkan ruang dalam hatiku sendiri. Berukuran tiga kecemasan pada lebarnya, empat belas rasa cinta pada panjangnya, serta duapuluh rasa bahagia dalam ujungnya. Selain itu, sudah kusiapkan tisu untuk menahan segala kerinduan tak berbatas yang biasanya akan menghinggapi. Sore itu, aku mengendap pelan-pelan ke pantai, tempat biasanya orang-orang yang mencintai kenangan datang dan mempersilakan dirinya sendiri berubah dan menguap menjadi siluet, menemani senja hingga malam tiba, kemudian pulang setelah tubuhnya hilang bersamaan bintang-bintang. Kulihat orang-orang sedang duduk berduaan sambil berharap-harap cemas pada hari yang telah dijanjikan oleh senja. Tentu, apalah yang bisa dijanjikan pada setiap kenangan masa lalu? Selain setiap rasa rindu bercampur sedih yang selalu dinantikan pada setiap pertemuan? Maka yang pertama kulakukan adalah menutup langit dengan tirai yang telah kupersiapkan di hadapan lepas pantai dan orang-orang, sehingga mereka akan mengira bahwa malam sudah tiba dan tubuh mereka menghilang, tujuannya agar tidak ada yang curiga bahwa senja telah kucuri.

Kulompati sejumlah manusia yang sudah duduk menantikan datangnya senja, kemudian kupijak tiang kapal yang sedang berdiam juga di ombak yang sedang diam. Tiraipun sudah tertutup dengan berhasil, kuharap rencanaku berjalan dengan baik. Kemudian kutolehkan pandanganku ke arah ujung dunia, tempat senja akan memberikan sinar keemasannya untuk terakhir kali. Tetapi ternyata sudah kosong. Hanya bekas sinar keemasannya saja yang bersisa di ujung tersebut, disertai awan biru separuh ungu yang mengelilingi sebuah tanda senja. Senja sudah hilang. Padahal waktu yang dijanjikan masih kurang setengah jam. Berarti senja telah dicuri!

Sial, siapa sih yang berani men curi senja selain aku? Padahal sudah kupastikan bahwa orang-orang takkan pernah mencuri senja, takkan pernah mencuri keindahan yang membuat mereka selalu mengenang akan sesuatu. Dan orang yang bisa mencuri itu hanya aku, seorang pencuri senja paling ulung sedunia! Sial.

Semesta SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang