[Bagian 8] Masa lalu Bella

Start from the beginning
                                    

Tata menyukai coffe latte karena Tara sahabatnya itu selalu memesan minuman yang sama setiap berada di Cafe ini. Tata pun mencoba memesannya juga dan kini coffe latte menjadi minuman favoritnya juga.

Sedangkan Bella? Bella pernah berkata bahwa dia menyukai coffe latte karena kekasihnya sangat menyukai minuman itu, awalnya Bella tidak suka coffe latte tapi dia mulai terbiasa menyukai apa yang disukai kekasihnya dulu.

༻୨♡୧༺

"Jadi lo mau cerita apa, Bel?" Tata menyeruput minumannya.

Bella menghela nafasnya sebelum mulai berbicara.

"Sebenarnya gue ragu mau cerita, tapi gue nggak bisa terus-terusan pendam masalah ini sendiri, gu-gue merasa dihantui rasa bersalah sama seseorang setiap gue kepikiran masalah itu." Bella menunduk, matanya mulai berkaca-kaca.

Tara merubah posisinya agar lebih dekat dengan Bella dan mengusap pundak sahabatnya itu. Tara tahu apa yang saat ini dirasakan oleh Bella, pasti dia merasa sangat bersalah pada seseorang yang mungkin sangat spesial baginya, entahlah Tara hanya menebak saja.

"Apa ini tentang masa lalu lo, Bel?" tanya Tata.

Tara masih diam dan fokus mendengarkan. Tara adalah tipe orang yang sangat peka dan peduli pada keluarga bahkan sahabat nya sekalipun. Walaupun sifat nya ini baru muncul saat dia beranjak SMA.

"Iya Ta, gue nyesel dulu pernah ngelakuin itu. Gu-gue, gue udah menghilangkan dua nyawa orang di kehidupan dia gue ini pembunuh gue udah renggut nyawa adik sama Papanya, gue penyebab mereka meninggal, semua itu karena gue. G-gue---" kalimat Bella terpotong karena Tara langsung memeluk Bella seraya mengusap pundaknya agar gadis itu tenang.

Tata termenung sejenak entah memikirkan apa, kemudian dia ikut memeluk Bella yang sedang menangis sesenggukan.

"Udah Bel udah, lo jangan terus-terusan nyalahin diri lo sendiri. Gue tau pasti lo nggak sengaja dan nggak ada niatan untuk ngelakuin itu kan, lo tenang dulu yaa." Tara mengeratkan pelukannya agar Bella merasa tenang.

Bella menatap Tara dengan tatapan sendu, matanya merah dan sembab karena menangis. Tara tersenyum tulus menatap Bella.

"Kalau lo belum kuat untuk lanjutin ceritanya lagi, nggak apa-apa kok Bel jangan di paksain. Nanti lo tambah sedih kalau inget itu," ucap Tata menatap Bella, ia tersenyum hangat.

"Nggak, gue akan lanjutin kok. Gue bakal ceritain semuanya malam ini, gue udah capek hidup terus-terusan dihantui rasa bersalah." Bella menghapus air matanya kasar.

"Tapi gue bingung mau ceritain dari mana." Bella menundukkan kepalanya.

"Emmm... Oke kalau gitu gue yang nanya. Kenapa lo bisa bilang kalau lo yang udah jadi penyebab mereka meninggal? Kan takdir di tangan Tuhan jadi---" ucapan Tata terpotong.

"Dia yang bilang gitu, gue penyebab adik dan Papanya meninggal dan semua itu bener... Gue, gue penyebabnya." Bella berhenti sejenak matanya mulai berkaca-kaca lagi.

Tara dan Tata masih diam mendengarkan dan menunggu Bella melanjutkan ceritanya.

"Jadi dulu gue pacaran sama dia udah 2 tahun 4 bulan saat itu gue masih 1 SMA dan dia kelas 2 SMA di Tunas Bangsa juga. Waktu itu pikiran gue masih kekanak-kanakan dan belum bersikap dewasa sampai suatu hari gue berantem sama Archela adiknya dia. Gue udah nahan supaya nggak ribut dan adu mulut tapi pada saat itu gue emosi banget pas dia bilang gue nggak cocok sama kakaknya dan nyuruh gue putus. Emosi gue meledak, gue marah dan gue nggak sengaja dorong dia ke jalan raya, karena saat itu posisi kita lagi di pinggir trotoar---" Bella menghela nafas panjang dan melanjutkan kalimatnya.

ARGATARA [NEW VERSION]Where stories live. Discover now