05. Jelas dia Anakku

24.3K 1.5K 231
                                    

Hai temans yang udah nyenengin ati emaknya Alfredo 😁😁

Nih dobel up buat kalian semua zeyeeengg😘😘😘

Aegea melangkah lebar menuju ruang kerja Alfredo setelah lebih dari tiga puluh menit dia mengantri obat untuk anaknya. Tidak ada ekspresi marah atau rasa jengkel yang mewarnai raut jelitanya.

Pintu ruang kerja terbuka lebar setibanya Aegea disana. Disana, duduk sambil menaikkan kedua kakinya ke atas meja, Alfredo mendudukkan Ale diatas perutya. Tanpa ragu, Aegea memasuki ruang itu tanpa merasa perlu untuk mengetuk pintu. Apa yang dilihatnya kemudian adalah Ale sedang makan kacang mete sambil sesekali menyuapkan kacang itu ke mulut Alfredo. Sesekali tampak bocah gemuk itu memberikan ciuman ringan di pipi Alfredo.

"Sayang ayo pulang. Mama sudah dapat obatnya," ajak Aegea pada puteranya.

Ale menoleh ke arah Aegea dan kembali senyum lebar itu tampak menampilkan gigi kelinci mungilnya. Setelah menelan kacang yang ada dalam mulutnya, bocah itu tersenyum makin lebar. "Uhm Mama. Ale sudah nggak sakit. Om Doktel benelan bikin Ale ngga sakit lagi. Sama kaya mama ngobatinnya. Mama mau mete?" celoteh Ale masih dengan memegang kantong metenya.

"Tidak sayang, Mama nggak mau makan itu sekarang. Bisakah kita pulang? Kamu ingatkan kalau kakek datang hari ini?" Tak hilang akal, Aegea mencoba membujuk anaknya.

Ale terdiam. Menatap ke arah Alfredo seolah tidak rela akan diajak pulang secepat itu. "Om sebenelnya aku suka main disini, tapi Kakek mau dateng. Jadi Ale halus pulang. Nggak papa ya?" Masih dengan lucunya Ale berbicara.

Alfredo menarik nafas dalam. "Baiklah, kamu boleh pulang. Apakah kita akan bertemu lagi?" tanyanya sambil merapikan rambut Ale dengan sayang.

"Tentu saja kita akan beltemu lagi. Nanti Om bisa main ke lumahku, lalu kita bisa main mobil belsama. Om mau?"

Alfredo tergelak mendengar ucapan Ale yang terasa lucu ditelinganya. "Ya, Om mau. Om akan datang dan main sama Ale."

"Om namanya siapa? Nanti aku bilangin ke sekuliti didepan bial kalo Om datang bole masuk. Telus bisa ketemu sama Ale.

"Nama Om Alfredo. Alfredo Aguire. Jangan lupa ya buat bilang ke security di depan rumahmu." Senyum manis menyertai kalimat Alfredo ketika mata mereka beradu.

"Om, kenapa namanya sama kaya namanya Ale?"

Seketika itu juga Alfredo kembali menatap Ale dengan pandangan ingin tahu yang sangat jelas. "Memangnya namanya Ale tuh Ale siapa?"

Aegea tidak bisa mencegah Ale supaya diam. Bagaimanapun dia tidak pernah marah kepada anaknya. Jangankan marah, berkata kasar saja Aegea tidak pernah. Baginya Ale harus di didik dengan baik, menggunakan bahasa yang sopan dan tanpa kemarahan meskipun emosinya sedang tidak baik. Kemarahan bisa ditunda, asal sang putera tidak pernah tahu aura negatif dari hati yang buruk.

"Namaku Alessandlo Aguile. Bagus kan namaku, Om. Ada yang sama kaya namanya Om." Aegea menghembuskan nafas yang sesaat lalu ditahannya begitu mendengar Ale menyebutkan namanya. Kini ditatapnya ekspresi Alfredo. Ekspresi yang mendadak menunjukkan rasa sakit. Sakit yang teramat sangat seolah tangan tak kasat mata telah merenggut paksa jantungnya.

Tidak ingin puteranya berharap terlalu dalam dan kecewa, Aegea segera meraih sang anak dari pelukan Alfredo. "Ayo sayang kita pulang sekarang,"bisiknya halus.

"Om Doktel, Ale pulang dulu ya. Jangan lupa main ke lumah Ale segela."

Masih mencoba mengulur waktu dengan Ale, Alfredo memeluk balita itu erat. "Mau nggak Om antar kedepan. Om Gendong deh supaya Ale nggak capek. Sekalian Om kasih lagi mete yang besar kaya tadi buat di rumah."

Ale berbinar mendengar usul Alfredo. Seketika kepala mungil itu mengangguk dengan mata berbinar menatap Alfredo. Alfredo membereskan meja kerjanya. Menutup plastik kacang mete yang terbuka itu dengan rapat. Mengambil lagi sebungkus besar kacang yang sama dari laci mejanya. Memasukkan kedalam kantong kertas kemudian meraih tubuh Ale kedalam gendongannya.

