Alone

2.2K 336 59
                                    



Sudah berapa kali orang tua Namjoon datang mengunjunginya minggu ini. Wanita paruh baya dengan rambut sebahu itu memasuki apartemen mereka dengan mudahnya, setelah berhasil berada di dalam maka Ibu Namjoon akan berteriak memanggil nama putranya serta Sehyun secara bergilir.

"Namjoon-ah, Sehyun-ah," begitulah cara memanggilnya.

Hari menjelang sore ketika Sehyun mendengar panggilan ibunya, ia baru saja selesai mandi dan memakai pakaiannya dengan rambut sedikit basah. Jika saja Ibu Namjoon datang sedikit lebih lama, mungkin seluruh helai rambutnya sudah kering dengan bantuan hairdryer.

Mau tidak mau Sehyun buru-buru keluar kamar untuk menemui ibu mertuanya. Sesuatu yang salah ketika Sehyun mendapati ibu mertuanya menatap sang menantu dengan tatapan aneh.

"Bukannya itu kamar tamu, Sayang?"

Sehyun gelagapan, ia membuka bibirnya sambil menengok belakang pada ruang yang baru saja gunakan. "Mm, itu-" tangannya menunjuk-nunjuk ke arah bilik dengan grogi. "Beberapa barangku ada di sana, karena kamar kami sempit jadi, aku memindahkan beberapa agar kamar kami terlihat lebih luas. Dan aku sedang mengeringkan rambutku dengan hairdryer yang kutaruh di sana, begitu." Sehyun tersenyum kaku, dalam hati ia membatin semoga saja ibu mertuanya percaya.

Dan tentu saja Ibu Namjoon tidak ambil pusing, wanita paruh baya itu mengangguk ringan setelah itu meletakkan paper bag ukuran besar di atas pantry. "Begitu rupanya."

"Yah," Sehyun mengangguk-angguk, ia menghela napas kemudian. Untung saja. Netranya mengarah pada barang bawaan wanita paruh baya itu. "Apa itu, Bu?"

Mertuanya menatap Sehyun sekilas lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam paper bagnya. Dan tentu saja, selalu makanan yang Ibu Namjoon bawakan untuknya, entah kenapa daripada disebut mertua, bagi Sehyun mertuanya terlihat seperti seorang kurir. Karena memang begitu, ada saja yang dibawakan untuknya.

"Ibu sengaja bawakan makanan untuk makan malam di sini." satu per satu menu dalam tas dikeluarkan.

"Ibu, biar kubantu." tanggap Sehyun dengan cepat.

Wanita paruh baya itu tertawa ringan melihat menantunya. "Yah, begitulah. Sejak kalian menikah dan hidup mandiri, kami jarang sekali bisa makan bersama. Jadi, maaf ibu datang mendadak tanpa memberitahumu."

Sehyun menarik sudut bibirnya ke atas. "Kenapa ibu minta maaf begitu? Justru aku merasa tidak enak, Ibu selalu membawakan kami sesuatu. Kalau ibu telepon terlebih dahulu mungkin aku yang akan menyiapkan sesuatu untuk ibu."

"Maka dari itu, Ibu tidak mau membuatmu repot. Kau sedang hamil, Sayang." khawatirnya.

Seketika itu Sehyun ingat, ia sempat merasa kesakitan beberapa hari lalu. Namun begitu merasa lebih baik, ia melupakan agenda yang ia buat sendiri untuk pergi ke dokter. Sehyun diam sesaat mengusap perut di balik dress panjang berwarna biru tua yang ia kenakan.

"Bagaimana kabar Ayah dan Ibumu, Sehyun?"

Sehyun merotasikan kepalanya menatap sang mertua, lalu tertunduk menatap meja pantrynya kini sudah di penuhi oleh banyak menu makanan.

"Mereka-baik," jawabnya pelan.

"Seharusnya kita juga mengundang Ayah dan Ibumu ya, Sehyun? Sudah la sekali Ibu tidak melihat besan Ibu."

Kendati mertuanya berkata begitu, Sehyun hanya tersenyum getir seraya mengangguk lemah, karena jujur saja. Sudah lama sekali ia tidak berbicara dengan orang tuanya sendiri. Tak heran jika Sehyun tidak tahu bagaimana keadaan orang tuanya sekarang.

STUPID || JJK || KNJ ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora