Huening Kai

1.4K 167 0
                                    

Pagi yang cerah mengawali kegiatan pagi setiap orang. Tak terkecuali para siswa yang tampak bersemangat pergi ke sekolah. Ini adalah minggu kedua tahun ajaran baru. Mungkin minggu pertama mereka tak begitu berat.

Gerbang sekolah terbuka lebar. Ada penjaga gerbang dan beberapa guru di samping kanan dan kiri yang terlihat begitu ceria menyapa siswa-siswi mereka. Para guru juga mungkin belum menemukan kesulitan berarti selama seminggu pertama.

Sekolah ini terkenal sebagai gudangnya siswa berprestasi. Ajang-ajang olimpiade maupun olahraga sudah bukan hal asing untuk diikuti beberapa siswa disini. Terhitung dalam sepekan ini ada dua mata lomba sains yang diikuti siswa tahun kedua di luar negeri. Persiapan yang dilakukan tentu sudah dari tahun sebelumnya. Jadi, tidak heran jika seleksi masuk ke sekolah ini cukup sulit.

Namun, dibalik kesulitan itu ada kemudahan bagi siswa sekolah ini apabila ingin bersekolah di universitas terbaik di negeri ini. Bimbingan yang diberikan guru konselingpun tak main-main. Sejak siswa tahun ketiga mulai belajar kembali, mereka sudah memberikan jadwal belajar intensif bagi para siswa yang berniat melanjutkan pendidikan mereka.

Mungkin beberapa orang berpikir hal tersebut menjenuhkan. Namun, apabila mereka ingin hasil yang sempurna, usaha yang mereka lakukanpun harus besar. Terbukti sudah lebih dari delapan belas tahun sekolah ini mencetak generasi yang bisa diandalkan.

Lima menit lagi bel masuk berbunyi. Para guru satu persatu meninggalkan area gerbang utama menuju ruang guru. Bu Shin, guru matematika terbaik mereka masih terlihat menatap gerbang dengan gugup. Ia seperti menunggu seseorang datang.

"Bu Shin, anda tidak kembali ke ruang guru?" tanya Miss Han.

"Nanti. Anda duluan saja, Miss. Aku sedang menunggu seseorang," jawab Bu Shin pura-pura tidak gugup.

Miss Han berlalu begitu saja. Dia mungkin punya kelas pagi untuk anak-anak tahun ketiga. Tersisalah Bu Shin sendiri disana. Para penjaga gerbang nampak bersiap menutup gerbang. Dua menit lagi bel pasti berbunyi tetapi atensi Bu Shin masih belum teralih dari gerbang utama itu.

Ketika hampir saja gerbang akan tertutup, seorang siswa berlari menerobos masuk. Beruntung dia tidak terjepit karena tubuhnya ramping. Bu Shin nampak tersenyum lega.

"Ah, kau murid baru, kan?" tanya Bu Shin ramah sekali. Dia bahkan tersenyum cerah melihat betapa luar biasa muridnya yang satu ini. Mungkin tiada dua baginya.

"Iya, Bu. Aku murid baru," jawab siswa itu enteng. Dia agak sedikit tidak sopan sebenarnya.

Bu Shin mungkin sedikit terkejut tetapi ia mewajarkannya karena mungkin perbedaan budaya membuat sedikit perbedaan tata krama juga. Lebih baik ia segera membawa siswanya itu ke kelas.

"Siapa namamu?" tanya Bu Shin sambil berjalan mengarahkan siswa itu ke kelas yang akan dia tempati.

"Kai Kamal Huening. Panggil aku Huening Kai."

Start Line | TXT & ITZY [COMPLETED]Where stories live. Discover now