Tentang Rasa|4

88 57 3
                                    

"Mendung lalu hujan terus saja seperti itu. Lalu, Kapan hati ini cerah?!Jika sang mentari nya pun tak kunjung tiba." –Tsabeet Dewantara Pratama

***
✨✨✨

'Selamat menikmati untuk kalian yangsedang merasa sepi'🍁
Salam dari saya penulis amatir, Dinyerd.

🌻🌻🌻

"Thanks yah." Ujar gadis itu tersenyum manis.

"Saya temenin yah." Gadis itu segera menggelengkan kepala.

"Aku bisa kok sendiri, udah kamu pulang aja."

Gadis itu meyakini lawan bicaranya dengan menatap lawan bicaranya dengan lekat.

"Yaudah kalo kamu ngusir, saya pergi." Ujar lawan bicaranya dengan nada sedikit kesal.

Gadis itu menggelengkan kepala dan terkikik geli, melihat lawan bicaranya ngambek. Mendengar gadis itu tertawa, lawan bicaranya mengacak rambut gadis itu dengan gemas.

"Faris!"

"Iya saya pergi. Keknya engga senang amat saya disini." Sinis lawan bicaranya sambil menghidupkan mesin motornya.

Kemudian, lawan bicaranya membunyikan klakson motornya, engga cuma sekali tapi berkali-kali membuat gadis itu sedikit malu dan tidak enak dengan orang lain disekitarnya. Gadis itu menghela napasnya dan menatap tajam lawan bicaranya.

"Cuma ngetest doang, yaudah saya pergi." Ujar lawan bicaranya.

"Hati-hati." Ujar gadis itu lagi-lagi Ia menggelengkan kepalanya melihat tingkah lawan bicaranya yang selalu ada aja sikap anehnya.

Yah seseorang itu bernama; Liban Faris Nugraha yang artinya laki-laki cerdas dan mempesona yang di anugrahi dari tuhan. Faris adalah seorang anak yang dikenal nakal karena berteman dengan anak-anak nakal. Faris sahabat Deyna dari SMP, jadi tidak heran jika mereka kenal dekat.

Dan seperti arti Namanya, Ia selalu terlihat mempesona oleh kalangan kaum hawa apalagi Dia punya sikap spesialnya yang membuat kaum hawa makin klepek sama dia. 'ramah'. Dia selalu ramah pada siapapun, bahkan pada orang yang tidak Ia kenalpun selalu Ia sapa. Aneh? Itulah dia.

Faris lalu meninggalkan tempat tersebut dengan kecepatan rata-rata, kedua matanya sesekali melirik kaca spion yang masih memantulkan wajah gadis itu. Faris selalu berat hati jika Ia meninggalkan gadis itu sendirian, rasa khawatirnya begitu kuat. Ah, lagi-lagi Ia selalu memperhatikan dan mengkhawatirkan gadis itu.

Karena Ia berat hati meninggalkan gadis itu, segeralah Ia memarkirkan motornya di balik pohon dan di samping warung kecil. Tentunya Faris mengumpet agar tidak ketahuan oleh gadis itu. Setelah hampir sepuluh menit Ia menunggu, akhirnya Ia melihat kehadiran pria paruh baya dan disambut oleh gadis itu.

Dan, mereka berdua meninggalkan halte itu. Senyum legah Faris terlukis, lalu Ia menghidupkan mesin motornya dan meninggalkan tempat pengumpatan dia. Faris mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata, Ia melirik jam disalah satu tangannya setelah itu Ia semakin menancapkan gas motornya. Karena, waktu menunjukkan pukul setengah tujuh.

^^^

Berhentilah Faris disebuah apotek, Ia memasuki apotek itu dengan Langkah cepat.

"Lah kok lu kesini, bukannya libur?" Ujar seorang apoteker yang menatap heran kehadiran Faris.

Faris hanya memamerkan barisan giginya.

"Saya takut kamu kangen sama saya." Humor Faris.

"Idihh yang ada lu kali yang kangen sama gua." Sindir balik apoteker.

Hiraeth Where stories live. Discover now