01. First Day in Bali

5.8K 508 53
                                    

Bali, Desember.

Dengan membawa perasaan suka cita dan juga kebebasan yang berhasil ia miliki, Jerome Hadinata melenggang bak seorang model di tengah padatnya Bandara Ngurah Rai malam ini. Wajah tampan, ㅡmirip seperti artis Kpop masa kini, bertubuh tinggi proporsional, ditambah pakaiannya yang tentu saja berharga mahal, ㅡdari ujung kaki hingga kepala, tak heran jika banyak mata wanita di sana dengan sengaja meliriknya. Bahkan ada yang dengan sengaja menubruknya untuk mendapatkan perhatian dari lelaki berusia 25 tahun itu.

Namun seperti biasa, Jerome tak akan memedulikan semua wanita yang ada di sekitarnya. Jerome Hadinata masih memegang kuat prinsipnya, bahwa wanita itu urutan terakhir dalam prioritas hidupnya. Perusahaan adalah hal paling penting, dan ia harus fokus sampai ia berhasil membawa perusahaannya pada puncak kesuksesan.

Menurutnya, berhubungan dengan seorang wanita hanya akan membuatnya tidak akan bisa berkonsentrasi pada perusahaan. Wanita itu sangat membingungkan, sulit, dan Jerome tidak ingin hidupnya terkekang saat ini. Ia ingin bebas, dan mencapai apa yang ia inginkan untuk perusahaannya.

Sampai keluar dari Bandara, Jerome melepaskan kacamata hitam yang daritadi bertengger pada hidungnya. Setelahnya, ia mengeluarkan ponsel dari kantong celana jeansnya, melihat lagi nama hotel yang telah ia pesan jauh-jauh hari sebelum kedatangannya ke sini.

Setelah memastikan nama hotelnya, ia kemudian berjalan menghampiri taxi yang dekat dengannya. Mungkin hanya berjarak beberapa langkah darinya saat ini.

Sampai tinggal satu langkah lagi dan tangannya sudah hampir menggapai handle pintu mobil, mata Jerome terbelalak lebar ketika tangannya malah memegang tangan seseorang yang ternyata sudah mendahuluinya memegang handle pintu, ㅡhanya selisih sepersekian detik darinya.

Reflek ia menarik tangannya mundur, bersamaan dengan kepalanya yang langsung menoleh ke arah si pemilik tangan tersebut.

Sejak kapan ada keberadaan wanita ini di sampingnya? Bahkan jaraknya sangat dekat dengannya. Jerome bahkan dapat melihat wajah wanita itu dengan baik. Dua bola mata indahnya, hidungnya yang tidak tinggi maupun pesek, bibir merah ranum wanita itu, dan juga dia terlihat... canㅡtik?

"Sori?"

Jerome segera menarik mundur tubuhnya ketika wanita itu berbicara padanya. Kesadarannya pulih setelah beberapa detik ia hanya mematung memandangi wanita asing yang seperti hantu ini, ㅡtiba-tiba berada di sampingnya tanpa sepengetahuannya.

Wanita itu masih memandang Jerome yang masih gelagapan. Kemudian dia membuka pintu taxi, lalu menyuruh Jerome untuk mundur beberapa langkah lagi karena menghalangi pintu taxi untuk terbuka. Dengan tidak sopannya wanita itu mengibaskan tangannya pada Jerome, ㅡkode untuk menyuruh Jerome mundur.

Melihatnya, tentu saja bukannya menurut, Jerome malah mendelik ke arah wanita itu. Hilang sudah kekaguman Jerome akan kecantikan wanita itu. Cantik-cantik, tapi tidak sopan.

"Maaf, tapi ini taxi saya!" seru Jerome seraya menutup pintu taxi dan membuat wanita itu kaget bukan main.

"Saya yang duluan dapat taxi ini, jadi silahkan anda yang mundur." lanjut Jerome tak terima.

Si wanita berkulit putih itu kemudian juga tak kalah mendelik pada Jerome. "Siapa yang duluan? Elo? Eh denger ya,ㅡ"

Jerome tak membiarkan wanita itu meneruskan perkataannya, ia malah menarik wanita itu mundur lalu kemudian ia kembali membuka pintu taxi setelahnya. Jerome merasa dirinya lah yang menang atas taxi ini. Wanita itu saja yang tiba-tiba nyelonong tidak tahu aturan.

"STOP!"

Lengan Jerome ditarik paksa oleh wanita itu. Jerome berusaha menepis, tapi ternyata wanita gila ini cukup kuat. Bahkan kuku wanita itu telah,ㅡsedikit, mencakar lengan mulus Jerome. Tentu Jerome langsung melepaskan lengannya dari cengkeraman wanita itu sebelum lengannya akan tercabik-cabik.

Perfect Strangers (✔)Where stories live. Discover now