14. The Wedding

3.8K 448 153
                                    

14 Februari.

Hari besar itupun telah tiba.

Jerome memandangi pantulannya di depan cermin besar. Mengenakan tuxedo berwarna hitam rancangan designer kenamaan Indonesia, ia tampak sangat menawan. Dari ujung kaki hingga kepalanya, semua tampak sempurna.

Ya, Jerome Hadinata memang selalu sempurna.

Wajah tampan ditambah lesung pipi di kedua pipinya itu, mampu menghipnotis para wanita yang melihatnya. Bahu lebar, tubuh atletis dan juga kulit bersihnya itu, siapa wanita yang mampu menolak pesonanya? Ditambah ia adalah seorang CEO muda dari salah satu perusahaan besar di Indonesia. Tentu, Jerome adalah incaran empuk para wanita yang haus akan harta di luar sana.

Tapi siapa sangka, di antara para wanita cantik yang berlomba mencuri perhatiannya itu, Jerome malah menikahi seorang wanita yang tidak pernah sama sekali menginginkannya. Seorang wanita yang baru ia kenal satu bulan yang lalu, seorang wanita yang Jerome sangat tahu bahwa hatinya sudah menjadi milik orang lain.

Jika bukan karena suatu alasan 'itu', Jerome tentu tidak akan pernah menjadikan hari ulang tahunnya ini menjadi hari pernikahannya bersama Chelsea.

Nyatanya, kehidupan sempurna yang telah Jerome rencanakan telah berantakan. Lupakan rencananya untuk menikah di usia 30 tahun bersama seorang wanita yang ia cintai. Lupakan tentang kehidupan bebasnya, dan lupakan tentang cita-citanya berkeliling dunia sebelum menikah. Hangus sudah.

"Jer! Wow!"

Terdengar suara dari belakang, membuat Jerome membalikkan badannya.

Edo dan Julian sudah masuk ke dalam ruangannya dengan senyuman lebar dan juga tepuk tangan riang.

"Gila!" Julian menepuk punggung Jerome seraya menggelengkan kepalanya melihat tampilan Jerome dari ujung kaki hingga kepala. "Dari dulu gue selalu gengsi ngakuin ini ke elo. Tapi sumpah lo perfect."

Edo ikut terkekeh pelan, lalu meninju lengan Jerome. "Bos gue emang keren."

"Gue jadi takut kalian begini." Jerome melirik kedua teman baiknya itu. "Mau ngerayu gue buat naikin gaji?"

"Bangsat!"

Satu umpatan kasar dengan mudah lolos dari mulut Julian. Membuat Jerome terkekeh dibuatnya.

"Gimana? Udah siap kan lo?" Edo merangkul Jerome dan menepuk bahunya pelan. "Wedding vow jangan sampai lupa."

Jerome hanya tersenyum tipis menanggapinya. Gara-gara memikirkan isi wedding vow-nya, ia sampai tidak bisa tidur semalaman. Jerome bingung, dan juga takut. Janjinya yang akan ia katakan di depan Tuhan dan semua orang termasuk orangtuanya, ia tidak yakin bisa memegang janji sakral itu.

"Jer, perlakuin Chelsea dengan baik. Lo harus tanggung jawab jadi suami setia yang selalu jagain dia,ㅡ"

Kening Jerome berkerut mendengar setiap perkataan Edo. Mirip seperti perkataan orang tua yang membekalinya nasehat sebelum menikah.

"Jangan dingin-dingin lah. Lo harus ilangin juga kebiasaan ngomong kasar. Dia nanti jadi istri lo, Jer. Jadi ibu dari anak-anak lo,ㅡ"

"Buset. Elo kayak Ayahnya Chelsea aja, Do." Julian akhirnya menghentikan Edo dengan menutup mulut lelaki itu.

Terkadang, Jerome bersyukur memiliki Julian karena dia berguna di saat-saat seperti ini. Melakukan sesuatu hal penting sebelum Jerome meminta.

Tiba-tiba seseorang muncul dibalik pintu ruangannya. Papanya, Thomas Hadinata, memberikan kode kepada Jerome bahwa ia harus segera bersiap keluar beberapa menit lagi.

Perfect Strangers (✔)Where stories live. Discover now