26. A Day Full Of Happiness

Mulai dari awal
                                    

Jerome memang sengaja melakukannya. Entahlah, rasanya ia merasa gemas dengan bibir lembab itu yang terus mengomel tanpa henti. Namun saat sudah dalam jarak sedekat ini, Jerome seperti pengecut yang tak berani untuk mengecup dan merasakannya. Seperti ada yang menahannya untuk mencicipi bibir ranum milik Chelsea.

Dan akhirnya, ia hanya bisa menelan ludahnya susah, lalu beralih menatap kedua mata Chelsea yang mengerjap kaget dengan apa yang sedang Jerome lakukan.

Sialnya, Jerome juga jadi merasa salah tingkah atas apa yang ia lakukan. Hingga akhirnya mulutnya secara kurang ajar mengeluarkan perkataan yang membuat Chelsea langsung mendorong tubuhnya hingga jatuh ke lantai.

"Chel, mandi gih. Lo bau."

Mulut Jerome memang kurang ajar. Niat ingin mencium bibir Chelsea langsung kandas, malahan ia mendapat hadiah mencium lantai kamar Chelsea.

Sial.

Setelah diusir dari kamar Chelsea, Jerome turun menuju lantai bawah sambil menepuk dahinya beberapa kali. Ia merasa telah melakukan hal yang bodoh. Seharusnya tadi ia bisa saja mendaratkan bibirnya pada bibir istrinya itu. Suasananya juga sangat mendukung, dan juga Chelsea terlihat sudah siap dengan apa yang akan Jerome lakukan. Tapi sial, mulutnya memang kurang ajar.

Jerome kini mendudukkan dirinya di sofa. Merasakan debaran jantungnya yang masih terasa cepat akibat memikirkan ciuman yang seharusnya ia lakukan. Benar-benar bodoh!

Sesaat setelah itu, Chelsea terlihat menuruni tangga dengan wajah masam. Jerome segera berlari mendekatinya, tapi Chelsea masih saja mendorong Jerome menjauh.

"Minggir, gue bau."

"Marah?"

"Enggak."

Jerome kembali mengikuti Chelsea ke dapur dengan perasaan bersalah. Dilihatnya Chelsea sedang membuka kulkas dan mengeluarkan beberapa makanan dari sana.

"Mau masak?" tanya Jerome hati-hati,ㅡ takut diterkam ibu hamil yang sedang murka.

"Ya lo kira gue mau mandi di sini pakai bawang bombay?"

Jerome mengigit bibirnya sambil mengusap rambutnya kasar. Salah lagi, salah lagi. Dasar mulut sialan.

Lalu, tiba-tiba satu ide muncul dalam otaknya.

"Hari ini gue aja yang masak sarapan. Lo tunggu aja, atau bisa mandi dulu."

Lagi-lagi Jerome langsung menutup bibirnya rapat dan mengigitnya lagi. Bodoh, salah bicara lagi. 'Kan Chelsea jadi salah paham lagi mengira tubuhnya sangat bau.

"Emangnya gue sebau itu?" Chelsea mengerutkan dahinya dan menatap Jerome sebal.

Oh Tuhan, jadi memang benar bahwa laki-laki itu selalu salah?

"Enggak gitu maksud gue."

"Ya terus apa? Elo minta gue mandi terus." Chelsea berkacak pinggang dengan kedua mata berapi-api. "Oke, gue mandi sekarang!"

Dengan cepat Jerome menahan tangan Chelsea untuk pergi. Ditariknya tangan itu, hingga kini tubuh Chelsea sudah masuk dalam pelukannya. Semakin Chelsea memberontak untuk dilepaskan, semakin Jerome mengeratkan pelukannya.

Ini adalah pelajaran dari Julian, bahwa jika wanita sedang marah, pelukan adalah obat terampuh.

"Ngapain? Kata lo gue bau?" Chelsea mendongak menatap wajah Jerome.

Dan ternyata pelajaran dari Julian memang benar. Suara Chelsea tidak sekeras tadi, dan raut wajahnya juga sudah melunak. Hal itu membuat ujung bibir Jerome kembali naik ke atas. Kemudian membawa Chelsea dalam pelukannya lagi. Diciumnya puncak kepala Chelsea, menyesap wangi rambutnya yang membuatnya malah ketagihan.

Perfect Strangers (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang