03. The Night

4.2K 467 44
                                    

Jerome menghela napas. Rencana liburan tahun barunya harus berantakan. Seharian tadi ia terus berkutat pada laptopnya karena ada sesuatu yang darurat dan harus selesai hari ini juga. Niatnya untuk bersenang-senang, akhirnya berakhir dengan duduk di depan laptop.

Posisinya menjadi CEO perusahaan membuat tanggung jawabnya semakin berat. Mau tidak mau, siap tidak siap, ia harus bekerja meskipun ini adalah diluar jam kerjanya. Menjadikan perusahaannya besar, memang butuh tenaga ekstra dan ia harus merelakan waktu liburannya untuk bekerja.

Oke, selesai sudah. Jerome menutup laptopnya dengan keras. Ia kembali menghela napas lega seraya memijit keningnya. Sekilas ia melirik jam di layar ponselnya, ini sudah hampir malam. Beberapa saat ia masih menyandarkan punggungnya di sofa hotel yang besar. Ia lelah, sangat lelah. Dan juga, Jerome butuh kesenangan untuk mengusir suasana buruk hatinya.

Ting!

Dengan malas Jerome menyambar ponsel yang tergeletak di meja. Ada satu pesan dari teman dekatnya, Julian.

"Setan." gerutu Jerome setelah membaca isi pesan tersebut.

Julian memang setan. Sejak sebelum keberangkatannya ke Bali, temannya itu sudah membuat daftar klub malam yang harus Jerome kunjungi. Katanya daripada di Jakarta banyak orang yang mengenal Jerome, dan membuat citra Jerome hancur, sekali-kali ia ke Bali harus masuk ke klub malam di Bali.

Dan entah kenapa Jerome sekarang malah tertarik akan anjuran Julian. Sudah lama sekali sejak ia bekerja di perusahaannya dan fotonya kadang terpampang di majalah bisnis, ia tidak pernah menginjakkan lagi ke klub malam. Hal-hal negatif yang dapat membuat citra H&N Grup jelek, maka akan ia tinggalkan.

Baiklah, sepertinya tak salah jika Jerome sekali-kali pergi ke klub. Pasti tidak akan ada yang peduli dengannya. Dan semoga suasana hatinya membaik setelahnya.

Pergilah Jerome ke salah satu klub malam eksklusif di Bali. Satu hal, Jerome tidak pernah pergi ke tempat seperti ini dengan seorang wanita. Ia juga tidak suka berjoget dan mabuk-mabukkan atau bahkan merokok. Jerome hanya akan duduk, meneguk minumannya sambil mengamati orang-orang di sekitarnya. Jika ada wanita mendekat, ia akan langsung mengusirnya. Seakan tak napsu melihat mereka. Padahal wanita-wanita itu mengenakan pakaian seksi yang cukup dapat menggoda kaum pria semacamnya.

Ini adalah gelas ke-empatnya ia meminum vodka. Jerome termasuk kuat, ia tidak akan mabuk dengan gampang. Ia tahu batasnya. Setelah gelas keempatnya habis, ia tidak sengaja melihat seseorang yang cukup menarik perhatiannya.

Chelsea, wanita itu datang bersama Bara. Jerome mengamatinya seperti tadi pagi, dan raut wajah Chelsea masih saja kecut. Dan herannya, Chelsea tidaklah sama dengan wanita pada umumnya yang pergi clubbing dengan pakaian seksi. Wanita itu malah mengenakan celana jeans dan kaos yang tertutupi jaket kulit. Hal itu membuat Jerome terkekeh sendiri melihatnya.

Hingga Bara pergi, Jerome masih mengawasinya. Kali ini ia aman, tempat di sini gelap, tidak seperti di restoran tadi pagi yang terang benderang hingga ia bisa tertangkap basah. Chelsea tentu tidak bisa memergokinya yang dengan lancang mengamati wanita itu. Entahlah, wanita itu menjadi magnet tersendiri. Apalagi dia dekat dengan musuh bebuyutannya, Bara 

Hingga sampai Jerome melihat Chelsea didekati oleh dua orang lelaki bertato, Jerome sempat ingin menarik Chelsea untuk pergi. Namun kesadaran Jerome kembali saat itu juga. Untuk apa ia menolongnya?  Persetan, Jerome harus mengabaikannya.

"Anjing!" umpat Jerome saat kedua matanya melihat pertunjukkan murahan yang baru saja Bara tunjukkan.

Reflek kedua matanya kini berlari ke arah Chelsea. Dan lihat, wanita itu baru meminum segelas minuman dengan sangat cepat. Sesaat setelahnya, Chelsea terlihat kesulitan untuk berdiri. Lalu salah satu dari dua laki-laki yang menghampiri Chelsea itu kini menarik paksa Chelsea untuk keluar klub.

Perfect Strangers (✔)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