"Ayo, Aurora. Aku akan mengantarmu sampai tempat parkir." Alfredo melangkah keluar ruangan. Menguncinya dan melangkah ke arah pintu utara, dimana mobil para Dokter biasa diparkir.

Sepanjang melangkah, Alfredo memeluk Ale dengan erat. Benar-benar tampak seperti seorang ayah yang menyayangi puteranya.

Aegea membuka pintu mobilnya sebelah kiri. Ale biasa duduk disana. Dengan cemilan ditangan, anak itu tidak akan pernah merepotkan Aegea mengemudi. Alfredo mendudukkan Ale disana. Mencium pelipisnya cukup lama. Seperti enggan berpisah.

"Ale jangan lupakan Om, ya?" ujarnya sambil memasangkan sabuk keamanan untuk Ale.

Ale mengangguk. Kembali merangkul leher Alfredo dan memberikan ciuman hangat dipipi pria itu. "Ini pelukan dan ciuman sayang Ale buat Om Doktel. Ale nggak akan lupa. Main aja kelumah Ale. Lagian kan Om kelja sama Mama, jadi Ale pasti ingat. Dadah Om, Ale pulang dulu ya." Sekali lagi Alfredo mencium pelipis Ale dan menutup pelan pintu mobil itu.

Mundur beberapa langkah dan matanya bersirobok dengan tatapan tajam Aegea. Aegea melenggang ke sisi lain mobilnya saat panggilan Alfredo menghentikannya.

"Aurora, kau ..."

"Aku apa? Kau ingin tanya sesuatu?"sahut Aegea lugas.

"Dia anakku. Alessandro anakku. Kenapa kau tidak memberitahukanya padaku?"

"Apa kau sedang protes padaku, Dokter?"

Alfredo menghela nafas panjang. Meredakan emosi yang mendadak siap meledak. "Aku tidak protes, Aegea. Tapi aku menuntut penjelasan."

Aegea menyeringai licik. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Aegea berniat membuat Alfredo menderita. Tidak akan dia biarkan pria itu mengambil alih puteranya. Putera yang dia lahirkan sendirian. Yang dia hidupi dan tanpa bantuan dari siapapun. Yang dia sayangi tanpa batas hingga anak itu tidak pernah merasa kekurangan akan apapun.

"Kau pikir kau siapa, Dokter? Kau bukan siapa-siapaku. Dan terkutuklah kau mengetahui hal ini." Ucapan sinis Aegea membuat Alfredo terperangah sementara Aegea memasuki mobilnya dan melaju meninggalkan rumah sakit.

***

Desas-desus dirumah sakit keesokan harinya tidak membuat Aegea peduli. Berpasang mata memandangnya ketika dia bertugas di IGD sesuai dengan jadwal kerjanya. Yang dia dengar menjelang makan siang adalah kabar bahwa Dokter Alfredo bertingkah seperti beruang sakit kepala dibagian bedah. Disana sedang kacau. Puluhan koas terancam tidak lulus ujian bedah karena tidak menjawab pertanyaannya dengan benar. Ada saja hal kecil yang dijadikan sebagai alasan untuk menemukan kesalahan.

Aegea duduk dan menikmati makan siangnya. Tidak ada hal yang mengganggu kenyamanan itu hingga suara pintu dibanting sedikit mengejutkan ketenangannya. Aegea melirik pada si pembuat onar sekilas dan melanjutkan makan siangnya.

"Bagaimana kau bisa makan siang sesantai itu setelah menyebabkan banyak keributan, Aurora?" ujarnya garang.

Tidak gentar Aegea menyelesaikan makan siangnya sampai selesai. Membuang kotaknya ke tempat sampah lalu meneguk air dari botol seperti biasanya. Semua dia lakukan tanpa peduli pada tatapan galak Alfredo yang menunggunya dengan tidak sabar.

Hilang kesabaran, Alfredo merebut botol Aegea dan menenggak isinya hingga tandas. Meletakkan botol itu dengan suara keras tepat didepan Aegea. "Jawab aku sekarang,"tuntutnya.

Membersihkan mulutnya dengan tisu masih bisa dilakukan oleh Aegea sebelum menatap mata Alfredo. "Memangnya aku melakukan apa, Dokter? Aku bahkan tidak menginjak ruang operasi barang selangkahpun. Dan hentikan kebiasaanmu mengambil makanan ataupun airku."

Alfredo membuang nafas kasar. "Kau yang membuat emosiku memburuk. Kau harus menjelaskan padaku, mengapa tak kaukatakan padaku saat kau mengandung anakku?"

Aegea tersenyum lebar. Kesan culas begitu jelas dari senyum lebar dan tatapan matanya. "Anakmu? Bagaimana kau bisa mengatakan itu anakmu? Kan aku yang melahirkan, jadi dia jelas anakku."

"Aurora kau ...."

Nah siapa yang mulut cabe sekarang?
Aegea juga garang lhoo 😁😁😁
.
Cuz vote and komen nya yang rame. Kalo ati emak senang besok pasti di up lagi.
.
Much love kesayangaan 💝💝💝😘😘😘😘

Cinta Lama Belum KelarWhere stories live. Discover now