25

156 13 0
                                    

"Ada yang mau kamu ceritain ke aku?" tanya Lily

"Hmm?"

"Tentang kamu, Panji dan Pandu."

Untuk sesaat Andhy menghela nafas. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk menceritakan semuanya pada Lily.

Andhy menceritakan dari awal tentang persahabatannya dengan Panji. Bagaimana dia bisa jatuh cinta pada Lily, sosok yang belum pernah dia temui secara langsung. Bagaimana kematian Panji yang direkayasa oleh Pandu. Tak ada hal yang Andhy lewatkan. Sudah saatnya Lily tahu semuanya.

"Maaf karena merahasiakan semuanya." suara Andhy terdengar jelas jika dia merasa bersalah pada Lily.

"Aku sudah tahu semuanya. Aku cuma pengen denger langsung dari kamu."

"Kamu nggak marah?"

Kepala Lily menggeleng. "Kenapa aku harus marah ketika aku dapat cinta dari kamu?"

"Sekali lagi maaf karena aku sudah menyembunyikan semuanya dari kamu. Tidak jujur dari awal."

"Aku ngerti kok." tubuh Lily bergeser, lalu menepuk tempat disebelahnya. "Naik sini. Aku pengen peluk kamu."

Kepala Andhy menggeleng. Mana mungkin dia tidur di ranjang kecil itu. Tubuhnya yang besar, belum lagi perut Lily yang sedang hamil besar tidak akan cukup. Belum lagi dia harus mengendalikan diri. "Honey, ranjang ini nggak akan muat."

"Jadi kamu nolak? Nggak mau peluk aku?" nada suara Lily berubah ketus. Hormon kehamilannya membuat mood Lily berubah-ubah.

"Bukan gitu, Honey. Tapi aku takut nanti anak kita kenapa-kenapa."

"Kenapa-kenapa gimana?"

Andhy sedikit menggeram. Apa istrinya itu tidak tahu? Sungguh, Andhy sudah cukup lama libur. Dia merindukan Lily, merindukan setiap lekukan tubuh istrinya, merindukan menyentuh halusnya kulit putih itu.

Matanya memejam. Mencoba mengontrol. Ya, jangan sampai dia menggarap Lily dirumah sakit.

"Kamu tahu maksud aku."

"Apa sih?" wajah Lily terlihat sebal. Dia benar-benar marah pada suaminya. Apa salahnya dia hanya ingin tidur dalam pelukan suaminya. "Aku cuma mau tidur sambil meluk kamu. Aku kangen kamu."

Lily menangis terisak. Memutar tubuh membelakangi Andhy. Sejak hamil dia memang merasa moodnya berantakan. Mudah sekali menangis dan marah.

Mau tak mau Andhy menuruti kehendak Lily. Dia tak mau kondisi istrinya malah memburuk karena hal ini.

Bubun bilang, wajar jika wanita hamil moodnya berubah-ubah dan kadang meminta hal-hal aneh. Tapi sejauh ini Lily tidak pernah meminta hal yang aneh, hanya saja mood Lily tak beraturan. Gampang marah, gampang menangis, gampang tertawa.

Lengan Andhy memeluk Lily yang membelakanginya. Dia harus bisa menahan diri. Jangan sampai hasratnya muncul kepermukaan. Andhy tak ingin jika hasratnya justru menyakiti calon anak mereka.

Lily membalikkan tubuhnya, memeluk Andhy. Membenamkan wajahnya di ceruk leher Andhy, membuat Andhy menggeram saat nafas hangat Lily terasa di lehernya.

Oooh, ini benar-benar godaan besar. "Honey, tolong jangan pancing aku." mohonnya memelas.

Dengan sengaja Lily justru menjulurkan lidahnya kemudian menjilat leher Andhy dan terkekeh mendengar Andhy menggeram, nafas suaminya pun terasa makin berat. Lily tahu jika dia berhasil memancing hasrat Andhy.

Sebenarnya diapun merindukan semua hal tentang Andhy, tapi tentu saja dia tak akan bisa berbuat hal aneh. Saat ini mereka ada ditempat yang tak memungkinkan untuk berbuat hal yang aneh.

"Tidur." perintahnya dengn suara serak.

Tak mau menyiksa suaminya lebih lama lagi. Akhirnya Lily mengalah dan memejamkan mata.

💜💜💜

Semoga suka

Baca selengkapnya di KBM App ya🤭.

Cerita ini masih ada sekitar 5 chapter lagi.

Lovely ChefWhere stories live. Discover now