Kenapa?

1.1K 130 30
                                    

Selamat membaca. Jangan lupa vote dan coment ya biar aku semangat nulis nya👍😊🙏
Mohon maaf bila ada tpyo karena manusia tidak luput dari typo🙏





Takdir


Menginjak bulan ke 7, Hyunjin
sepakat untuk Ryujin tidak pergi kuliah, dan meminta libur melahirkan. Padahal masih 2 bulan lagi, tapi Hyunjin tetap si bucin nomer satu. Tidak ingin istri tercintanya kenapa-kenapa.

Nayeon sudah sering bilang Ryujin sama Hyunjin, kalau mereka lebih baik tinggal di rumah Nayeon atau Seulgi. Tapi Ryujin malah gak mau. Katanya takut ngerepotin kedua orang tuanya itu. Selagi Ryujin masih bisa sendiri, dia bakal lakuin itu.

Tapi, saat ini Ryujin sedang ada di Bandung, di rumah nenek nya Hyunjin. Namanya juga orang tua ya, segala macam kegiatan yang Ryujin lakuin di larang. Ryujin yang gak biasa di atur-atur jadi kesel sendiri. Ngerengek minta pulang, tapi Hyunjin masih ada kerjaan di Bandung.

Seperti kali ini, Ryujin baru saja selesai mandi dan habis di keramas, kebiasaan Ryujin kalau udah di keramas tuh, pasti handuknya ia simpan di bahu, karena rambutnya yang sudah panjang selalu kena baju dan basah.

"Ryujin, jangan di simpan di leher kaya gitu!" tegur Dara, nenek Hyunjin.

Ryujin yang sedang asik berdiri di depan jendela rumah sambil menikmati pemandangan desa tertohok kaget.

"Nek, ngagetin aja," ucap Ryujin.

"Jangan pake di leher Ryu!"

"Kenapa emangnya Nek?"

"Nanti Dedek bayinya kelilit ari-ari loh," ucap Dara.

Ryujin sih gak percaya, itu kan mitos zaman dahulu, sekarang 2020 mana ada yang kaya gituan. Ryujin nyengir lalu mengangguk, tapi tidak melepaskan handuk itu.

Dara langsung pergi ke depan untuk menyusul Jiyong, suaminya. Sementara Ryujin duduk di kursi depan rumah untuk melihat lebih jelas pemandangannya. Hidup di desa menurut Ryujin tuh asik. Soalnya, bisa menghirup udara segar banyak-banyak. Tidak seperti di Jakarta, yang pagi-pagi pun sudah penuh dengan asap kendaraan.

Kalau boleh memilih, Ryujin mau tinggal di desa aja. Lebih adem dan lebih asri suasananya. Kalau ngomongin desa, Ryujin jadi inget waktu PKL di Desa Cacaban. "Ryu, lo gak pernah ngidam aneh-aneh?" tanya Jeongin.

Jangan tanya kenapa Jeongin ada disini, karena Jeongin ngerengek mau ikut ke rumah Neneknya. "Alhamdulillah sih enggak Jeong. Gue ngidam pun gak pernah yang muluk-muluk. Pernah sih waktu itu ngidam mau ketemu Starkids," jawab Ryujin sambil nyengir.

Jeongin memutar bola matanya malas. "Itu mah bukan ngidam. Emaknya aja yang pengen tuh," celetuk Jeongin.

Ryujin cuma cengengesan lalu menatap ke arah depan lagi. "Pemandangan disini enak banget Jeong, mau pindah ke desa aja deh rasany," aku Ryujin.

"Jangan lah repot," ujar Jeongin, membuat Ryujin mengkerutkan keningnya. "Nanti, kalau ada bias  lo ke Indo, susah buat nontonya," lanjut Jeongin, seolah tau apa yang akan di tanyakan Ryujin.

"Heheh, ngerti aja lo sama gue," kekeh Ryujin.

Saat mereka sedamg asik mengobrol, Hyunjin yang baru saja pulang pun langsung menghampiri mereka yang tengah tertawa bersama. "Ryu, besok kita pulang ya," ujar Hyunjin.

Ryujin yang mendengar itu langsung bahagia. Dari kemarin udah mau pulang, tapi Hyunjin gak bisa. Akhirnya, besok Ryujin bisa bernafas lega karena gak bakal ada yang sering ngomelin Ryujin kalau ngelakuin sesuatu.

Takdir [HWANGSHIN] ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt