Empty

2.2K 378 45
                                    

Wajib vote sama komen!

———

🎵I Get A Little Bit Lonely
by
Kim Nayoung.

———


"Cari Sehyun, dapatkan dia kembali dan juga bayinya."

Jungkook terdiam di tempatnya. Presensi ayahnya menghilang setelah itu. Jungkook menoleh pada ibunya.

"Ibu, aku harus bagaimana?"

"Jika dia pernah mencintaimu kau pasti bisa meyakinkan perasaannya kembali."

Jungkook menatap ibunya. "Bukan itu,"

Nyonya Jeon mengangkat alisnya.

"Aku tak lagi mencintainya."

Wanita itu menatap putranya sendu, tangannya terangkat mengusap bahu putra semata wayangnya. "Katakan itu dengan menatap matanya. Ibu yakin kau akan goyah."

---

Sudah beberapa hari ini nafsu makannya menurun. Kepalanya pusing bahkan mual setiap pagi. Ini terjadi tidak seperti biasanya, hari-hari sebelumnya Sehyun baik-baik saja, semuanya normal sampai entah kenapa sejak enam bulan kandungannya ia merasa kesehatannya jadi lebih buruk.

Tangannya mengusap perutnya sendiri.

"Sehyun, kau sudah makan?" Namjoon masuk ke dalam apartemen tanpa sempat melihat Sehyun dengan jelas.

Namjoon juga tidak mendengar jawaban dari Sehyun, meski pun ia tahu wanita itu memang banyak mengacuhkannya. Ia menaruh makanan yang ia beli dari luar di atas pantry, kemudian menghampiri Sehyun yang duduk di sofa sendirian.

Menyadari wanita itu tidak menggubrisnya, Namjoon duduk lebih rendah di depan Sehyun. "Semuanya baik?"

Sehyun melirik Namjoon sekilas. Kedua matanya sendu, ia masih memberikan perhatian lebih pada bayi yang ia kandung setelahnya. "Entahlah," ucapnya pelan. "Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya dan aku terlambat menyadarinya." Sehyun menatap Namjoon nanar.

Namjoon menghela napasnya. "Apa yang kau rasakan?"

Sehyun menggeleng. "Bisakah aku pergi ke dokter lagi?" pelan Sehyun.

Namjoom tersenyum tipis, namun mampu memperlihatkan dimple di kedua pipinya. "Tentu, aku akan memgantarmu. Tapi setelah kau makan." Namjoon berdiri kemudian berjalan ke dapur. "Aku membelikanmu ramen, tempatnya sangat ramai karena saat aku makan di sana, yah, rasanya cukup enak." katanya dari belakang sana dengan suara yang bisa Sehyun dengar dari tempat duduknya sekarang.

Sehyun menoleh ke belakang memperhatikan Namjoon hingga pria itu kembali ke hadapannya lagi.

"Ramen?"

Namjoon tahu apa yang dimaksud Sehyun. "Tidak apa memakannya, asal tidak setiap hari." ia membuka tutup mangkuk itu, asap panas keluar dari sana membuat aromanya yang khas memenuhi ruangan. "Ketika seseorang sakit atu kehilangan nafsu makan, tidak ada salahnya jika makan masakan dengan bumbu yang lebih kuat dan pedas untuk memancing selera makan yang hilang. Kudengar makan-makanan pedas bisa meningkatkan nafsu makan, tapi khusus untukmu kubelikan yang tidak terlalu pedas."

Sehyun memperhatikan pria itu dari samping, mendengar suaranya selama suaminya berbicara. Namjoon mengaduk mi dengan kuah panas di dalam mangkuk, membuat aromanya menguar dan tercium dengan bau yang lebih kuat daripada sebelumnya. Mungkin Namjoon benar, aroma ramen membuat Sehyun sangat ingin mencicipinya.

"Sepertinya enak." ucap Sehyun pelan lalu melirik ramen yang Namjoon bawakan untuknya.

Seketika itu Namjoon mengangguk. "Ya, cobalah dan katakan padaku bagaimana rasanya menurutmu." Namjoon menyerahkan sendoknya pada Sehyun.

Wanita itu mengambil kuah ramen dengan benda cekung itu, bibirnya sedikit meniup-niup hingga dirasanya sudah dingin kemudian mencobanya.

"Bagaimana?" tanya Namjoon penasaran.

Sehyun menatap Namjoon dengan tatapan melunak. "Enak." baru setelah itu bibirnya menyunggingkan senyum tipis, namun lemah.

Namjoon nampak girang mendengar Sehyun menyukainya—menyukai makanan yang ia bawa lebih tepatnya. "Baiklah, kalau begitu habiskan. Aku akan bersiap." pria itu tampak mengepalkan tangannya menahan sesuatu, bola matanya bergerak-gerak namun setelah itu kepalanya mengangguk-angguk. "Habiskan."

Sehyun mengedipkan kelopak matanya sekali dengan mengangguk ringan.

Tepat setelah Namjoon menjauh darinya, entah kenapa ada sesuatu di hatinya yang terasa aneh, sesuatu yang menyedihkan dan hampa.

Tatapannya jatuh pada ramen yang masih hangat di dalam mangkuk.

Kenapa Namjoon tidak merasa lelah sedikit pun atas sikapnya. Setiap hari perhatian yang pria itu berikan selalu sama, tak berubah atau berkurang sama sekali meski pun Sehyun tidak membalasnya. Ia kasihan, Namjoon pria tidak beruntung yang mendapatkan wanita seperti dirinya.

Sejak awal Sehyun menolak pernikahannya dengan Namjoon, dan begitu semuanya berlangsung setiap hari di atap yang sama Sehyun menatap Namjoon seolah ia tidak bahagia hidup bersamanya.

Itu menyakitkan.

Dua orang dengan berbeda perasaan, bertemu di waktu yang tidak tepat.

Namjoon bertahan seperti orang bodoh dan Sehyun bak seorang dalam film yang memerankan tokoh antagonisnya.

Air matanya jatuh mengalir membasahi pipinya.

Ia menangisi Namjoon sekarang. Sehyun menelan saliva seolah ia menelan pil yang tersendat di tenggorokannya. Air mata luruh semakin deras, kepalanya menunduk dengan kedua telapak tangan menutupi wajahnya.

Ia berusaha menahan isakannya, tapi kedua bahunya berguncang tanpa dapat ia kendalikan.

Ia benar-benar sadar, rasa egois membuat dirinya setega itu pada Namjoon. Kenapa ia seolah hidup tanpa hati dengan mengabaikannya.

Mengingat kesalahpahaman di masa lalu yang membuatnya pergi meninggalkan Namjoon, apa yang Sehyun lakukan setelah itu bahkan lebih buruk. Siapa Sehyun begitu membenci pria yang sudah mengorbankan waktu dan hatinya hanya untuk wanita sepertinya.

Ia menyingkirkan kedua tangannya dari sana, mengusap air mata itu dengan cepat kemudian masuk ke dalam kamar sebelum Namjoon memergokinya sedang menangis.

Sehyun menutup pintu kemudian berbaring di atas ranjang dengan menghadap ke samping kiri membelakangi pintu kamar, ia berusaha tidak lagi menangis seperti tadi. Sehyun mengatur napasnya, sesekali ia menyeka kedua matanya yang masih berair. Matanya terpejam, ia tidak boleh menangis.

Alih-alih merasa tenang, dalam waktu singkat ia dikuasai rasa kantuk. Tubuhnya semakin rileks, sunyi dan gelap ruang kamarnya membuat tidur wanita itu semakin nyenyak.

Saat ketika Namjoon melihat Sehyun tidak ada di sofa meninggalkan semangkuk ramen yang bahkan seolah tak tersentuh sama sekali, mendorong pria itu untuk pergi menengok sang istri ke kamarnya.

Namjoon menyentuh kenop pintu, membukanya perlahan dan ia temukan Sehyun tertidur di sana.

Satu hal yang Namjoon sadari.

Pasti sesuatu membuatnya lagi-lagi menangis dan Namjoon sangat takut.

Jika saja Sehyun masih memikirkan Jungkook. Karena jujur saja, Namjoon masih sangat menginginkan hati Sehyun berpihak lagi padanya.

Kepalanya bersandar pada daun pintu, menatapi Sehyun dari sana. []

STUPID || JJK || KNJ ✔️Where stories live. Discover now