15

802 99 6
                                    

Sudah dua hari ini Jae mengurung diri di kamar. Kebetulan ini juga sabtu-minggu. Jae tidak mau makan dan melakukan apa-apa. Hanya diam di kamarnya sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan. Mamanya selalu memaksanya untuk makan tapi Jae tetap tidak mau.

Sore ini, mamanya Jae tetap berusaha membujuk anaknya agar mau makan.

"Jae buka pintunya! Kamu nih enggak laper apa ya?" Teriak mama Jae dari luar kamar Jae.

Tidak ada jawaban apapun dari Jae.

"Jae mama hitung sampai 3 kalau enggak buka juga pintunya, mama bakar semua gitar-gitar kamu ya!"

Mendengar kalimat tersebut Jae sudah tidak tahan rasanya.

Akhirnya dengan rasa malasnya ia buka pintunya.

Terlihat raut wajah Jae yang kusut sekali.

"Kamu tuh apa-apan sih ngurung diri kayak gini! Sekarang kamu mandi terus makan, abis itu jemput Jihyo di bandara."

"Mah please kasih aku waktu untuk mikir pilih ninggalin band atau nikahin Jihyo." Kata Jae dengan penuh sesak didadanya, seperti menahan bom yang akan meledak.

"Yaudah mama kasih kamu waktu tapi sekarang kamu harus jemput Jihyo. Kalau enggak, mama enggak akan kasih kamu pilihan itu lagi."

"Kenapa sih mama tu kejam banget sama aku?! Aku ini udah gede mah bukan anak kecil lagi."

"Denger ya mama itu tau yang terbaik buat kamu. Dan sampe kamu gede pun tua pun ya kamu itu tetep anak mama satu-satunya."

"Udah cepet mandi makan terus jemput Jihyo. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu."

Karena ancaman mamanya yang akan membakar gitar-gitar nya Jae, maka mau tidak mau Jae menurut perintah mamanya itu.













Sekarang Jae sudah berada dalam mobilnya bersama Jihyo. Jalanan cukup lancar sore ini. Namun tidak ada percakapan apa-apa antara mereka. Hanya sebatas,

"Apa kabar Ji?"

"Well, as you can see. And you?"

"I'm good too."

Dengan pandangan Jae yang lurus melihat jalanan, dan Jihyo yang melihat keluar jendela sambil mengingat keadaan Jakarta 10 tahun lalu sebelum ia tinggal di London.

"Jae." Panggil Jihyo tiba-tiba.

"Iya?" Kali ini Jae menoleh ke Jihyo.

"Kamu tau soal perjodohan kita?" Tanya Jihyo.

"Hhmm" Jae kembali melihat kedepan.

"Kamu setuju?"

Jae menghela nafasnya berat. Tidak menjawab.

"Kalo kamu enggak setuju, gapapa kok." Lanjut Jihyo.

"Maksudnya?"

"Ya sama sebenernya aku juga kurang setuju. Perjodohan ini kan cuma kesepakatan mama aku sama mama kamu."

"Kalo lu enggak setuju kenapa lu iya in?"

"Kata siapa aku iya in? Aku belum kasih kepastian kok ke mama. Kamu tau kenapa aku juga enggak setuju?"

Jae menggidikkan bahunya tanda tidak tahu.

I like you ; Park JaehyungWhere stories live. Discover now