23

710 93 1
                                    

Sudah dua minggu berlalu sejak pertemuan di rumah Soobin. Sejauh ini tidak terjadi apa-apa karena kebetulan ujian berikutnya sekitar seminggu lagi. Mereka melakukan aktivitas dengan lancar sebagaimana mestinya dan mengikuti intruksi Jisu untuk tetap diam.

Masalah itu sebenarnya sedikit memusingkan bagi Taehyun. Dia tak bisa berhenti memikirkannya hingga fokusnya terpecah belah kemana-mana. Waktu dimana seharusnya ia gunakan untuk belajar malah ia gunakan untuk memikirkan masalah itu.

Seperti sekarang ini, ia terduduk diam disalah satu kursi di perpustakaan. Dia disana sendirian. Sebenarnya memang sengaja. Tak mungkin ia mengajak Huening Kai apalagi Yuna untuk memasuki tempat sehening ini. Bisa-bisa nanti ia ikut diusir keluar sebelum sempat membaca sesuatu.

"Taehyun," panggil seseorang dengan suara pelan.

Taehyun menoleh dan mendapati Chaeryoung dengan tumpukan buku ditangannya. "Eh, ya. Kenapa?"

Chaeryoung menggeleng pelan. Ia lalu duduk disamping Taehyun dan meletakkan semua bukunya di meja. "Kau sedang apa disini sendirian?" tanyanya dengan suara nyaris berbisik.

"Aku sedang membaca buku."

"Tidak. Bukumu tidak sedang dibaca. Aku tahu itu."

Mendengar itu, Taehyun hanya tersenyum kikuk. Memang benar kalau buku ditangannya tidak sedang ia baca. Jadi, ia tidak bisa memprotes ucapan Chaeryoung.

"Kau sendiri sedang apa?" tanya Taehyun balik.

Chaeryoung mengarahkan pandangannya ke tumpukan buku yang tadi ia bawa. "Aku sedang mencari referensi untuk mengerjakan tugas sastra Korea."

"Sendirian?"

"Ya, begitulah."

Mereka terdiam untuk beberapa saat. Taehyun dan Chaeryoung bukan teman sekelas, jadi agak canggung ketika mengobrol berdua seperti ini.

"Kau tidak bersama Yuna dan Kai?" tanya Chaeryoung pada akhirnya. Taehyun hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Kenapa?"

"Mereka terlalu berisik. Nanti malah dimarahi petugas perpustakaan kalau aku mengajak mereka berdua kemari."

Chaeryoung terkekeh. "Benar juga, sih."

Taehyun tampak menatap ragu ke arah jemarinya yang tertaut. Ia tidak pernah mencurahkan isi hatinya pada orang asing sebelumnya, meski Chaeryoung tidak seasing itu, tapi tetap saja rasanya agak canggung. Namun, pada akhirnya Taehyun memilih untuk bicara daripada memendamnya sendiri.

"Chaeryoung, apa kau memikirkan masalah itu?" tanya Taehyun lirih.

Chaeryoung menatap terkejut. Ia tahu akan kemana arah pembicaraan ini. "Eum...sedikit. Aku tidak begitu ambil pusing."

"Begitu, ya."

"Kenapa?"

Taehyun menggeleng. "Aku hanya sedang memikirkannya sekarang."

Chaeryoung mengambil sesuatu dari buku yang ada dihadapannya. Untuk sesaat, Taehyun hanya diam melihatnya dan menunggu kira-kira apa yang akan dia lakukan.

"Ini." Chaeryoung memperlihatkan kertas yang ia ambil.

Taehyun menatap dengan tatapan tak percaya. "Kau?" sebenarnya tidak akan semengejutkan itu kalau saja Chaeryoung memberi aba-aba atau semacam pertanda kalau dia akan menunjukkan itu. "Benarkah?" tanya Taehyun memastikan.

Chaeryoung mengangguk tanpa ragu. "Aku ingin mengatakannya didepan semua orang saat kita di rumah Kak Soobin saat itu. Tapi, aku tidak punya nyali," jelas Chaeryoung.

"Aku benci mengatakan ini, tapi aku juga begitu." Taehyun tampak menarik lembaran yang ia sisipkan didalam bukunya. "Lihat, aku juga sama sepertimu."

Hal itu membuat Chaeryoung tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Beruntung, ia ingat kalau tempat ini bukan tempat yang tak mempermasalahkan penghuninya berteriak. Jadi, ia hanya menutup mulutnya dan menatap tak percaya.

"Wah, semakin kesini semakin kita tahu betapa jeleknya sekolah ini," kata Chaeryoung setelah ia selesai dengan aksi terkejutnya.

