So Much Love

2.3K 370 53
                                    

*play the music

———


Namjoon menyentuh kenop pintu, membuat Sehyun dengan sadar menghindar dari sana. Sementara Namjoon keluar dari dalam, meninggalkan Sehyun sendiri di kamar—suaminya.

———

Pria itu melepas coatnya, ia duduk di tepi ranjang kemudian merebahkan tubuhnya di sana. Ia melihat setiap sudut flat yang seolah-olah bisa menghimpitnya. Bibirnya mendesah berat, terbesit ingatan dimana saat ia melihat sekelebat bayangan Sehyun masuk ke dalam apartemen yanh sama seperti yang Namjoon tinggali.

Jungkook memejamkan kedua matanya, apa mereka memiliki hubungan dan itu lebih dari sekedar kekasih?

Sudah berapa lama ia melewati waktu sebatangkara usai kedua orang tua Jungkook membuangnya pasca kejadian itu. Rahangnya bergemeletuk, orang tuanya juga sialan sekali. Kenapa mereka dengan mudah menelantarkan setelah menamparnya dengan keras waktu itu.

Ia harus bagaimana lagi jika mengemis pun orang tuanya tidak mau menerimanya di rumah, mereka tetap bersikeras mengusirnya—terutama ayahnya. Dan yang Jungkook dapat sekarang adalah pendidikannya berantakan, menjadi pengangguran yang tinggal di flat sempit, dan lagi ia tidak punya uang untuk makan besok.

Kedua telapak tangan itu mengusap permukaan wajahnya. "Sial!" umpatnya.

Semua ini gara-gara wanita itu. Pikirnya. Dan lagi, jangan lupakan soal orang tua Sehyun dan juga Namjoon yang turut andil melaporkannya ke polisi waktu itu. Sekarang Jungkook benar-benar kesal karena kejadian waktu itu banyak temannya yang mengira buruk terhadap dirinya, ia jadi bahan gunjingan dan dipermalukan.

Hidupnya benar-benar hancur sekarang.

———


Siang itu semua orang makan dengan tenang, lebih tepatnya lagi antara canggung dan dingin lantaran Sehyun dan Namjoon sedang berselisih paham.

Sejujurnya mengenai selisih paham, Sehyun bukan lagi tidak bisa, tetapi ia memang tidak pernah mau sepihak dan menurut dengan Namjoon. Wanita itu lebih memilih caranya sendiri, apa yang ia lakukan serba kemauannya sendiri—bukan berdasarkan keinginan siapa pun.

Mengetahui itu ibu Namjoon bersuara. "Ibu akan bereskan ini."

"Biar aku saja, Bu." Sehyun buru-buru bangkit dari kursinya, membereskan piring kotor dan membawanya kebelakang agar ia bisa menghindari kedua orang itu.

Selama Sehyun tidak ada di meja makan, ibunya membicarakan mengenai hubungan mereka. "Kalian baik-baik saja?"

Namjoon terdiam sesaat. "Entahlah."

"Kenapa? Kau bisa cerita pada ibu, Sayang."

Namjoon memijit pelipisnya, sesekali ia menengok ke arah dapur. "Tidak apa, Bu. Ibu kapan pulang, aku akan mengantarkan ibu."

"Astaga kau menyuruh ibu pulang?" wanita paruh baya itu berdecih. "Baiklah-baiklah, ibu akan pulang jika kalian tidak nyaman ibu ada di sini."

"Maaf, Bu."

"Tidak masalah, ibu mengerti kalian tidak ingin diperhatikan. Ibu akan pulang." Ibu Namjoon bangkit dari kursinya.

Pun Namjoon juga melakukan hal yang sama. "Akan kuantar."

"Tidak perlu, ibu bisa naik taksi. Lagi pula istrimu sendiri di rumah, jangan tinggalkan dia."

Namjoon diam mendengarkan kata-kata ibunya. "Baiklah, ibu hati-hati di jalan."

"Iya-iya," Ibu Namjoon meraih tasnya yang ia tinggalkan di dapur, ibu Namjoon bisa sekaligus menghampiri Sehyun dan berpamitan dengannya dengan begitu.

