Faris hanya membalas tertawa geli.

"Titipannya cuma itu aja?" Ujar seseorang yang datang begitu saja.

Faris menganggukkan kepala dan tersenyum.

"Nih," Ujar seseorang itu lagi memberikan sebuah kantong plastic kepada Faris.

"Makasih yah." Jawab Faris setelah menerima pemberian seseorang itu.

"Faris." Panggil seseorang itu dengan malu.

"Iya?" Ujar Faris menatap seseorang itu dengan lekat.

"Aku juga suka..."

Handphone Faris bergetar, segeralah Faris mengambil handphone tersebut didalam saku celananya.

"Eh sebentar dulu yah," Potong Faris.

Faris menerima panggilan telepon tersebut.

'Ada apa?'

'Oke Faris kesana.'

'Bi udah makan?'

'Yaudah, Faris beliin soto yah.'

'Harus makan dong, biar makin sehat.'

'Iya Faris beli soto ditempat biasa.'

'Oke, sampai ketemu. Walaikumsalam.'

Faris mengakhiri panggilannya, dan menaruh handphone nya di saku celana nya kembali.

"Maaf, Tika tadi mau bilang apa?" Tanya Faris lagi kepada seseorang yang tadi sempat Ia potong pembicaraanya.

"Ah, engga kok cuma mau bilang Aku juga suka makan nasi padang." Ujar seseorang itu dengan memamerkan barisan giginya.

"Nanti kita makan bareng yah, biar putri yang beli." Jawab Faris lembut.

"Apaan kok gua yang beli, lu lah kan lu cowo." Balas sinis seorang apoteker itu yang ternyata bernama Putri.

"Lah kamu cewe? Saya kira cowo." Ledek Faris.

"Cewelah, kalo cowo gua Namanya Putra bukan Putri!" Kesal Putri.

Faris hanya tertawa geli melihat kekesalan Putri, lagi-lagi Ia jahil hadeeh.

"Yaudah saya pamit."

"Sono pergi." Usir Putri dengan sinis.

"Awas rindu." Ujar Faris masih tertawa geli.

"Wleek." Balas Putri jijik mendengar jawaban dari Faris.

Faris makin tertawa geli, lalu meninggalkan Putri dan Tika dengan tingkah alay yang membuat Putri semakin jijik. Faris menghidupkan mesin motornya lagi dan mengendarai motornya.

Setelah beberapa menit, akhirnya Ia memasuki perkarangan rumah yang cukup luas dan nan sepi. Sebelum itu, Ia juga sempat berhenti di warung soto untuk membeli soto sejenak.

Perkarangan rumah itu seperti biasa, selalu terlihat sepi dan bahkan cukup terlihat seram karena terdapat beberapa pohon dan tanaman lainnya. Tapi tidak bagi Faris, baginya rumah itu mengajarkannya bahwa 'untuk terlihat baik-baik saja itu tidak masalah, jika sikap itu dapat membahagiakan orang terkasih.'. Maka dari itu, Ia selalu memasangkan wajah ceria nya sebelum memasuki rumah itu.

###

Tangerang, 20 Agustus 2011

Hari ini ada yang hilang, tak seperti kemarin. Aku menunggu namun, tak ada tanda kehadirannya. Dan, kali ini aku merasakan khawatir dan takut. Kenapa tak kunjung tiba?Itu yang sekarang ada dipikiran ku. Ingin rasanya ku mencari nya namun, aku pun tidak tahu keberadaannya.

Hiraeth Where stories live. Discover now