"Ya, aku setuju dengan itu." Taehyun kembali menyisipkan kertas itu ke dalam bukunya. "Apa Yuna dan Kai tahu tentang ini?" tanyanya pada Chaeryoung.

Chaeryoung menggeleng dan tersenyum miris. "Kita hanya tahu satu sama lain sejauh ini."

"Lebih baik kita tak membicarakan ini pada mereka."

***

"Oi, Taehyun!" Suara Yuna menggema disepanjang lorong. "Disini!"

Dengan malas, Taehyun menoleh ke belakang dan mendapati gadis itu melambai-lambaikan tangannya seakan jarak diantara mereka terbentang ratusan meter. Huening Kai yang berada didekatnya tampak sedikit mundur, tak mau orang-orang menganggapnya kenal dengan gadis di depannya itu.

Taehyun manatap bosan ke arah Yuna. Sepertinya tidak sekali dua kali ia mengingatkan agar gadis itu tak perlu beteriak-teriak. Tapi, sepertinya percuma saja. Suara Yuna memang seluar biasa itu, apalagi kalau berteriak.

Mereka kemudian berjalan cepat mendekat ke arah Taehyun. Yuna sepertinya tidak sadar kalau beberapa pasang mata sesekali menatapnya seakan dia orang paling aneh di dunia ini. Taehyun jadi kasihan melihat Huening Kai yang dengan terpaksa tersenyum-senyum kikuk ke setiap orang yang memandangi mereka.

"Astaga, kau lama sekali di perpustakaan. Apa yang kau lakukan?" tanya Yuna begitu Taehyun ada dihadapannya.

"Baca buku. Apalagi menurutmu? Menonton film?"

Mereka kemudian berjalan ke tempat duduk terdekat. Sudah cukup tadi Yuna menyita perhatian. Taehyun dan juga Huening Kai tidak mau ikut-ikutan jadi bahan pembicaraan orang-orang disekeliling mereka.

"Kau tidak lapar?" tanya Huening Kai yang memilih duduk diseberang Taehyun sementara Yuna ada disampingnya.

Taehyun menggeleng. "Tidak berselera," jawabnya.

"Kau akhir-akhir ini sering pergi ke perpustakaan, apa tidak bosan?" Yuna tampak duduk dengan tidak tenang. Beberapa kali ia menendang-nendang udara kosong yang berakhir dengan ujung sepatunya mengenai tanah.

Taehyun menggeleng lagi. Dia sepertinya tidak dalam suasana hati yang baik.

"Kau masih memikirkan masalah itu, eh?" tanya Huening Kai tiba-tiba.

"Begitulah." Taehyun menatap sekilas ke arah Huening Kai lalu menghela napas sesaat. "Aku sedikit terbebani oleh masalah itu. Firasatku tidak enak sejak kemarin dan aku tidak tahu kenapa."

Yuna mengangguk-anggukkan kepalanya seolah mengerti. "Ayolah, Taehyun. Sejauh ini tak ada masalah. Percaya pada Kak Jisu sudah menjadi pilihan yang paling tepat. Sebaiknya kau pikirkan hal lain saja."

"Ya, untuk pertama kalinya aku setuju dengan ucapan Yuna," ujar Huening Kai yang kemudian dihadiahi dengusan sebal dari Yuna. "Kita tidak bisa melakukan apa-apa, kan? Jadi, lebih baik kita tidak banyak memikirkan hal itu."

Sebenarnya memang ada benarnya juga ucapan mereka. Tapi sayangnya, kedua teman Taehyun itu tidak tahu sumber segala keresahannya itu apa sehingga mereka takkan mengerti bagaimana rasanya jika ada diposisi Taehyun.

"Ah, aku akan berusaha menghilangkan pikiran negatifku kalau begitu," ucap Taehyun pada akhirnya.

Yuna tersenyum puas. "Nah, lebih baik kita kembali ke kelas sekarang."

"Ayo," seru Taehyun dan Huening Kai bersamaan.

Sepanjang sisa hari itu, Taehyun tak berhenti berdoa dan berharap agar segala firasat buruknya tak benar-benar terjadi. Bohong rasanya kalau dia benar-benar merasa lebih baik setelah semua hal yang Yuna dan Huening Kai katakan. Tapi, ada sedikit kelegaan dihatinya karena ia tahu kalau dirinya tak sendiri disini. Ada Huening Kai, Yuna dan juga Chaeryoung bersamanya.

Semoga semuanya akan berjalan dengan baik.

Start Line | TXT & ITZY [COMPLETED]Where stories live. Discover now