"Sayang, ibu akan pulang. Kau jaga dirimu baik-baik, perhatikan makananmu dan jangan sampai kelelahan." pamitnya.

Sehyun menoleh menatap ibunya usai membereskan peralatan makan pada tempatnya, kepalanya menunduk sesaat. "Ibu hati-hati di jalan."

Ibu Namjoon tersenyum lalu keluar dari apartemen mereka diikuti oleh Namjoon yang hanya bisa mengantar sampai depan pintu. Dan setelah ia masuk ke dalam apartemen lagi, suasana kembali terasa sangat kaku dan dingin.

Melihat Sehyun berkutat di dapur membersihkan tempat itu seorang diri, membuat Namjoon menghampirinya kemudian membantu membereskannya.

"Pergilah," ketus Sehyun.

Namjoon menghela napasnya. "Bisakah kita tidak seperti ini setiap hari, Sehyun?"

Wanita itu menatap Namjoon tajam. "Jangan tinggal serumah denganku kalau begitu." ia hendak pergi dari sana, namun Namjoon mencekalnya.

"Mengenai tadi, maafkan aku."

Sehyun memperhatikan tatapan Namjoon, pria itu begitu sendu dan tidak pernah lelah mengganggunya. "Kau tidak perlu minta maaf. Percuma kau katakan itu seribu kali pun tapi kau tetap tidak paham kemauanku."

Namjoon menyela. "Kau masih meminta perceraian? Aku sudah bersumpah tidak akan menceraikanmu, kau pun juga sama, Sehyun."

"Sumpah pernikahan maksudmu?" pelan Sehyun.

"Kita sama-sama ingin hidup lebih baik, kenapa kau tidak pernah mencoba percaya padaku?" Namjoon masih dengan sabar mendebat istrinya.

Sehyun tertawa ringan. "Kenapa kau menganggapnya begitu serius?"

"Karena aku mencintaimu!" Namjoon mulai berani menaikkan nada suaranya.

Lagi-lagi wanita itu tertawa sumbang sama sekali tidak merasa takut. "Kau tahu? Aku bahkan tidak merasakan apa pun saat kau mengatakan itu—" ucapannya terhenti, mendadak Namjoon menariknya.

Pria itu menarik pergelangan tangan Sehyun sementara tangannya yang lain menarik pinggangnya agar semakin mendekat, tubuh Namjoon yang tinggi membuat pria itu menunduk agar ia bisa meraih bibir Sehyun dengan bibirnya. Namun, ia memilih berhenti ketika sedikit lagi bibir mereka bisa bersentuhan.

Terbesit bayangan masa lalu bawasanya mereka juga pernah sedekat ini, bahkan saling mencintai walau pun sekarang keadaannya sama sekali berbeda. Sehyun benar-benar masih ingat dulu ia pernah mencintai Namjoon, hanya saja perasaan itu sudah lama hilang bersamaan dengan kehadiran pria lain di dalam hati Sehyun.

Bahkan tidak wanita itu pungkiri, ia juga membenci pria yang meninggalkannya dan membuatnya menikah dengan Namjoon. Jungkook, pria tidak tahu diri itu sampai sekarang masih membekas di hati Sehyun. Ia bahkan tidak tahu harus bersikap seperti ibu yang bagaimana nanti ketika ia berhasil melahirkan anak dari seorang pria yang meninggalkannya begitu saja.

Wanita itu mengerjap dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.

"Aku berhak atas perasaanku sendiri, entah sebanyak apa pun kau menghindariku. Aku akan tetap mengejarmu," pria itu mengecup pipi Sehyun perlahan seraya menutup matanya.

"Seandainya kau berada diposisiku, kau akan tahu aku punya banyak cinta untukmu, Sehyun." ucap Namjoon perlahan dekat dengan telinga Sehyun saat kecupannya terlepas.

Hati Sehyun bergetar, sedih dan pilu. Kenapa bukan Jungkook yang sekarang ada di hadapannya?

———

L

uv,

starbookdialy.

STUPID || JJK || KNJ ✔️Where stories live. Discover now