11

855 119 3
                                    

"Ayo! Kita pergi saja dari sini," ajak Yeji.

Jisu tak tinggal diam, "Tidak bisa. Selesaikan dulu urusan kita."

Soobin tampak frustasi. Dia seperti boneka yang sedang diperebutkan anak-anak perempuan saja. Kalau seperti ini terus-menerus, tangannya bisa putus.

"Hei, hentikan!" perintah Soobin.

Chaeryoung masih disana. Ia menyaksikan betapa kekanak-kanakkannya kedua seniornya itu. Kalau saja ia punya banyak nyawa, mungkin tawanya sudah meledak dari tadi. Jangan tanya kenapa wajahnya merah dan roknya habis diremas-remas. Ia sedang bersusah payah menahan tawa, sungguh.

"Hei, jangan bertengkar terus," ujar Soobin berusaha memperbaiki situasi yang terjadi. "Yeji, tunggu sebentar. Biarkan aku bicara dahulu dengan Jisu, ya?"

Yeji pun menurut. Mau bagaimana lagi? Soobin sendiri kan yang minta?

"Nah, apalagi yang kau butuhkan?" tanya Soobin pada Jisu.

"Apa yang kau lakukan disana?"

"Aku kan sudah menjawabnya tadi. Aku sedang mengumpulkan tugas," jawab Soobin dengan nada bicara semeyakinkan mungkin.

"Kalau kau sedang mengumpulkan tugas, untuk apa sembunyi dibawah meja?" tanya Jisu penuh selidik.

"Lagipula, mau dia sembunyi dibawah meja atau dibelakang lemari, apa urusanmu?!" timpal Yeji.

"Jangan ikut campur!" balas Jisu.

Soobin menghela napas berat. Menghadapi gadis-gadis bukanlah perkara yang mudah, "Sudah-sudah. Yeji, tolong jangan ikut bicara dulu, ya."

"Kenapa kau membela dia, sih?!" protes Yeji kesal.

Ya Tuhan, Soobin ingin menghilang saja rasanya. Ia sebisa mungkin bersikap netral dan menengahi perdebatan mereka alih-alih menyelesaikan urusannya dengan Jisu, "Bukan begitu maksudku. Kalau kau terus berbicara pada Jisu, urusanku tidak selesai-selesai nanti dan kita tidak bisa pulang."

Yeji merengut kesal lalu berjalan agak menjauh, "Baiklah-baiklah."

"Nah, Jisu. Lepaskan tanganku," ujar Soobin.

Gadis itu buru-buru menengok ke bawah. Ia baru sadar kalau tangannya memegang lengan Soobin erat-erat. Ah, memalukan sekali. Jisu pun buru-buru melepasnya dan kembali bersikap seperti biasa.

"Masih pertanyaan yang sama. Ayo jawab!" perintah Jisu.

"Eummm, apa kau tidak ingin menanyakan gadis itu dulu? Ah, dia menunggu lama disan—"

"Tidak. Jangan mengalihkan pembicaraan."

Soobin menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung harus menjawab apa. Kalau jujur, Beomgyu nanti dalam masalah. Kalau bohong, akan terlihat juga kebohongannya dan yang pasti ia harus mengarang cerita bodoh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan lain dari Jisu.

"Jangan coba-coba berbohong. Aku bisa melakukan apapun untuk membuatmu bicara jujur," ancam Jisu.

Yeji sudah ingin angkat bicara. Namun, Chaeryoung mencegahnya. Bukan karena ia setuju dengan ancaman Jisu, tetapi ia ingin segera pulang ke rumah. Kalau ini tidak juga berakhir, bisa habis telinganya mendengarkan ocehan kakak dan ibunya semalaman nanti.

"Aku...sebenarnya tidak—ah, bukan. Aku bertemu Beomgyu disana," ucap Soobin terbata-bata.

Jisu nampaknya masih menanti kejelasannya, "Lalu?"

"Sebenarnya kalau kau mau tahu kejelasannya, tanya saja pada Beomgyu. Ah, gadis ini," Soobin menunjuk Chaeryoung, "Kau lihat kan kalau aku kebetulan bertemu dengan Beomgyu di ruangan itu?"

Start Line | TXT & ITZY [COMPLETED]Where stories live. Discover now