33. AURORABOREALIS • AKSI AURORA [II]

En başından başla
                                    

"Ayah sama Ibu pergi gitu aja setelah mereka nggak bisa melunasi hutang itu dan mereka di kejar-kejar sama orang suruhan Kakeknya Rey."

"Gue benar-benar nggak pernah menyangka ini bakal terjadi sama gue."

Hati kecil Aurora tersentak. Dia paham bagaimana sedih dan perihnya ketika sedang menghadapi masalah keluarga.

Tak butuh waktu lama. Aurora berpindah tempat duduk ke samping Edeline dan memeluknya erat.

"Be strong," ucapnya lirih.

"Bahkan, di awal Rey menyatakan perasaannya ke gue, gue pikir dia hanya akan mempermainkan gue karena hutang keluarga gue-tapi ternyata dia tulus mau melindungi gue."

"Dari awal aja lo udah tau kalo dia tulus, lalu kenapa disaat dia sedang mencoba mempertahankan hubungan kalian, lo malah bersikap seolah dia itu penjahat?"

"Gue harus apa Ra, satu-satunya orang yang gue punya dan menjadi tumpuan gue dengan tiba-tiba aja gue tau, bahwa dia merahasiakan sesuatu yang besar."

"Dia nggak merahasiakannya Del, dia sedang mencoba mencari jalan keluar untuk masalah ini."

Aurora mengusap punggung Edeline dengan rasa persahabatan.

"Apa lo mau memulai semua dari awal? Memperbaikinya?" tanya Aurora.

"Apa bisa Ra? Bahkan Rey udah bilang sama gue, bahwa dia akan menjauh dari pandangan gue. Berarti dia udah benar-benar menyerah dengan hubungan ini kan?"

"Enggak Del. Meskipun mulutnya bilang menyerah. Gue yakin dalam hatinya dia itu masih berharap untuk bisa memperbaiki semuanya."

"Emang gitu ya Ra?"

"Iya. Percaya sama gue. Cukup yakinkan diri lo bahwa lo pasti bisa memperbaiki semuanya."

Edeline mengangguk.

"Makasih ya Ra."

"Sama-sama. Inget ya, yakinkan diri lo sendiri. Jangan pesimis. Lo berhak bahagia."

🌈🌠

Perempuan dengan setelan seragam SMA Pangeran itu memasuki rumah biru putih dengan santainya, sambil menenteng jaket hitam dan tas biru bertengger di bahu kirinya.

"Aurora!"

Panggilan itu membuat langkah kaki Aurora yang akan menaiki tangga terhenti.

"Dari mana kamu!"

Aurora memutar matanya jengah. Dan kemudian berbalik. Matanya sedikit terbelalak mendapati ada keluarga Alison disana. Dan jangan lupa Borealis juga ada.

"Kakek kan udah kirim pesan ke kamu, kalo Tuan Alison sekeluarga akan datang," ucap Lebaron.

"Tadi ada perlu."

"Apa nggak bisa ditunda, udah dari satu jam yang lalu mereka datang."

"Kalo Aurora bilang nggak bisa gimana?!"

"Aurora!"

"Apa sih Kek! Aurora capek! Aurora mau istirahat!"

Tanpa pamit Aurora menaiki tangga menuju kamarnya.

"Biar aku panggil anak itu. Dia memang sering begitu," ucap Lebaron.

"Biar Rey aja Kek," potong Borealis cepat.

Semua tertegun.

"Oh ya sudah silahkan."

Borealis menaiki tangga yang tadi dilalui Aurora. Disana terdapat dia kamar. Salah satu pintu kamar menyita perhatian Borealis.

BERANI MASUK BERANI MATI

Borealis yakin bahwa itu adalah kamar Aurora.

Tok!

Tidak ada sahutan.

Tok! Tok!

Tidak ada sahutan lagi.

Baru saja dia akan mengetuk pintu lagi. Tiba-tiba pintu terbuka. Alhasil tangan Borealis mengetuk kening Aurora.

"Bangsat!" umpat perempuan itu.

"Oh sorry, lagian lo nggak bilang-bilang mau buka pintu."

"Nggak guna gue bilang ke lo."

"Maksudnya kalo lo nggak buka nih pintu. Mau gue dobrak."

"Siapa lo dobrak-dobrak pintu gue!"

"Ketua Kingston."

Aurora melipat tangannya di depan dada dan bersandar di ambang pintu.

"Jadi karena lo Ketua Kingston, lo berhak melakukan semua yang lo mau."

"Iyalah. Gue punya kekuasaan."

"Tapi ini rumah gue bangsat."

"Lah terus ka-"

Bugh!

Satu tinjuan berhasil membuat Borealis jatuh menghantam lantai.

"Weh santai dong," ucap Borealis sambil menyeka darah disudut bibirnya.

"Lo tau! Nggak semua hal bisa lo lakuin karena jabatan lo," sarkas Aurora.

Terjadilah baku hantam antar keduanya. Sama-sama tidak mau mengalah. Membuat mereka semakin membabi buta.

"Eh-eh astaga kalian apa-apaan sih?" kaget Gladys.

Karena mendengar suara bising dari atas. Dan Borealis yang tak kunjung turun. Membuat Gladys dan Nisrina naik ke atas.

Dan justru mereka mendapati anak mereka tengah berkelahi dengan brutal. Bahkan beberapa kali tubuh Aurora ataupun Borealis menghantam lantai dan dinding.

"Kalian itu apa-apaan sih malah berantem disini. Kamu lagi Ra, anak perempuan malah tonjok-tonjokan kayak gitu," ucap Gladys.

"Karena Aurora bukan perempuan lemah. Bukan seperti Mamah yang selalu diam aja diperlakukan seenaknya sama Papah," sarkas Aurora.

Deg!

Perempuan itu menutup pintu kamarnya dengan keras.




AURORA BOREALIS [ ✓ ]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin