Open

2.2K 361 50
                                    



Suara timbul antara piring beradu dengan pisau dan garpu. Acara makan berlangsung dengan sunyi beberapa menit lamanya kendati suasana canggung yang dibangun oleh sang kepala rumah tangga—Ayah Jungkook. Seorang Ayah dengan sifat otoriter dan terkenal paling pantang dibantah oleh siapa pun, termasuk putra semata wayangnya sendiri.

"Ayah mau kau mencari wanita itu besok." Tuan Jeon kembali mengunyah sesuap makanan usai berucap tanpa melirik putranya sedikit pun.

Jungkook sedikit menunduk, kedua matanya terpejam seraya menghela napas sabar. Ia tak mencintai wanita itu lagi, buat apa mencarinya. Lagi pula untuk apa membenahi sebuah hubungan yang jelas-jelas sudah berakhir sejak Namjoon menikahi Sehyun?

Jika dipikir lagi harusnya Jungkook memulai babak baru dengan kisah cintanya yang baru, dan jelas dalam pikirannya sama sekali tidak terbesit untuk memulainya lagi dengan wanita di masa lalunya—bukan dengan Sehyun.

Jungkook mengangkat dagunya, menatap sang Ayah tidak percaya. "Ayah sadar jika yang Ayah bicarakan adalah seorang wanita yang sudah bersuami?"

"Ayah hanya ingin dapatkan cucu Ayah dari Sehyun."

"Jika hanya seorang cucu—" napas Jungkook tersendat, ia memalingkan wajahnya sebentar sembari membuang napas pelan. "Ayah, aku sungguh tidak ingin berhubungan lagi dengan Sehyun. Dia bukan lagi menjadi tanggung jawabku sejak dia menikah dengan pria lain."

Tuan Jeon menatap putranya dengan ekspresi yang sulit Jungkook artikan. "Tanggung jawab mana yang kau bicarakan?" ayah Jungkook membuka suara, menanggapi putranya yang berusaha berargumen dengannya di meja makan.

Jungkook diam. Tepat sekali, ia memang lari dari tanggung jawab, hingga membiarkan Namjoon menanggung resiko dan mengambil alih posisi yang seharusnya Jungkook lah seorang pria di balik semua permasalahan ini.

"Aku tidak bisa, Ayah, kumohon. Aku bisa membantu Ayah mengelola perusahaan atau yang lain asalkan jangan menyangkut tentang Sehyun."

Tuan Jeon tertawa remeh di sela makannya. "Kau bicara terlalu jauh soal mengelola perusahaan. Mengurus seorang wanita yang kau hamili saja kau tidak bisa, mau membantu ayah mengelola perusahaan." pria paruh baya itu membuat kerutan di sudur matanya terlihat jelas. "Jungkook, tanggung jawab perusahaan lebih besar, menyangkut semua orang, para buruh juga karyawan. Dan kau bicara seperti seorang pengembala hewan ternak, menggiringnya kesana kemari seenakmu."

Sementara Nyonya Jeon diam, sesekali mengunyah makanan dalam mulutnya yang terasa pahit tiba-tiba. Perdebatan antara Ayah dan anak, memang sejauh yang bisa wanita itu dengar, lontaran kata sang suami memang jauh lebih realistis dibandingkan putra semata wayangnya yang hanya ingin menetap di zona nyaman.

"Ayah—"

"Aku sudah selesai." pria itu menarik tisu di atas meja dengan makanan yang masih bersisa. Tuan Jeon bangkit dari kursi membuat Jungkook juga berdiri dari sana, ia sangat ingin menahan Ayahnya namun tertahan.

"Tunggu, Ayah."

"Kau tidak bisa mengubah keputusan Ayah!" pria itu menaikkan sedikit nada suaranya. "Berusaha lah jadi seorang pria dan seorang Ayah yang seharusnya kau lakukan sejak dulu, Jungkook. Kau bukan bocah lagi! Tanggung jawab Ayah sebagai Ayahmu sudah lepas saat kau dengan beraninya menghamili seorang gadis." Ayah Jungkook menelan air liurnya alih-alih ia sangat ingin meludah di depan putranya.

"Apa yang kau pikirkan? Pakai otakmu, Jung, jika kau hidup dengan meminta uang dari Ayah, harusnya kau tidak lakukan hal-hal yang kelewat batas. Jika bukan karena ibumu, Ayah tidak sudi menanggung malu sekali lagi. Itu membuat ayah berhak mencabut segala hak yang kau punya sebagai seorang anak."

STUPID || JJK || KNJ ✔️Where stories live. Discover now