22

358 54 4
                                    

*Emilio's Point of View*

Sangat rindu memakan masakan mama, mengobrol sambil main catur sama papa, menghabiskan cemilan Denaya, setiap pulang kerja. Sayang, kondisi lalu lintas sedang tidak berpihak. Terpaksa kuputar balik arah menuju apartemenku. Untung saja sudah kubereskan semalam, malas rasanya kalau mood rusak begini dihadapkan dengan semua yang serba berantakan.

Sesampai di apartemen jam 20.16, kudengar suara gemericik air dari arah dapur.

"Eh, kamu udah dateng, Mil?"

"Gia?"

Mataku mulai rabun, halusinasiku kambuh, atau aku terlalu merindukan suara manis itu sehingga sejelas ini kutangkap?

Kuletakkan tas kanvas jinjing dan ranselku ke atas meja makan, menghampiri seseorang yang kini menggeluti sesuatu di depan kompor.

"Izin pinjem dapur, ya, Mil? Rendang titipan dari mama kamu udah kuhangatkan di microwave barusan. Nasi udah mateng, sama aku bikin sayur sop juga." Katanya.

Kuangkat tangan kananku ke atas. "Sebentar, kamu udah dari kapan di sini?"

"Jam tujuh, aku di toko dari pagi sampe jam lima sore. Kebetulan pengen ke apartemenmu, daripada bingung mau ngapain, ya udah aku masak aja. Hehe.. nggak apa-apa, kan?"

"Boleh banget, Gi. Cuma... aku baru aja mau ke rumahmu habis ini. Nggak nyangka kamu udah duluan ke sini."

"Bosen di rumah terus, Mil." Ujarnya sambil tetap fokus memasukkan seledri cincang ke dalam panci sup.

Kuah sup itu lantas meletup-letup, membuatku cekatan mematikan api kompor ketika ditinggal Gia mencuci piring kotor bekas sarapanku.

Kukecup keningnya di samping kiri, mengagetkannya sejenak, menatapku bingung.

"Aku mandi dulu, habis itu kita makan bareng." Simpulku serius.

Terlihat sekali bahwa aku tidak ingin dia terus menjaga jarak denganku.

***

Wajah berbinar Gia menemaniku menonton film animasi Aladdin di FOX Family Movies. Dikeluarkannya isi tas kanvas yang kubawa satu per satu ke atas coffee table.

"Emil, ini serius? Kok kamu tahu aku pake pembalut merek apa buat siang dan malam? Wahh.. ada Milooo!! Banyak banget sampe lima kotak!"

Seruan riangnya menimbulkan senyum banggaku. Ohohoo.. tentu saja kuhafal merek susu cokelat kesukaannya.

"Astaghfirullah, Emiiilll.. kamu tahu nggak sih? Aku tuh pengen banget makan ini dari kemareeenn!!"

Sekotak matcha cheese cake pesananku di Clairmont dekat kantor, hasil rekomendasi dari Nira, berhasil membuat gadisku berseru dan tertawa.

Tanpa aba-aba, punggung Gia langsung disandarkan ke bahuku usai lekas menyedot Milonya segera.

"Enak?"

"Banget."

"Seneng?"

"Parah!"

"Alhamdulillah," ucapku lega. "Dihabisin ya, sayang."

Jempol kanannya mencolek pipiku. "Iyaa.. makasih banyak ya, Lioo.."

"Sama-sama. Penasaran, nggak, kenapa aku beliin semua ini khusus buat kamu?"

"Oh, iya." Sambil asyik menggigit sedotan, Gia bertanya. "Pasti ada yang mau kamu ceritain tentang hari ini. Biar kutebak, soal kerjaan atau Kelsie?"

THE SAFEST PLACE ✔️Where stories live. Discover now