15. Menarik perkataannya lagi

Start from the beginning
                                    

Kini dirinya sudah sampai, ia langsung menemui satpam yang berjaga di rumah Andrian. Kata satpam tersebut, Andrian ada di dalam. Dan Ellena pun memutuskan untuk masuk.

"Kira-kira Andrian lagi ngapain ya?". Jari telunjuk itu menempel di dagunya, ekspresi penasaran juga terpaut di wajahnya.

"Assalamu'alaikum" Ucap Ellena saat memasuki rumah Andrian, sangat sepi. Karena memang orang tua Andrian tinggal di Amerika sana.

Andrian keluar dengan handuk yang masih terpatri di bawah tubuhnya. Tapi Lelaki itu sudah mengenakan kaos hitam polos.

"Waalaikumsalam" Jawabnya.

Andrian menatapanya datar, "Ada apa?" Tanya Andrian.

Yang di tanya seperti itu langsung menjawab, "Andrian maaf, aku tarik omongan yang tadi di sekolah. A-aku gak mau kita udahan." Memang bego, batin author🙏🏻.

Andrian mengangkat satu alisnya, lalu ia tertawa melihat ekspresi Ellena yang bisa dibilang panik.

"Memang kita udah udahan?" Tanyanya.

Ellena membulatkan mulutnya "O-hah?" Matanya mengedip beberapa kali.

Andrian terkekeh "Aku gak jawab ajakan kamu. Jadi bagi aku, ya kita belum udahan." Ellena yang mendengar itu menggaruk kepalanya.

"A-ah? Gitu ya hehe." Dirinya tersenyum kikuk. Ia sedikit malu, pasalnya ia sangat ke PDan sekali karena sudah merasa menyakiti Andrian.

"Kamu kesini buat bilang kaya gitu?" Tanya Andrian. Sontak Ellena mengangguk.

"Sebenernya aku inget, perkataan aku yang bilang ke kamu untuk jangan pergi dll. Tapi aku malah yang minta udahan, kesannya aku naif banget." Jelas Ellena.

Saat keadaan hening, Ellena langsung menarik nafas dan mengambil ancang-ancang.

"Kenapa sih? Kenapa hah? Kenapa kamu lebih milih nenek lampir itu di banding aku?"

Bugh

Bugh

Bugh

"Kamu tau gak? Gimana sakitnya aku, cemburunya aku. Hikss"

"Kamu jahat banget sih!" Ellena, ia memukul-mukul kecil Andrian. Seolah dirinya mengeluarkan uneg-uneg selama ini.

"Maaf, Na. Aku bingung, aku bingung dengan perasaan aku sendiri"

"Tapi, perihal pembunuh orang tua Nashwa, aku masih percaya kalau itu rencana kamu." Kini nadanya berubah menjadi datar. Tak seperti tadi yang lembut nan bersahabat.

Ellena mendengus, ia membuang pandangannya dari Andrian. Dan,

Plakk

"Brengsek lo!" Tamparan itu berhasil membekas di pipi Andrian, Ellena sengaja menampar agak kencang, biar dia tau rasanya jadi Ellena yang di tuduh-tuduh.

"Orang tua gue gak pernah ngajarin gue ngebunuh orang tau gak?" Ellena tertawa sumbang, ia melanjutkan kalimatnya lagi,

"It's okay. Kalo emang kamu nganggep aku masih sama. Aturan kamu bisa mikir Ian, buat apa aku rela-relain ngerendahin harga diri untuk nyamperin kamu dan narik omongan aku yang ngajak putus tadi?" Andrian terdiam.

"Kalo aku pembunuhnya, berarti aku gak tau malu banget masih berani deket-deket sama kamu, yang notabenenya orang terdekat Nashwa!"

"Bilangin tuh, ke mantan kamu yang otaknya segede telor kodok!, Kalo mau nuduh orang yang pinteran dikit." Nada judes nan ketus itu terus keluar dari mulut Ellena. Biarin saja, sesekali ia seperti ini, capek juga kan di injek-injek terus.

Aku Langit, Kamu Pelangi (On Going)Where stories live. Discover now