12. Terpaksa

776 46 18
                                    

Hi!👋🏻
Call me Pink, please. Salam kenal🤙🏻
Vote, komen, follow, and share ya guys.
Love you<3.

🦋🦋🦋


Jari lentik Ellena masih setia mengutak-atik ponselnya. Entah apa yang ia ingin mainkan dari ponsel itu. Sejenak terlintas di pikirannya, ia harus mengabari Andrian perihal kondisinya
saat ini.

Meski kondisinya sekarang karena ulah Andrian, tetapi baginya itu bukan masalah yang besar.

Ellena membuka Aplikasi WhatsApp-nya, terpampang sangat jelas kontak Andrian di sematkan. Jari lentiknya mulai beradu dengan keyboard yang akan di susun perabjadnya.

Ellena : Andrian, aku sakit. Kamu bisa kesini?

Hanya Ceklis 2 abu-abu. Last seen dari WhatsApp Andrian di nonaktifkan. Ellena menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia menaruh asal ponselnya.

Ting nong..

Suara bel rumah membuat Ellena beranjak dari duduknya. Ia beranjak dengan sangat hati-hati mengingat kakinya yang memang masih sakit.

Ting nong..

Bel itu berbunyi lagi

"Iya sebentar." Teriak Ellena.

Setelah Ellena membuka pintu rumahnya, ia terlonjak kaget.

"LO?" Vani saat ini ada di depannya, Vani menatapnya dengan jengah.

"Gue TERPAKSA nganterin tas lo, karena Gentala yang suruh!" Vani melempar tas itu tepat di muka Ellena.

Ellena memutar bola matanya malas. "Demi Gentala lo rela di jadiin babu?". Vani yang mendengar itu sontak melotot dan tak terima.

"Apaansih lo! Gentala minta tolong sama gue ya karena dia tau gue baik." Tukas Vani tak terima, Ellena yang melihat itu hanya terkekeh remeh.

"Thanks kalo gitu." Vani masih terdiam, menatap sekitar rumah Ellena.

"Lo tinggal sendiri di rumah segede ini?" Ellena mengangguk.

"Pasti dari hasil ngejalang kan?" Timpal Vani lagi. Tatapan bengis Ellena mulai terpancar, ia tak terima.

"Gak usah sok tau. Dan menurut gue, ini bukan urusan lo juga." Vani tertawa seakan-akan ia meremehkan Ellena.

"Oh, atau ini hasil ngangkang sama Andrian?" Cukup sudah, kesabaran Ellena mulai menipis. Manusia di depannya ini sangat songong dan konyol.

"Lo lagi ngedeskripsiin kelakuan lo ya?" Vani mematung seketika, ia kalah telak. Sontak ia segera pergi dari rumah Ellena. Ellena yang melihat itu hanya tertawa.

Ellena memasuki rumahnya lagi, sekarang ia memilih untuk ke kamar saja. Ketika ia membuka ponselnya, tidak ada balasan sama sekali dari Andrian. Ia hanya mendapatkan Ceklis dua biru.

Ellena merebahkan dirinya, sesekali ia menatap figura yang terdapat anak kecil sedang bermain pasir di pantai. Itu dirinya, ia tersenyum saat mengingat masa kecilnya.

Aku Langit, Kamu Pelangi (On Going)Where stories live. Discover now