Care

3.9K 643 50
                                    

Segelas cangkir teh hangat kembali ke tempat semulanya dengan isi yang berkurang setengah.

Gagang telepon rumah diletakkan ke asalnya. Wanita itu berjalan mendekati suaminya dengan bersedih hati.

"Bagaimana?" Tanya sang suami.

"Tidak ada jawaban. Apa kita harus menemuinya?" Ucap sang istri.

Pria paruh baya itu melipat kembali koran yang baca, menaruhnya di atas meja kemudian melepas kaca matanya.

Atas insiden memalukan itu, sebagai kepala keluarga dan ayah yang menahan aib sebesar ini harusnya memberi pelajaran pada putrinya—Sehyun. Tapi mengusirnya dari rumah dan tidak menganggapnya sebagai anak lagi terdengar kejam bagi Sehyun yang notabenenya adalah anak yang terbiasa mendapatkan kasih sayang dan prioritas dari orang tuanya.

Lagi pula sikap yang demikian tentu beresiko membuat banyak orang penasaran tentang kehidupan keluarganya. Jadi, perjodohan dan pernikahan adalah jalan satu-satunya yang harus dilakukan sekalipun Sehyun tak menghendaki ini terjadi.

Ayah Sehyun menarik napas lalu mengembuskannya. "Tidak." Respon dari ayah Sehyun pada istrinya.

"Kita harus melihat keadaannya, kupikir Sehyun masih belum bisa menerima keputusan kita menikahkannya dengan Namjoon." Ibu Sehyun menggerutu kesal pada putrinya. "Kita harus bicarakan ini lagi dengannya."

"Kalau begitu katakan pada Namjoon, untuk datang kemari bersama Sehyun. Aku tidak yakin kalau kita yang ke sana, Sehyun masih mengurung dirinya seperti anak kecil yang tidak terima daripada berbicara dengan kita." Ayah Sehyun beranjak dari sana kemudian, meninggalkan istrinya yang pusing memikirkan putrinya sendiri.

"Aku pergi sebentar, ada yang harus ku urus." Ayah Sehyun berjalan sembari mendumal. "Putrimu benar-benar."

***

Segelas susu tergeletak di nakas. Isinya masih penuh, sama sekali belum berkurang seteguk pun.

Melihatnya dalam waktu beberapa menit membuat Sehyun berpikir ia suka warna putih susu itu dan ia suka sensasi hangatnya saat tangan Sehyun menyentuh gelasnya.

Perlahan ia mengangkat segelas susu itu semakin dekat sampai aromanya tercium sangat menggiurkan, hingga akhirnya Sehyun meminum susu itu.

Dulu ketika bibinya tengah mengandung, bibinya berkata jika susu ibu hamil hanya terasa enak di mulut wanita hamil saja. Dan Sehyun dulu pernah mencobanya sedikit untuk membuktikan benar atau tidaknya. Terasa hambar dan sedikit aneh.

Namun sekarang ia merasakannya. Entah karena pengaruh sugesti dari bibinya atau ini benar-benar terjadi, tapi sekarang Sehyun menikmati rasa susu formula yang ia minum. Rasanya sangat enak sampai Sehyun meminumnya hingga tandas.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Lalu Sehyun melihat siapa di sana yang ternyata adalah Namjoon. Pria itu tersenyum. "Boleh aku masuk?"

Sehyun meletakkan gelasnya tanpa menjawab. Jadi, Namjoon masuk saja merasa diamnya Sehyun adalah jawaban iya darinya. Pria itu berdiri di depan Sehyun, ia nampaknya sedikit gugup lantaran Sehyun masih bersikap dingin padanya.

"Mau pergi keluar?" Ajak Namjoon.

Beberapa saat Sehyun berkedip lalu menggeleng. Berada di rumah seperti ini lebih nyaman daripada keluar rumah. Sehyun tidak ingin pergi ke mana pun dan bertemu banyak orang.

"Maksudku, kita harus periksakan kandunganmu."

Sehyun masih menunduk diam, kemudian mendongak menatap suaminya. "Untuk apa?" Ucapnya pelan.

STUPID || JJK || KNJ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang