Chapter 4

29.2K 1.2K 34
                                    

"Anak-anak, waktunya makan siang!" kata ibunda Ella dari dapur, sementara Ella berdiri di sampingnya. Beberapa anak yang sibuk dengan bermain atau melakukan hal lain langsung pergi menuju ke dapur. "Ella, kamu urus Donovan aja, biar Bunda yang ngurusin anak-anak."

"Eh, tapi Bunda?" Merasa wanita tua itu akan kewalahan karena sendirian melakukannya.

"Udah! Sana, Sayang!" Karena dipaksa, mau tak mau pun Ella menurut. Ia menghampiri Donovan yang bermain kuda-kudaan kayu bersama anak-anak. Badannya yang lebih besar dari mainan tersebut membuat Ella terkikik geli melihatnya, posisi Donovan serta wajahnya begitu manis dan polos.

"Anak-anak, kalian makan siang ayo!" Ella menyuruh anak-anak di sana sebelum akhirnya mendekati Donovan. Berjongkok di sampingnya yang tadi asyik berjunggat-junggit lalu terdiam melihat ke arah teman-temannya yang berlarian pergi.

"Eh? Kalian ke—Ella?" tanya Donovan bingung.

"Mereka pengen makan siang, tuh! Ayo, Dodo gak mau makan siang?" Donovan merengut, menggeleng pelan. Wajahnya yang sedih terlihat sangat lucu. "Dodo harus makan siang, entar kalau telat makan atau gak makan gitu gak kuat main ... entar pas main sakit perut." Ella berusaha mencari alasan. "Temen-temen Dodo aja makan, lho. Masa, Dodo enggak? Lagi juga Dodo sendirian di sini, mending ikut sama temen-temen ke dapur ... abis itu bisa main lagi!"

"Mm ... iya, deh." Donovan masih memanyunkan bibirnya. "Tapi Dodo mau disuapin sama calon istri!"

"Iya." Ella mengusap puncak kepala Donovan sayang, keduanya pun menuju dapur yang ramai anak-anak di sana. Mereka mengantre dengan rapi bersama sendok dan piring, boleh memilih lauk sendiri, banyak nasi dan mendapatkan sayur serta buah sesuai usia.

"Wah, kereta api!" Donovan tertawa pelan.

"Eh, Dodo!" panggil Ella kala Donovan kini berlari kecil hingga ke barisan paling belakang, ia memegang bahu anak di depannya. "Ella, pegang bahu Dodo!"

Ella, dengan kikuk menuruti permintaan Donovan. Bahu Donovan lumayan kokok, dan karena beberapa inci lebih tinggi Ella harus mendongak untuk menggapai bahunya.

"Kok enggak ada yang nyanyi, sih? Temen-temen, ayo nyanyi, dong!" katanya, pada anak-anak di depannya.

"Eh, enggak boleh, kalau antri harus rapi dan sopan," kata salah satu anak menyahut.

Donovan mengerutkan kening dan kemudian menoleh ke Ella. Gadis itu tersenyum geli. "Antri?"

"Iya, berbaris rapi bergiliran, itu namanya antri, Dodo. Ayo, Dodo juga baris yang rapi!"

Donovan menengok ke arah barisan sejenak, sebelum akhirnya ia berdiri tegak sebisanya.

"Piring sama sendok Dodo mana?"

"Ah, iya, sebentar Ella ambilin!" Ella mengambilkan sendok dan piring di paling depan.

Ibunya berdeham menggodanya. "Ah, mesranya putriku."

"Bunda ...." Kedua pipi Ella memerah, ia lalu berlari kecil menuju pria muda itu kemudian menyerahkan piring dan sendok untuk Donovan.

"Punya Ella mana?"

"Ella makan nanti, setelah nyuapin Dodo."

"Jangan gitu, kata Ella kalau telat makan, kan, bisa bikin sakit perut." Donovan merengut. "Kan sambil nyuapin Dodo, Ella juga bisa sambil makan. Biar gak kesusahan, makanan Dodo bagi aja sama makanan Ella. Sepiring berdua!" katanya antusias.

"Oh ... mm ... oke kalau itu mau Dodo." Ella agak linglung dan bingung.

"Dodo yakin mulut calon istri bersih, dan mulut Dodo juga bersih! Dodo sikat gigi tiga kali sehari!" Donovan menyengir menampakkan deretan gigi putihnya yang rata selama beberapa saat. "Jadi enggak usah khawatir."

Cerita ini tersedia di
Playbook: An Urie
Karyakarsa: anurie
Dan bisa dibeli di WA 0815-2041-2991

SPECIAL HUSBAND [B.U. Series - D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang