Dan ternyata benar, mereka sudah sampai. Anak-anak Bu Sandra memang begitu menyayangi Ibu mereka. Termasuk juga Mas Devin. Aku dengar dari Delia, dia juga setia menemani Bu Sandra di Rumah Sakit. Ya, walaupun yang aku tahu ia tidak pernah pulang ke rumah. Tapi dia begitu setia menemani ibunya di Rumah Sakit.

Ah, sudahlah. Sebaiknya aku tidak perlu mencari-cari kebaikan dalam diri Mas Devin. Itu hanya akan membuatku merasakan sakit yang lebih lagi. Aku sudah mencoba mengikhlaskan perasaan yang memang seharusnya tidak kurasakan sejak awal. Walaupun ini sulit tapi aku selalu berdoa kepada Allah disetiap sujudku agar aku bisa segera menghilangkan cinta dalam diamku ini.

"Bu, mau saya buatkan sesuatu?" tanyaku pada Bu Sandra setelah beliau duduk.

"gak usah Fiza. Mama udah makan juga tadi." jawab Mas Derrel.

"yaudah Mas, kalau gitu saya permisi." jawabku.

"tunggu." sahut Bu Sandra.

Aku pun menghentikan langkahku, dan kembali menghadap Bu Sandra. Bu Sandra tersenyum kepadaku. Aku tidak tahu apa arti senyuman itu, yang jelas senyuman itu berbeda dari senyuman Bu Sandra biasanya.

"kamu mau kemana nak?" tanya Bu Sandra.

"saya.. Saya mau lanjutin pekerjaan saya Bu." jawabku seadanya. Aku sedikit gugup karena kurasa pandangan semua orang tertuju padaku.

"abis itu?" tanyanya lagi.

"saya mau pergi interview bu." jawabku lagi.

"bisa ya kita ngomong sebentar Fiza." ucap Bu Sandra lagi.

Aku pun hanya bisa mengangguk mengiyakan perkataan Bu Sandra. Aku tidak tahu apakah aku berbuat suatu kesalahan, sekarang aku sedikit takut jika itu memang terjadi. Aku benar-benar tidak ingin membuat siapapun di keluarga ini kecewa apalagi Bu Sandra.

Sebelum Bu Sandra mengatakan sesuatu, Mas Devin terlebih dahulu menyelanya dan berpamitan untuk pulang terlebih dahulu. Bu Sandra pun juga mengijinkan.

Mas Devin mencium tangan Bu Sandra lalu seketika menatap dingin padaku. Entah kenapa, tapi tatapan itu membuatku takut hingga seketika menundukkan kepalaku.

"sini nak." ucap Bu Sandra menyuruhku duduk disampingnya.

Aku pun canggung untuk menuruti permintaan Bu Sandra itu. Bagaimana bisa aku yang seorang pembantu duduk di samping majikanku. Aku melihat ke sekeliling kepada Delia, Mas Derrel dan juga Mba Risa yang berdiri di belakang Bu Sandra. Entah kenapa mereka tersenyum sejak datang tadi, terlebih Delia. Ia terlihat begitu bahagia hari ini.

"gak pa-pa Fiza, duduk aja." ucap Mba Risa.

"iya. Sini nak." ucap Bu Sandra lagi.

Akhirnya aku menuruti perkataan Bu Sandra itu. Aku duduk disampingnya. Dan tanpa kuduga, Bu Sandra menggenggam tanganku. Tangannya begitu hangat saat menyentuhku. Sungguh, aku sangat rindu genggaman seorang ibu seperti ini.

"maaf bu, ini ada apa ya?" tanyaku pada Bu Sandra. Sungguh, aku benar-benar bingung dengan kondisi ini sekarang.

"ada apa Bu?" Ucap Bibi Iroh yang tiba-tiba juga ada di antara kami.

Sepertinya tanpa ku sadari Delia telah memanggil Bi Iroh. Bu Sandra pun juga mempersilahkan Bi Iroh untuk duduk di kursi dekat kami duduk.

"Fiza, kamu gak usah cari kerja lagi ya?" ucap Bu Sandra begitu saja.

Tentu saja aku bingung dengan pernyataan Bu Sandra itu. Sebelumnya Bu Sandra yang paling mendukungku untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dan menggunakan gelarku. Tapi kenapa beliau sekarang melarangku mencari kerja? Apa Bu Sandra punya cabang usaha yang bisa memperkerjakan aku? Entahlah.

"maaf Bu, tapi kenapa? Saya gak keberatan Bu kalau Ibu menyuruh saya bekerja di rumah ini seumur hidup saya. Tapi bukannya Ibu sendiri yang menyuruh saya untuk mencari pekerjaan Bu kemarin?" jawabku sehalus mungkin.

Aku takut menyinggung perasaan orang baik di depanku ini. Sedari awal, aku memang tidak berniat kuliah karena aku tahu aku tak akan sanggup membayar biaya kuliah. Tapi Bu Sandra mendukungku untuk kuliah dan akhirnya aku benar-benar mengeyam pendidikan di bangku kuliah. Sampai akhirnya aku lulus, aku juga tidak berniat keluar dari rumah ini karena aku memiliki banyak hutang budi pada keluarga ini. Tapi lagi-lagi Bu Sandra mendukungku untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Akhirnya aku juga kembali menuruti perkataan Bu Sandra. Aku benar-benar tidak bisa menolak apapun perkataan Bu Sandra.

"iya, saya gak mau jauh-jauh dari kamu Fiza. Saya udah anggap kamu sebagai putri saya sendiri. Kamu perempuan yang sangat baik, saya tahu itu sejak pertama kali liat kamu." jawab Bu Sandra.

Sekarang ucapan Bu Sandra semakin membuatku bingung saja. Apa maksud perkataannya itu.

"maksud Ibu?" tanyaku memastikan.

"Fiza, saya mau kamu benar-benar jadi putri saya." jawab Bu Sandra yang mebuatku sangat terkejut.

Sebenarnya apa maksud Bu Sandra? Apa beliau akan mengangkatku sebagai putrinya? Tapi mana mungkin.

"ma.. maksud Ibu?" tanyaku lagi.

"menikah dengan Dev."

💧💧💧💧💧

Assalamualaikum semua...

Hafiza udah up nih yaa, semoga bisa sedikit menghibur teman-teman semua.
Maaf ya udah lama banget gak up dan alhamdulillah hari ini bisa up lagi.

Happy reading semua....

Wassalamualaikum...

Hafiza (END-COMPLETED) ✔Where stories live. Discover now